30

4.3K 237 8
                                    


Senyum Gelano terus mengembang dibibirnya. Ia tengah membayangkan wajah Naya tersipu malu dengan bunga yang sengaja ia letakkan diatas mejanya.

Gadis mana yang tidak suke jika diberi hadiah bunga seperti itu? Dan Gelano yakin, Naya adalah salah satu dari gadis itu.

Ah! Gelano tidak sabar untuk melihat reaksi Naya. Rasanya, tidak mungkin jika Naya tidak suka atas pemberiannya itu.

Sejurus kemudian, senyum Gelano semakin merekah. Bagaimana tidak?

Terlihat Naya berlari kecil kearahnya dengan membawa sebuket bunga mawar pemberiannya.

Tubuh Gelano pun langsung tegak dan menghadap kearah Naya. Menunggu kedatangan ucapan terima kasih dari gadis yang mulai dicintainya itu.

Bruk!!!

Buket bunga itu terlempar kearah Gelano. Untungnya, ia sigap menangkap buket itu hingga tidak jatuh kelantai.

"Aku gak butuh bunga dari kakak!"

Ucapan Naya barusan seakan menjadi pedang bagi hati Gelano. Naya menolak pemberiannya?

"Nay...."

Gelano seakan tak mampu berbicara. Ia hanya memangil nama sedikit nama Naya sembari menatap wajah Naya dengan semburat kekecewaan.

Rasanya tidak adil jika ekspetasi yang ia bayangkan tidak sesuai dengan realita.

"Maksud kakak apa sih?!" Seru Naya gusar. "Kakak sengaja mau buat aku malu lagi di kelas? IYA?!"

"Enggak gitu, Nay. Gue cuma mau ba--"

"Alah! Aku tahu apa yang ada dipikiran kakak saat ini," potong Naya. "Kakak sengajakan kasih beginian supaya aku sukakan?"

Gelano terdiam. Itu memang salah satu alasannya mengapa ia memberi bunga kepada Naya.

"Terus kakak ngilang seolah-olah gak terjadi apa-apa diantara kita. IYAKAN?!" Sambung Naya dengan nafas yang terlihat terengap-rengap.

Entah mengapa emosinya langsung naik saat tahu pengirim bunga itu.

Mengapa harus Gelano?

Emosionalnya terasa meledak secara tiba-tiba saat membaca nama Gelano dikertas itu. Mungkin itu terjadi karena rasa bencinya kepada seniornya itu.

"Nay. Gue gak bermaksud kayak gitu."

Gelano berusaha menyentuh lengan Naya. Dan Naya pun langsung menepik tangan Gelano dari lengannya.

Gelano menghirup nafas dalam. Apa yang dilakukannya ini salah hingga Naya enggan disentuh olehnya.

"Gue cinta sama lo, Nay. Gue sayang sama lo."

Jleb!!!

Mata Naya membulat mendengar ucapan Gelano barusan.

Cinta?

Sayang?

"Gue bener-bener sayang sama lo, Nay. Dan gue gak tahu itu sejak kapan."

Nafas Naya tercengkat. Ia tidak menyangka Gelano akan mengucapkan perkataan seperti itu.

Tubuhnya tiba-tiba saja terasa kaku. Kakinya bergetar begitu hebat hingga kepalanya terasa seakan berputar-putar.

Naya masih sempat mendengar kelanjutan ucapan Gelano. Tapi sayangnya, tubuhnya terasa melemah hingga suara teriakan yang terakhir didengarnya.

"NAYA!!!"





******



Gelano menggenggam punggung tangan Naya dengan erat. Sudah 15 menit Naya tidak sadarkan diri.

Segala obat aromaterapi pun telah diberikan untuk menyadarkan Naya. Namun Naya masih saja setia menutup kedua matanya.

"Nay, bangun!"

Ini untuk kesekian kalinya Gelano mengucapkan kata itu. Ia tidak ingin melihat Naya seperti ini.

Apa lagi ini terjadi karena dirinya.

"Jangan buat gue khawatir, Nay."
Gelano mengecup punggung tangan Naya yang digenggamnya. Lalu meletakkan punggung tangannya dibagian pipinya menahannya. Rasanya, ia tidak ingin melepaskan genggaman itu dari tangannya.

"Please, Naya..."

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka. Hal itu pun sontak membuat Gelano menoleh kearah pintu tanpa melepaskan genggaman tangannya dari punggung tangan Naya.

"Naya!!!"

Suara khawatir dari seseorang itu membuat hati Gelano memanas. Ia tidak suka jika ada orang lain sekhawatir itu kepada Naya selain dirinya.

Gelano pun membiarkan orang itu masuk dan mendekat kearah ranjang UKS. Genggaman tangannya pun sengaja ia eratkan agar orang itu tahu jika Naya adalah miliknya.

"Naya. Bangun, Nay," ucap Hema mengelus puncak kepala Naya.

Ya. Seseorang yang khawatir selain Gelano adalah Hema.

Hema mengetahui jika Naya pingsan karena ucapan para siswi-siswi saat ia hendak masuk kedalam kelasnya. Tanpa menunggu waktu lama, ia pun langsung menuju keruang UKS tanpa menyimpan tasnya terlebih dahulu.

"Kamu kenapa bisa pingsan begini, Nay?"

Gelano memutar bola matanya jengah. Sebodoh apa orang disebelahnya ini hingga menanyakan hal absurd seperti itu.

"Naya masih pingsan!" Sahut Gelano. "Mau lo nanya sampai berbuih-buih juga gak mungkin dijawab. Bego!"

Hema melirik Gelano disebelahnya. Lalu lirikkannya terkunci kearah genggaman tangan yang terlihat begitu erat.

Menyadari akan lirikan Hema, Gelano pun sengaja memainkan genggaman tangannya. Sesekali ia mencium punggung tangan Naya untuk membuat Hema iri.

"Kenapa?" Tanya Gelano dengan nada sengitnya. "Gak suka?"

Hema menghembuskan nafasnya berat. Ia pun mengalihkan pandangannya dari pemandangan aneh itu.

Saat ini yang paling terpenting adalah kesadaran Naya. Bukan mementingkan kelakuan Gelano barusan.






******







Hm.... Gelano mulai nakal nich wkwk


 Gelano mulai nakal nich wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Good gak?

TTS|| -I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang