"Mama kakak baik ya?"Gelano menoleh sebentar. Kemudian kembali membuang pandangannya.
"B aja."
Naya memangut-mangut paham. Ia tahu jika Gelano menjawab setiap pertanyaan orang lain dengan singkat, berarti cowok itu sedang tidak ingin berbicara.
Itu menurut menurut Mamanya Gelano.
Setelah banyak bercerita dan sempat melihat Galeno--kembarannya Gelano yang sakit di kamarnya, Naya meminta ijin untuk pulang.
Namun sayangnya, motor Gelano sedang digunakan oleh Papanya. Sedangkan mobilnya, masih berada dibengkel karena ada rusak.
Mau tidak mau, Naya pun harus menunggu Papanya Gelano pulang terlebih dahulu sebelum Gelano mengantarnya pulang.
Dan sekarang, Naya duduk berdua disebuah taman belakang rumahnya Gelano. Sedari tadi, tidak ada percakapan yang menarik untuk dibicarakan dengan cowok disebelahnya ini.
Mereka hanya diam. Tenggelam dalam pemikirannya masing-masing.
"Mau gue pesenin taksi online? Kayaknya bokap gue lama pulangnya," ujar Gelano.
"Terserah kakak aja," jawab Naya.
Gelano mengangguk paham. Ia pun mengambil ponselnya yang berada disaku celana, kemudian membuka salah satu aplikasi yang bisa memesan taksi secara online.
"Udah gue pesenin. 15 menit lagi taksinya dateng," ucap Gelano sembari memasukkan kembali ponselnya kesaku celananya.
Naya mengangguk paham. Ingin mengucapkan terima kasih, namun lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan itu.
Entah mengapa rasa grogi berdekatan dengan cowok yang pernah ditembaknya itu masih ada. Sejak perlakuan Gelano yang sama sekali tidak pernah dia rasakan saat bersentuhan dengan lawan jenisnya masih membekas dalam benaknya.
Dan jangan lupa! Jantungnya juga masih berdetak tak normal.
Aneh bukan?!
Begitu juga dengan Gelano. Sebenarnya dia juga merasakan perasaan aneh saat duduk berdua dengan cewek aneh disebelahnya ini. Perasaan senang yang tak bisa ditampilkan olehnya.
Namun tiba-tiba, bayangan Naya dan Hema tertawa kemarin membuat Gelano merasa sedikit kesal.
Mengapa dirinya ini?!
"Lo gak takut pulang sendirian?" Akhirnya Gelano membuka pembicaraan.
Naya menoleh. Ia memandang wajah Gelano yang masih fokus menatap kedepan.
"Eng--gak!"
Mendengar nada gugup itu membuat Gelano sontak menolehkan kepalanya. Hingga membuat tatapan mereka bertemu sama lain.
"Kenapa?"
"Ha? Kenapa apanya?"
Gelano terdiam. Ia fokus memandang wajah Naya yang menurutnya cantik.
Bohong jika ada yang mengatakan jika Naya itu jelek. Dan otomatis, dirinya adalah pembohong besar.
"Lo cantik."
"Apa?!"
Gelano langsung membuang pandangannya. Bagaimana bisa bibirnya terlepas mengatakan jika dia cantik?!
Bego! Batinnya.
"Siapa yang cantik? Aku cantik?" Tanya Naya yang masih penasaran.
Lagi-lagi Gelano terdiam. Tanpa menjawab pertanyaan Naya, Gelano beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Naya sendirian dengan perasaan menyesal.
Naya tercengang melihat punggung Gelano yang menjauhinya. Hingga akhirnya, punggung kekar itu hilang dibalik dinding besar bercat putih.
"Gue gak salah dengerkan?!"
Naya masih menyakinkan dirinya. Menyakinkan bahwa pendengarannya tadi itu tidak salah.
Kak Gelano memujinya cantik?
Apa ini mimpi?
"Aw!"
Naya merintih kesakitan saat jarinya sengaja mencubit sedikit lengannya.
Berarti ini semuanya nyata. Bukan mimpi!
Ya, Tuhan. Kak Gelano memuji dirinya cantik?!
"Aaaa......"
******
Gue tahu lo suka sama Naya, Ge. Haha...😄😄😄
Sok tahu!
-Gelano
KAMU SEDANG MEMBACA
TTS|| -I LOVE YOU
Teen FictionSequel 'Be Mine' (slow update) judul awal 'personal' Twins The Series.... _______________________ Gelano dingin, Naya masih berupaya untuk menghangatkannya. Gelano jauh, Naya masih berusaha mendekatinya. Namun ditengah perjalanan mendekatinya, hati...