Winny membanting pintu mobil sportnya dengan keras begitu dia masuk ke dalam mobilnya dan menginjak pedal gas dengan secepat mungkin hingga sepenuhnya meninggalkan area bar, tempat dimana dia baru saja menampar dan menginjak sepatu mahal seorang konglomerat Jack Lingston.
" Aku tahu bahwa dia adalah pria brengsek yang suka mempermainkan wanita, tapi aku sungguh tidak menyangka bahwa dia justru sebrengsek itu! " Rutuk Winny yang masih tidak percaya betapa brengseknya Jack.
Meski begitu Winny tidak mungkin mencari pria lain selain Jack, karena dia tahu bahwa Jack Lingston adalah kandidat yang paling cocok baginya jika dia ingin mendapatkan kebebasannya.
Pria itu sama sekali tidak tertarik pada sebuah hubungan yang artinya Winny pun akan dengan bebas mencari pria lain yang mungkin akan dicintainya begitu dia telah mendapatkan kebebasannya. Terlebih dengan pamor yang dimiliki Jack sebagai salah satu konglomerat pun akan menambah nilai plus di depan ayahnya jika dirinya bisa mengenalkan Jack pada pria tua itu.
Tapi kini yang menjadi permasalahannya adalah Winny baru saja membuat pria itu jauh lebih membenci dirinya, dia mungkin saja bisa menekan Jack dengan memanfaatkan kontrak kerja Bella tapi dia tidak cukup yakin bahwa itu bisa menjadi alasan yang bagus untuk menekan seorang Jack Lingston dalam waktu yang cukup lama.
" Sial, kurasa aku harus mulai berakting sebagai seorang gadis murahan tanpa rasa malu di hadapan pria brengsek itu. " Kesal Winny yang kemudian mendecak lalu memukul setir kemudinya dengan frustasi.
Disisi lain, Jack nampak mengompres sebelah pipinya yang terlihat begitu merah ketika dia sampai di kamar hotelnya. Bahkan jika dia boleh jujur, sampai saat ini Jack masih bisa merasakan betapa perihnya tamparan Winny sekaligus kakinya yang baru terasa sakit setelah dia pulang dari bar sialan itu.
" Sialan! Lihat saja, apa yang akan kulakukan untuk membalas tamparan juga perlakuan kasar yang kau lakukan pada kakiku ini, Winny Westron. " Dengus Jack dengan segala kekesalan yang mungkin telah terpendam sejak dia pertama kali bertemu dengan Winny.
_____
Keesokan paginya, Winny terbangun dengan rambut blonde panjangnya yang terlihat begitu berantakan. Sedangkan Peter yang saat itu tengah menyiapkan sarapan untuk nona mudanya sontak menghela nafas dan memilih untuk melanjutkan rutinitasnya.
" Oh, kupikir kau tidak akan datang hari ini. " Ucap Winny dengan nada santainya sebelum bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Meninggalkan Peter yang telah sepenuhnya selesai menata sarapan untuk Winny dan tidak lama kemudian dia memilih untuk pergi usai meninggalkan sebuah note dan sekantong belanja yang diminta oleh nona mudanya itu kemarin malam.
" Ah, beraninya dia pergi tanpa pamit. " Ucap Winny beberapa saat setelah dia keluar dari kamar mandi lalu mendapati kamar hotelnya yang telah sepenuhnya kosong tanpa tanda-tanda kehadiran sekretaris pribadinya itu.
Tapi setidaknya apa yang Winny inginkan telah tersedia di atas mejanya dan itu sudah cukup untuk menyelamatkan Peter dari kemarahannya.
_____
Jack mengucapkan berbagai sumpah serapah sepanjang perjalanannya menuju pintu kamarnya, bagaimana bisa ada orang yang berani mengusik jam tidurnya di pagi hari dengan terus menekan bel kamar hotelnya secara terus menerus.
" Astaga, tidak bisakah kau melihat jam terlebih dahulu sebelum bertamu di kamar hotel seseorang, hah?! " Oceh Jack dengan nada kesalnya begitu membuka pintu tanpa melihat siapa yang kini berada di hadapannya.
" Oh, kupikir kau sudah bangun lagipula aku tidak tahu jika jam tidurmu jauh lebih lama dariku, Jack. "
Kedua mata hazel Jack seolah terbuka secara paksa begitu mendengar suara tidak asing itu, bahkan rasa kantuk Jack pun seolah tergantikan dengan rasa kesal juga waspada di saat yang bersamaan ketika melihat sosok Winny yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya hanya dengan berbalutkan crop top berwarna putih gading juga celana jins pendek yang memperlihatkan kaki jenjang milik gadis itu.
" Kau....kenapa kau bisa tahu kamar hotelku?! " Tanya Jack yang begitu terkejut ketika melihat sosok Winny.
" Karena kita berada di dalam satu gedung hotel yang sama, lagipula tidak susah untuk mencari keberadaanmu karena Bella pasti akan dengan mudah memberitahukannya padaku. " Jawab Winny yang kemudian mendorong tubuh kekar Jack lalu masuk begitu saja, bahkan dengan santainya Winny justru duduk dengan nyaman di atas sofa yang berada tepat di tengah kamar hotel Jack.
Melihat betapa tidak sopannya sikap Winny, Jack sontak menarik jubah tidurnya yang tersampir begitu saja lalu memakainya dengan asal sebelum menarik pergelangan tangan Winny, memaksa gadis itu untuk bangkit dengan ekspresi datar.
" Keluar sekarang juga dari kamarku sebelum kesabaranku benar-benar habis karenamu. " Ucap Jack dengan nada seriusnya.
Mendengar itu, sebelah tangan Winny yang masih terbebas perlahan meraih sebelah pipi Jack yang masih terlihat memerah karena tamparannya semalam. " Apa masih sakit? " Tanyanya penuh rasa simpati yang spontan membuat dahi Jack berkerut bingung.
" Hentikan sikap anehmu itu. " Ucap Jack yang spontan menampik tangan Winny dengan kasar.
" Ayolah, sebagai kekasihmu aku sudah mencoba bersikap baik padamu tapi kau justru menampik tanganku dengan kasar. " Ucap Winny yang berakting seolah dirinya tengah tersakiti akan sikap kasar Jack.
" Kekasih?! Maaf, sejak kapan aku menjadi kekasihmu ya?! " Balas Jack dengan nada sinisnya yang sontak membuat Winny menarik jubah tidurnya dengan cepat hingga membuat wajahnya berada sangat dekat dengan wajah cantik Winny.
" Kurasa kau tidak lupa dengan apa yang kubilang saat itu, Jack. " Ucap Winny dengan ekspresi dinginnya yang lagi-lagi membuat Jack seolah bungkam saat itu juga.
" Fine! Terserah kau menganggapku sebagai kekasihmu atau apapun itu tapi perlu kau ketahui bahwa aku sama sekali tidak tertarik untuk menjadi kekasihmu. " Ucap Jack yang kemudian menarik jubah tidurnya lagi dengan cepat.
Sedangkan Winny sontak tertawa dan menepuk bahu Jack dengan pelan sebelum memberikan kantong belanja yang tadinya dia taruh di atas meja pada Jack yang spontan menatapnya dengan pandangan bertanya.
" Bukalah, aku khusus memberikan itu padamu. "
" Kau tidak memberikan sesuatu yang aneh padaku, bukan? " Tanya Jack dengan ekspresi curiga, meski pada akhirnya dia tetap menerima pemberian Winny.
" Bisakah kau berhenti mencurigai diriku, Mr. Lingston?! " Balas Winny dengan ekspresi kesal miliknya.
" Aku bukannya curiga tapi iblis licik sepertimu memang pantas dicurigai. " Ucap Jack dengan nada santainya.
" Kau..... " Seolah tersadar, Winny dengan cepat menekan emosinya yang hampir saja meluap begitu mendengar kata-kata menyebalkan yang dengan santainya terlontar dari bibir merah Jack. " Hari ini aku tidak ingin berdebat denganmu, jadi cepat kau buka itu. " Tunjuknya ke arah kantong belanja yang kini masih berada di dalam genggaman Jack.
Sedangkan Jack hanya bisa memutar mata dengan malas, meski pada akhirnya dia tetap menuruti perkataan Winny.
_____
#happy reading and dont forget for your vomment!! 😊😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Say 'YES', Jack!!
RomanceSequel dari ' Miracle in My Love dan Joyz & Flau in Wedding ' ........................................................................ Jack Lingston, seorang pria sukses yang memiliki wajah rupawan layaknya seorang pangeran dari negeri dongeng. Men...