Gelano tak memperdulikan keberadaan Naya. Ia masih saja berdiam diri didalam kamarnya setelah tak sengaja mengatakan jika Naya cantik.Gelano menggigit bibir bawahnya. Hatinya menggerutu tak jelas karena keceplosannya tadi dihadapan Naya.
Bagaimana bisa seorang Gelano Kee Dirgantara mengatakan pujian kepada seorang wanita?
Bahkan dulu saat dia berpacaran dengan Indah--cinta pertamanya, Gelano sama sekali tak pernah memuji paras wajahnya.
Tapi mengapa sekarang bisa kelepasan seperti ini!?
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!"
Sebuah ketukan pintu membuyarkan semua pikiran Gelano. Ia pun sedikit berteriak untuk menanyakan siapa yang mengetuk pintunya.
"Siapa?"
"Ini, Mama."
Mendengar suara Mamanya, Gelano pun beranjak bergerak mendekat kearah pintu kamarnya, lalu membukanya.
"Ada apa, Ma?" Tanya Gelano.
"Kamu gak nganterin Naya pulang? Itu dia udah nunggu dibawah. Katanya, taksi onlinenya udah dateng."
Gelano terdiam sesaat. Mengapa dia bisa lupa jika Naya masih belum pulang?!
"Eh, malah bengong! Buruan samperin, Naya!"
Gelano pun mengangguk paham. Meng-iyakan ucapan Mamanya yang seperti sebuah perintah.
Sejurus kemudian, Gelano telah sampai dilantai bawah. Langkahnya sedikit kaku saat mendekat kearah sofa yang mana sedang diduduki oleh Naya.
Entah datang naluri dari mana, Naya menoleh tepat saat Gelano hendak menyentuh pundaknya.
"Kakak?"
"Eh! Mau--pulang?"
Secara otomatis, Gelano langsung menjauhkan tangannya. Menyembunyikan tangan kanannya itu kebelakang tubuhnya.
Entah mengapa rasanya saat ini seperti sensi karena ketahuan ingin menyentuh Naya.
"Iya, kak. Taksinya udah dateng," kata Naya sembari memakai ranselnya. "Aku pulang dulu, ya? Tadi aku udah bilang kok sama Mama."
Gelano mengangguk paham. Ia berusaha melemparkan senyumannya meski terlihat sangat canggung.
"Gue---gue anterin lo keluar."
Tanpa menunggu jawaban dari Naya, Gelano beranjak dari tempatnya terlebih dahulu menuju luar. Rasa malu untuk berhadapan langsung dengan Naya membuatnya sedikit gelisah.
Perasaan hatinya saat ini terasa gundah gulana. Sebenarnya dia tak ingin Naya pulang secepat ini.
Tapi apalah daya? Naya bukanlah siapa-siapanya.
Naya terkejut melihat reaksi Gelano yang sedikit lembut padanya.
Tumben sekali manusia es itu berbaik hati padanya?
******
"Gue ikut nganterin lo pulang!"
Naya membulatkan matanya saat mendengar perkataan Gelano barusan. Ikut mengantarnya pulang? Mengapa?
"Loh, bukannya tadi kakak udah mesen taksi, ya? Ngapain masih---"
"Gue ikut nganterin lo pulang. Titik! Gak pakek koma!"
Belum sempat Naya menuntaskan pertanyaannya, Gelano sudah memotongnya dengan perkataan bernada perintah.
Bahkan sekarang Gelano telah masuk kedalam taksi tersebut tanpa menunggu persetujuan Naya terlebih dahulu.
Naya pun mengerjabkan matanya beberapa kali. Sekarang dia semakin tidak mengerti dengan sikap Gelano padanya.
Sungguh! Jika Naya boleh memilih, dia lebih menyukai sikap Gelano yang dingin dari pada yang sikap berkuasanya itu.
Beberapa detik kemudian, Naya pun ikut masuk kedalam mobil taksi itu. Duduk disebelah kursi yang Gelano duduki.
"Mau saya anterin kemana?"
Naya mendongakkan kepalanya kedepan. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat supir taksi yang dinaiki--nya ini adalah anak muda yang umurnya mungkin 3 tahun atau 4 tahun diatasnya.
Dan lebih parahnya lagi, Naya kenal sosok supir tersebut.
"Bang Firhan!" Pekik Naya. "Abang jadi supir taksi sekarang?" Tanya Naya.
Sang supir pun menoleh kebelakang. Ia juga menampakkan raut wajah yang tak kalah terkejutnya saat melihat Naya.
"Eh, Naya. Iya nih, mumpung kuliah libur. Hehe..."
"Aduh! Gak nyangka deh ketemu sama abang diwaktu begini. Haha...."
Naya tertawa menyadari ucapannya. Firhan yang dulu adalah teman bermainnya waktu SD, sekarang sudah kuliah.
Gelano menatap jengah sepasang manusia yang saling tertawa dihadapannya. Ia pun berdehem sembari membuang pandangannya kearah luar jendela.
Rasa panas dihatinya tiba-tiba saja membuatnya ingin membengkokkan bibir cowok yang bisa membuat Naya tertawa itu.
Gelano pun berdehem sekali sembari membenarkan posisi duduknya.
"Sebutin alamat rumah lo!" Serunya tanpa melihat kearah dua insan yang saling berbicara itu.
Mendengar itu, Naya dan Firhan pun mengalihkan pandangannya kearah Gelano. Mereka menatap Gelano dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa?"
Gelano berusaha bersikap sesantai mungkin. Namun terdengar dari nada suaranya, saat ini dia terlihat tidak tenang.
Naya pun tak memperdulikan Gelano. Lantas dia kembali menoleh kedepan, memandang Firhan.
"Anterin aku ya, bang? Alamat rumah aku yang lama," ujar Naya.
"Siap!"
Firhan pun mulai menstater mobilnya. Kemudian menancapkan gas mobilnya keluar dari perkarangan rumah yang memesan taksi onlinenya tadi.
******
Gelano tuh cemburu Nay😒😒 gak peka banget😏😏
KAMU SEDANG MEMBACA
TTS|| -I LOVE YOU
Teen FictionSequel 'Be Mine' (slow update) judul awal 'personal' Twins The Series.... _______________________ Gelano dingin, Naya masih berupaya untuk menghangatkannya. Gelano jauh, Naya masih berusaha mendekatinya. Namun ditengah perjalanan mendekatinya, hati...