Bab 33

723 48 14
                                    

Seperti biasa di hari minggu pagi, Keylan akan duduk di hadapan tv dengan secangkir kopi panas buatan Rose. Seperti hari-hari biasanya yang selama ini dilaluinya untuk terus berada disisi Rose semenjak dirinya memutuskan untuk pensiun sebagai seorang pengusaha.

" Apa perlu kuambilkan camilan juga, Key? "

" Hmm..sepertinya boleh juga. " Jawab Keylan dengan wajah berseri.

Namun selang beberapa menit setelah kepergian Rose, Keylan yang berniat untuk mengambil cangkir kopinya sontak terhenti begitu melihat berita yang sungguh tidak dia duga akan kembali muncul disaat seperti ini.

Prang....

Rose yang saat itu baru saja akan kembali dengan membawa sepiring camilan tanpa sengaja menjatuhkannya begitu melihat berita yang sungguh membuatnya terkejut.

" Kenapa...kenapa setelah sekian lama.. " Rose seakan tercekat dan tidak mampu melanjutkan ucapannya, dia sungguh tidak menyangka bahwa masa lalu kelam keluarga Lingston kembali menyebar dan bahkan jauh lebih buruk dibanding dulu.

Keylan yang melihat ekspresi syok Rose segera menghampiri sosok istrinya itu lalu memeluk tubuh Rose dengan erat. Dia bisa merasakan kesedihan yang kini dirasakan oleh Rose, mengingat bahwa Sella Lingston adalah sahabat terbaik bagi istrinya itu.

" Tenanglah....kita mungkin saja tidak tahu secara pasti apa yang sedang terjadi di New York tapi aku yakin bahwa Joyz dan Jack sedang berusaha menyelesaikan semuanya. " Ucap Keylan yang kemudian menepuk-nepuk pelan punggung Rose.

" Aku tidak pernah mengerti mengapa orang sebaik mereka harus mendapat masalah seperti ini, Key. " Lirih Rose dengan ekspresi sedih miliknya.

Baik Liam maupun Sella, keduanya adalah sahabat terbaik Rose. Dia tidak pernah menyangka bahwa saat itu kedua sahabatnya itu akan mendapat masalah seperti itu. Sebagai seorang sahabat mereka pun, Rose bahkan tidak mampu melakukan apapun untuk menolong mereka.

" Jika kamu masih merasa bersalah pada mereka maka hentikan sekarang juga, Rose. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun, lagipula saat itu kita juga tidak mampu berbuat apapun untuk mereka. "

Yah...Keylan benar, baik dirinya maupun Keylan tidak mampu melakukan apapun untuk menolong Liam juga Sella yang saat itu tertimpa masalah. Sejak awal, keluarga Loyard bukanlah keluarga konglomerat seperti keluarga Lingston.

" Aku ingin kembali ke New York, Key. Aku takut terjadi sesuatu pada Jack maupun Bella. " Ucap Rose yang seketika membuat Keylan terkejut, mesli di detik berikutnya Keylan sontak tersenyum tipis ke arahnya.

" Baiklah, aku akan menyuruh Charles untuk menyiapkan pesawatnya. "

_____

" Tidak bisakah kita melakukan sesuatu untuk menghentikan berita sialan itu?! " Paul bertanya dengan ekspresi frustasi pada Joyz dan Flau yang sama-sama terlihat frustasi seperti dirinya.

Dia sungguh mengkhawatirkan kondisi Bella, semenjak berita itu muncul layaknya bom waktu, gadis itu lebih banyak diam dan mengurung diri di dalam kamarnya. Ditambah lagi dengan kondisi Jack yang seperti ini, Paul semakin takut jika kondisi mental Bella akan sama seperti Jack nantinya.

" Arghh!! Benar-benar menyebalkan! " Rutuk Paul dengan kesal lalu mengacak rambutnya.

" Omong-omong bagaimana dengan pekerjaan Bella? " Joyz bertanya dengan ekspresi khawatir pada Paul yang sontak balas menatapnya dengan pandangan 'kau masih bertanya sesuatu yang sudah jelas'

Detik itu, Joyz kembali menunduk dan mengusap wajahnya dengan lelah. Sudah pasti karier Bella juga ikut terkena dampak dari berita itu.

" Apa kamu tidak punya ide untuk menyelesaikan masalah ini, Joyz? " Tanya Flau dengan ekspresi polosnya yang semakin membuat Joyz merasa tidak berdaya.

" Haaa....memangnya kamu pikir aku ini apa, princess? " Joyz justru bertanya dengan ekspresi hampir menangis.

" Si jenius Joyz Loyard. " Berbanding terbalik dengan jawaban yang diinginkan oleh Joyz, Flau dan Paul justru menjawab pertanyaan Joyz dengan ekspresi yang paling meyakinkan.

" Ugh...sepertinya aku akan menua lebih cepat. " Batin Joyz yang kemudian memilih untuk menggendong Jullian dan pergi meninggalkan Flau juga Paul dengan wajah datar.

" Apa dia marah? " Flau bertanya pada Paul yang sudah pasti hanya mengangkat bahu.

" Mana kutahu dia sedang marah atau tidak, lagipula kau kan istrinya jadi sudah seharusnya kau yang lebih tahu. "

Mendengar ucapan Paul, Flau sontak memukul kepala sahabatnya itu dengan keras hingga Paul meringis dan memegang kepalanya dengan ekspresi hampir menangis.

" Rasakan itu. "

_____

Dilain tempat, kini Winny hanya duduk dan memandang cangkir tehnya dengan ekspresi sedih.

" Kurasa memang lebih baik jika kita tidak pernah bertemu sejak awal, Jack. " Gumam Winny dengan senyum tipis yang kini membingkai wajah cantiknya yang terlihat sedih.

" Benar, tidak seharusnya kamu bertemu dengan pria itu, Win. "

Deg..

Mendengar suara familiar itu, Winny sontak menoleh dan mendapati sosok Jimmy yang kini telah berdiri tepat di hadapannya dengan syal putih yang sama seperti yang dulu pria itu berikan padanya.

" Apa ini, seorang Jimmy Almeron ternyata membeli syal buy 1 get 1? " Sindir Winny dengan nada sarkatisnya.

Jimmy tersenyum kecil begitu mendengar ucapan Winny, ternyata gadis itu masih mengingat syal pemberiannya juga yang saat ini tengah dipakainya. " Aku memang sengaja membeli dua syal yang sama dan berniat memberikan salah satunya padamu. "

" Ck, sudahlah. " Balas Winny yang seolah tidak ingin membalas lebih jauh terkait syal itu.

" .... "

" Apa kau tidak ingin berkata sesuatu padaku? Seperti permintaan maaf karena telah menghancurkan hidup seseorang?! " Winny kembali bertanya pada Jimmy yang kini terlihat santai.

Bagaimana bisa pria itu masih saja terlihat santai ketika menghancurkan hidup seseorang.

" Katakan padaku, brengsek! " Seru Winny yang sontak mengundang tatapan dari pengunjung cafe lainnya.

Winny tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang terhadapnya, karena memang ini tujuannya bertemu dengan Jimmy. Dia tidak ingin lagi melihat Jack menderita.

" Dari awal aku sudah memperingatkanmu, Win. Kembalilah ke Los Angeles bersamaku dengan begitu maka aku tidak akan berbuat sesuatu hingga seperti ini. "

Kedua tangan Winny terkepal kuat mendengar semua ucapan Jimmy padanya. " Hentikan sekarang juga, Jim. Sebelum aku benar-benar membencimu seumur hidupku. "

Berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh Winny, Jimmy sontak terkekeh begitu mendengar ucapan gadis itu. Dari awal dia sudah menduga jika Winny akan mengatakan hal itu padanya, lagipula bukan sekali dua kali gadis itu menyakiti hatinya. Maka kali ini pun, Jimmy seolah telah menyiapkan hatinya untuk menghadapi setiap perkataan Winny.

" Kembalilah bersamaku maka aku akan menghentikan semuanya. "

" ..... "

Winny terdiam dan tidak mampu membalas ucapan Jimmy, dia sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Untuk yang pertama kalinya, seorang Winny Westron seolah terperangkap dijalan buntu yang membuatnya tidak tahu harus bagaimana.

" Pikirkan itu baik-baik. Aku tidak akan memberimu kesempatan lagi jika kamu masih menolak untuk kembali bersamaku, Win. " Ucap Jimmy lagi yang kemudian bangkit lalu pergi meninggalkan Winny seorang diri.

Brakk....

Winny memukul mejanya dengan marah, marah begitu sadar bahwa dirinya benar-benar lemah dan tidak berdaya untuk memperbaiki semuanya.

" Jack.... " Lirih Winny yang kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangannya begitu air matanya perlahan jatuh.

_____

#jangan lupa vommentnya yah, guys!!! 😚😘🤗

Just Say 'YES', Jack!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang