Kepala Naya menunduk saat berjalan sendirian di koridor sekolah. Jujur, ia sedikit takut akan tatapan siswi-siswi yang saat ini sedang menatapnya.Naya tidak tahu hal apa yang membuat mereka menatap dirinya seperti itu. Setahunya, ia tidak membuat masalah.
"Oh, yang beginian ditembak Gelano, terus pingsan?"
Seketika langkah Naya terhenti mendengar ucapan salah satu siswi yang sedang menatapnya. Telinganya seakan mengembang seketika tatkala mendengar nama Gelano tadi.
"Yaelah, modal tampang bule doang, sih! Masih cantikkan juga gue. Haha...."
Bersambunglah dengan tawa-tawa meremehkan dari siswi-siswi itu.
Naya memejamkan matanya. Senior satu tingkatannya itu meremehkannya? Sungguh! Ia tidak suka dengan hal-hal seperti ini.
"Kalau gue jadi Gelano, ish... Ogah banget deh ngasih bunga-bunga begituan." Celetuk siswi itu lagi. "Buang-buang tenaga sama duit. Bener gak?!"
"Bener!"
"Bener banget!"
Telinga Naya terasa begitu panas. Emosinya tiba-tiba terasa ingin meledak dalam otaknya.
Secara otomatis pun Naya pun memutar kepalanya sembari melangkah pelan mendekat kearah siswi yang mengatainya itu.
Tatapannya begitu tajam, tak seperti tadi. Tatapan yang sama sekali tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun.
"Kenapa? Gak suka?" Seru salah satu dari mereka dengan nada menantang. "Gue senior ya di sini. Jangan macem-macem lo, ya!"
"Terus kalau kalian senior kalian seenaknya ngatain gue gitu?!" Balas Naya dengan nada sengitnya. Seakan rasa ketakutannya tadi telah menghilang seketika.
"Gak sopan lo, ya?!"
"Gue bisa sopan kalau kalian juga sopan sama orang!"
"Lo berani nantangin gue?!"
Seniornya itu menolak bahu Naya hingga membuatnya terdorong hingga beberapa langkah. Naya pun kembali maju untuk menuntaskan emosinya yang telah ditahannya sejak tadi.
"Kalau iya, kenapa?! Jangan mentang-mentang lo senior di sini, terus lo main seenaknya ngatain juniornya!"
"Lo nyolot, ya?!"
"Kalau gue nyolot kenapa, ha?!" Naya maju satu langkah. "Lo pikir gue takut sama lo? Lo manusia, gue juga manusia. Lantas apa yang harus gue takutin dari lo?!"
Entah bagaimana bisa Naya mengeluarkan kata-kata seperti itu. Mungkin, efek emosi yang tak bisa dikeluarkan dengan kekerasan hingga membuat mulutnya berani mengatakan hal seperti itu.
Seniornya itu terdiam. Ia tidak bisa berkata-kata selain memandang sengit wajah Naya yang saat ini juga sedang memandangnya.
Seniornya itu pikir, Naya tidak akan menjawab perkataannya dan memilih untuk kabur. Tapi kenyataannya? Naya malah menjawab dan menantang semua perkataannya.
"Kalau emang Gelano nembak gue kenapa? Gue gak pernah nyuruh dia buat nembak gue," kata Naya. "Dan soal gue pingsan tadi, itu karena gue kecapean. Bukan gara-gara ditembak sama Gelano. Paham?!"
Bohong! Naya saat ini sedang berbohong. Ia pingsan tadi karena shok akan ungkapan cinta dari Gelano.
Tapi tidak mungkinkan dalam situasi seperti ini Naya jujur?
Bisa-bisa para seniornya ini akan semakin membulinya.
"Tampang gue bule? Emang, iya. Makanya Gelano nembak gue pakai bunga-bunga yang mahal. Emangnya elo di tembak lewat chat doang? Haha...."
Suara tawa Naya begitu menyakitkan bagi seniornya itu. Sungguh! Perkataan Naya barusan adalah bumerang yang sangat-sangat menyakitkan untuk mereka.
Seniornya itu hanya bisa mengeram kesal sembari menghentakkan kakinya kelantai. Setelah itu, ia pun beranjak dari sana dengan diikuti oleh para dayang-dayang mereka.
"Halah! Mental cetel doang ya, gitu."
Naya tidak tahu jika seseorang sedang melihat aksinya dari kejauhan. Orang itu tersenyum bangga atas apa yang dilakukan olehnya barusan.
Rasa sukanya semakin bertambah begitu saja tanpa ia sadari.
"Itu baru gadis gue."
******
Mulai besok aku bisa update lagi yeay👏👏
KAMU SEDANG MEMBACA
TTS|| -I LOVE YOU
Teen FictionSequel 'Be Mine' (slow update) judul awal 'personal' Twins The Series.... _______________________ Gelano dingin, Naya masih berupaya untuk menghangatkannya. Gelano jauh, Naya masih berusaha mendekatinya. Namun ditengah perjalanan mendekatinya, hati...