Bab 28

823 43 3
                                    

Jimmy duduk disisi jendela besar kamar hotelnya dengan segelas kopi yang masih mengepulkan asap diatasnya. Kedua matanya tampak memandang lurus ke arah berkas yang berada di atas meja kecilnya.

Irene, sekretaris pribadi yang baru saja direkrut oleh Jimmy menggantikan sekretaris pribadinya yang dulu sontak memandang bingung ke arah boss-nya itu. Jujur saja dia tidak mengerti dengan apa yang kini dilakukan oleh Jimmy yang hanya duduk diam lalu memandang sebuah berkas yang demi apapun itu tidak akan berubah bentuk bahkan jika boss-nya itu terus menatapnya.

" Bukannya saya lancang bertanya pada anda, tapi tidakkah anda terlalu lama menatap berkas itu? " Irene bertanya dengan sejuta keberanian yang muncul dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Mendengar pertanyaan yang menurut Jimmy sangat tidak bermutu itu sontak membuatnya menatap ke arah wajah polos Irene yang kini segera menunduk takut padanya. Bahkan, dia berani bertaruh bahwa gadis itu tengah menyesali kelancangannya sendiri yang dengan berani bertanya padanya.

" Well, bagaimana menurutmu? " Jimmy balas bertanya dengan sebelah alis terangkat, tidak ada salahnya jika dia mencoba untuk memaklumi kesalahan sekretaris pribadinya kali ini. Mengingat hari ini adalah hari pertama gadis itu bekerja padanya.

" Eh? Maksud anda? " Irene merutuk kesal ketika dia sadar bahwa tidak seharusnya dia kembali membalas pertanyaan boss-nya itu dengan pertanyaan yang sialnya sungguh konyol.

Jimmy sedikit terkekeh begitu melihat ekspresi gugup yang kini membingkai wajah polos Irene, gadis itu sungguh terlihat seperti Winny ketika belasan tahun yang lalu.

" Berkas ini... " Tunjuk Jimmy ke arah berkas yang kini berada dalam genggamannya. " ..bagaimana menurutmu? " Lanjutnya yang sontak membuat Irene terdiam selama beberapa saat.

" ...menurut saya, itu adalah berkas yang tidak patut untuk diketahui oleh seseorang yang tidak berhubungan dengan Mr... "

" Why? " Jimmy memotong ucapan Irene dengan kembali bertanya.

" Karena apa yang tertulis dalam berkas tersebut adalah sebuah privasi.. "

" Lanjutkan. " Ucap Jimmy dengan nada dinginnya yang seketika membuat Irene semakin takut untuk kembali meneruskan ucapannya.

" .... "

" Apa kau takut padaku? " Jimmy bertanya dengan ekspresi datar yang sontak membuat Irene menggeleng dengan cepat.

" Tentu saja tidak, tuan. " Jawab Irene dengan rasa panik yang melanda dirinya.

" Kalau begitu lanjutkan ucapanmu. "

Irene merasakan hawa dingin yang seolah mengitari tubuhnya ketika Jimmy menatap lurus ke arahnya dengan ekspresi datar. " ....karena apa yang tertulis dalam berkas tersebut adalah privasi seseorang yang saya rasa tidak ingin dia publikasikan, karena itu dia berusaha untuk tetap merahasiakannya. " Lanjut Irene yang sontak menunduk takut.

Jimmy kembali terkekeh lalu menyerahkan berkas yang tadinya dipegang olehnya pada Irene yang dengan segera menerimanya dengan cepat. " Time has run out. Publikasikan berkas ini sekarang juga. "

Kedua mata hitam milik Irene sontak melebar tidak percaya begitu Jimmy memberinya perintah untuk menyebarkan berkas yang kini berada dalam genggamannya. Namun sebagai seorang sekretaris pribadi Jimmy Almeron, Irene tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh atasannya.

_____

Jack duduk diatas kursi kebesarannya yang kini menghadap ke arah luar ruangannya dengan sebelah tangannya yang memijat pangkal hidungnya ketika kepalanya kembali berdenyut. Sudah berhari-hari yang lalu, Jack bahkan tidak sempat makan dan tidur dengan teratur mengingat Bella yang masih saja yang tidak ingin menemuinya jika dia belum memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Winny.

" Damn it! " Rutuk Jack dengan kedua tangan terkepal erat.

Tokk..tok..

Mendengar suara ketukan di pintunya, Jack dengan segera memutar kembali kursinya hanya demi mendapati pelototan dari kedua mata sahabatnya yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

" Uhm, what? " Jack bertanya dengan ekspresi bertanya.

Joyz menghela nafas begitu mendengar pertanyaan Jack yang sudah dapat diduganya itu, bahkan dia tidak akan terkejut lagi jika sahabatnya itu akan melupakan rapat yang beberapa menit lagi akan dimulai.

" Well, entah mengapa aku sungguh ingin memecatmu dari kursi presdir saat ini juga. " Kesal Joyz yang demi apapun mengharapkan suatu keajaiban yang mampu membuat sahabatnya itu lebih niat dalam bekerja.

" Aku akan menerimanya dengan senang hati, Joyz. " Balas Jack dengan senyum miring yang kini membingkai wajah tampannya.

" Ck, sudahlah ayo cepat. " Joyz mendecak dengan segala kekesalan yang seolah mengumpul jadi satu ke dalam otaknya tapi sialnya tidak mampu dilampiaskan olehnya.

_____

Jack dan Joyz berjalan bersamaan menuju ruang rapat yang entah mengapa terlihat begitu gaduh, hingga terdengar dari luar ruangan.

" Ck, apa-apaan kalian semua?! " Tegur Joyz begitu dirinya membuka pintu ruang rapat dengan keras yang cukup membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut saat itu juga.

" Ma..maafkan kami, tuan Joyz. " Ucap mereka secara bersamaan menunduk takut begitu melihat ekspresi marah Joyz.

" Apa kalian tidak punya sopan santun ketika berada di dalam ruang rapat?! " Joyz berseru marah tepat di hadapan para bawahannya yang sungguh membuatnya sangat ingin memukul mereka satu per satu.

" Easy, Joyz. " Ucap Jack yang kemudian menepuk bahu Joyz, berusaha menenangkan emosi sahabatnya itu.

Namun, tepat ketika Joyz berniat untuk membalas ucapan Jack, sekretaris pribadinya sontak membisikkan sesuatu padanya yang demi apapun itu membuat tubuh Joyz mematung seketika.

" What's wrong? " Melihat perubahan ekspresi sahabatnya itu, Jack sontak bertanya dengan bingung.

Joyz seolah tersadar begitu mendengar suara Jack yang terdengar bingung karena sikapnya, namun apa yang baru saja didengarnya adalah sesuatu yang tidak patut untuk diketahui oleh Jack. Dia tidak yakin bahwa sahabatnya itu akan baik-baik saja ketika mendengarnya.

" Rapat hari ini dibatalkan, kalian semua boleh keluar dari ruangan ini sekarang juga. " Ucap Joyz dengan ekspresi dinginnya yang mampu membuat semua orang yang berada di ruangan itu dengan senang hati keluar secepat mungkin.

" What?! " Jack benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Joyz yang tiba-tiba berubah dan membatalkan rapat begitu saja tanpa alasan yang bahkan dirinya tidak tahu.

Joyz duduk di salah satu kursi begitu semua orang yang tadinya berada di dalam ruangan telah sepenuhnya pergi, termasuk sekretaris pribadinya yang dengan perlahan menutup pintu. Menyisakan dirinya dengan Jack yang berada di tepat di hadapannya dengan ekspresi kesal.

" Well, bisa kau katakan padaku alasan mengapa kau tiba-tiba saja membatalkan rapat hari ini? " Jack bertanya dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dadanya.

Berbanding dengan menjawab pertanyaan sahabatnya itu, Joyz lebih memilih untuk memberikan ponselnya pada Jack yang sontak menatapnya dengan pandangan bertanya.

" What? "

" Lihat dan baca baik-baik. "

Jack memutar mata dengan malas begitu mendengar ucapan Joyz, meski pada akhirnya dia tetap menerima ponsel milik sahabatnya itu. Namun detik ketika dia melihat apa yang kini tertera pada layar ponsel Joyz, nafas Jack seolah tercekat.

" Ba...bagaimana bisa ini... "

Ponsel Joyz jatuh dari genggaman Jack yang spontan terduduk dengan tubuh gemetar, seiring dengan kenangan buruk yang berusaha dikuburnya kini kembali bermunculan sedikit demi sedikit dalam ingatannya.

" Go away!! "

_____

#Jangan lupa vommentnya yahh guys!!

Just Say 'YES', Jack!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang