Selama beberapa saat, Jimmy nampak terdiam begitu mendengar perintah Wilson yang sebenarnya sudah sempat diperkirakan sebelumnya, meski sebenarnya dia tidak mengira bahwa Wilson akan memberi perintah padanya secepat ini. Tapi jika mengingat kebersamaan Winny dan Jack, rasanya wajar saja jika Wilson tidak ingin membiarkan Winny bersama dengan Jack lebih lama lagi.
" Aku mengerti. " Balas Jimmy yang kemudian mengusap wajah tampannya dengan jengah usai Wilson memutus sambungan dengannya.
Hanya ada satu cara yang kini terpikirkan dalam benak Jimmy, satu-satunya cara yang dia yakin akan membuat hubungan Winny dan Jack hancur. Namun lebih dari itu, ada setitik rasa bersalah ketika dia harus bersiap kehilangan senyum bahagia yang pernah membingkai wajah cantik Winny kala gadis itu bersama dengan Jack.
" Jadwalkan penerbanganku ke Los Angeles besok pagi. " Ucap Jimmy yang kemudian memutuskan untuk membaringkan tubuhnya kembali usai menghubungi sekretaris pribadinya.
Dilain tempat, kini Jack terlihat begitu terkejut ketika melihat Winny keluar dari pintu kamarnya hanya dengan berbalutkan jubah tidur yang demi apapun terlihat begitu sexy.
" Ada apa, Jack? Kenapa malam-malam begini kamu mengetuk pintu kamarku? " Tanya Winny dengan wajah setengah tidurnya, bahkan dia tidak lagi bisa menyimpulkan apa arti ekspresi yang kini ditampilkan oleh pria yang kini tengah berdiri tepat di hadapannya.
" Hmmmm....itu...boleh aku tidur bersamamu? Seperti biasanya... " Pinta Jack dengan sebelah tangan yang menggaruk bagian belakang kepalanya yang bahkan tidak gatal dengan ekspresi malu-malu.
Dan bisa dipastikan setelah mendengar permintaan Jack, kedua mata keemasan milik Winny seolah terbuka dengan paksa. " No! Lagipula kamu sendiri yang dengan seenaknya masuk ke dalam kamarku setiap harinya lalu kamu bilang seperti biasanya?! " Oceh Winny yang dengan cepat berbalik dan berniat menutup pintu kamarnya jika saja Jack tidak menahannya dengan cepat.
" Come on, babe. Please.... " Jack berusaha dengan sekuat tenaga menahan pintu kamar Winny dengan kedua tangan dan sebelah kakinya, dia bahkan tidak lagi peduli bagaimana ekspresi wajahnya yang tengah memohon saat ini.
Karena bagi Jack, masuk dan tidur bersama Winny adalah hal yang paling penting yang harus dilakukannya jika dia tidak ingin tidur sendiri di dalam kamar pribadinya yang terlihat begitu menakutkan ketika malam hari.
" Astaga hentikan, Jack! Apa kamu mau membuat pintu kamarku rusak?! " Seru Winny yang masih berusaha menutup pintu kamarnya dengan mendorong tubuh kekar Jack dengan sekuat tenaga.
" Please, Win...aku takut jika harus tidur seorang diri. " Pinta Jack yang seketika membuat Winny menghentikan aksinya.
" Kamu takut tidur seorang diri?! Astaga kamu itu bukan lagi anak kecil, Jack. Lagipula sebelumnya kamu bisa tidur seorang diri. " Ucap Winny dengan kedua tangan bersedekap dan dengan ekspresi angkuhnya Winny menatap kedua mata hazel Jack dengan lekat. " Kamu harus berlatih tidur seorang diri mulai saat ini juga, Jack! " Lanjut Winny dengan nada memerintahnya.
Jack yang merasa syok begitu mendengar ucapan Winny sontak menggeleng dengan cepat layaknya seorang anak kecil yang membenci sesuatu. " Sebelumnya aku bisa tidur seorang diri karena aku harus begadang sampai pagi baru aku bisa tertidur. Please...aku akan mengabulkan semua permintaanmu asal jangan yang satu itu. Aku tidak sanggup melakukannya, Win. "
" Well, kalau begitu katakan alasannya mengapa kamu tidak bisa melakukan itu, Jack?! " Balas Winny yang masih berdiri dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.
Deg....
Untuk sesaat, Jack seakan lupa bagaimana caranya bernafas begitu mendengar pertanyaan Winny yang mampu membuat tubuhnya mematung. Hingga suara Winny yang memanggilnya seolah menyadarkan dirinya.
" Jack! Jack! " Panggil Winny yang jujur saja sedikit panik ketika melihat sosok Jack yang tiba-tiba terdiam.
" Maaf, kurasa kamu benar...aku harus mulai belajar tidur seorang diri. " Ucap Jack dengan senyum yang entah mengapa mampu mengusik hati Winny dan begitu dia memutuskan untuk pergi dari kamar gadisnya, jemari hangat Winny tiba-tiba menahan lengannya.
" Fine, kamu boleh tidur bersamaku untuk malam ini, Jack. " Ucap Winny yang ikut tersenyum manis ketika Jack kembali berbalik dan memeluk tubuhnya dengan tiba-tiba.
Meski begitu, Winny yang mulai terbiasa dengan perubahan sikap Jack yang tidak pernah bisa dia tebak kini melingkarkan kedua tangannya dan balas memeluk kekasihnya itu dengan tak kalah eratnya, sebelum akhirnya Jack perlahan melepas pelukannya dan sedikit menunduk untuk menyamai tinggi Winny.
" Tidak, kamu benar, Win. Aku harus belajar menghilangkan kebiasaanku itu. " Balas Jack yang kini tersenyum tipis dan memilih untuk kembali ke kamar pribadinya usai mengusap puncak kepala Winny penuh sayang. " Good night, Win. " Ucap Jack yang kini telah benar-benar menghilang dalam kegelapan.
Meninggalkan Winny seorang diri dengan berbagai pertanyaan yang tiba-tiba memenuhi benaknya, sebenarnya apa alasan pria itu seolah memiliki phobia ketika harus tidur seorang diri dan mengapa Jack seakan belum bisa mempercayai dirinya untuk berbagi cerita tentang segala sesuatu yang menyangkut dirinya.
" Kapan kamu bersedia menceritakan tentang dirimu padaku, Jack? Jangan buat aku merasa asing dengan kekasihku sendiri. " Gumam Winny yang kemudian menutup pintu kamarnya secara perlahan.
Jack masuk ke dalam kamar pribadinya dengan perlahan, hawa dingin juga kegelapan yang seolah telah menanti kedatangannya seketika membuat tubuhnya gemetar ketakutan. Sebenarnya dia tidak setakut ini jika tidur seorang diri di hotel ataupun di rumah Joyz, namun jika dia harus tidur seorang diri di rumah ini, rumah yang selalu membawa kenangan buruk ketika malam menjelang, Jack tidak mampu menahan ketakutannya.
Karena sejujurnya, Jack begitu membenci kediamannya. Banyak memori yang tidak lagi ingin diingatnya tersimpan di dalam rumah ini. Rumah masa kecil miliknya yang bagaikan kutukan bagi Jack.
" Bella.... " Lirih Jack yang semakin gemetar meski dirinya telah mencoba berbaring dan bersembunyi di dalam selimut tebal miliknya.
_____
Winny terbangun ditengah-tengah tidurnya ketika mendengar suara jeritan seseorang dan begitu dia membuka pintu kamarnya, terlihat kepala pelayan keluarga Lingston, Hans dan beberapa pelayan lainnya berdiri tepat di pintu kamar Jack dengan wajah panik mereka.
" Apa yang terjadi?! " Winny bertanya dengan ekspresi paniknya bahkan dia hampir saja terjatuh karena harus terburu-buru berlari menghampiri kamar pribadi Jack yang berada tidak jauh dari kamarnya.
" Nona?! " Ucap Hans yang jujur saja terkejut mendapati Winny yang terbangun dan bahkan berjalan tanpa alas kaki. " Siapkan alas kaki untuk.... "
" Tidak perlu. " Potong Winny dengan cepat, dia tidak peduli dengan kakinya yang memakai alas kaki atau tidak karena saat ini yang lebih penting adalah keadaan Jack, mengapa pria itu tiba-tiba berteriak. " Suara itu berasal dari Jack, bukan?! "
Hans yang mendengar pertanyaan Winny sontak terdiam dengan wajah tertunduk. " Ya, nona. Suara itu berasal dari tuan muda Jack. "
" Kenapa? Apa yang terjadi padanya?! Kenapa dia berteriak seperti itu?! " Tanya Winny dengan nada paniknya dan berniat untuk membuka pintu kamar Jack jika saja Hans tidak lebih dulu mencegah dirinya.
" Hal seperti ini sudah biasa terjadi jika tuan muda Jack memilih untuk tidur di malam hari tanpa ada seseorang yang menemani tidurnya. "
Winny yang merasa penjelasan Hans tidak masuk akal, sontak menggeleng dan berusaha membuka pintu kamar Jack dengan paksa. " Kamu pikir saya percaya dengan ucapanmu?! Jika Jack tidak bisa tidur dimalam hari tanpa ada yang menemani tidurnya lalu bagaimana hari-harinya sebelum kedatanganku kemari?! "
" Tuan muda Jack memanggil para wanita panggilan untuk menemani tidurnya. " Jawab Hans dengan cepat yang mampu menghentikan jemari Winny.
" Apa kamu bilang?! "
_____
#happy reading!! maafin krna author update malem2 wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Say 'YES', Jack!!
RomansaSequel dari ' Miracle in My Love dan Joyz & Flau in Wedding ' ........................................................................ Jack Lingston, seorang pria sukses yang memiliki wajah rupawan layaknya seorang pangeran dari negeri dongeng. Men...