Part 28

51 5 0
                                    

Selisih beberapa menit dengan terdengarnya pengumuman tersebut tak lama datanglah tamu yang Kepsek tersebut maksud. Mereka bertiga memakai seragam serba putih dan tidak lupa memakai masker biru dengan tas besar yang mereka bawa.

Mereka bertiga langsung duduk dikursi yang disediakan, setelah mereka beritiga duduk manis sambil melihat kearah para murid yang duduk dengan tatapan takut bahkan ada juga yang senang.

Tak lama datang guru kesiswaan dan guru agama. Mereka berdiri sambil memberitahukan maksud dan tujuan ketiga orang berseragam yang duduk didepan tersebut.

"Pagi"sapa Guru kesiswaan tersebut yang bernama pak Samsul.

"Pagi"jawab murid kelas 10 A serempak.

"Siang pak"jawab Malvin seorang. Semua tatapan kearah Malvin, sedangkan yang ditatap hanya diam tak berdosa.

"Disini bapak ingin memberitahukan maksud dan tujuan mereka bertiga datang kekelas kalian"ucap Pak Samsul. Semua murid menjadi pendengar yang baik kecuali Malvin yang dari tadi mendengus sebal dengan guru botak yang ada didepannya ini.

"Mereka bertiga akan melakukan imunisasi pencegahan penyakit Difteri...jadi disini siapakah yang sudah disuntik difteri?"tanya Pak Samsul.

Hening...tidak ada yang menjawab atau pun mengangkat tangan, berarti tidak ada.

"Baiklah kita mulai saja imunisasinya sekarang...sekarang kalian tolong berbaris dengan rapi maju kedepan"

"Baik pak"jawab Gusti semangat, ia berbeda dengan yang lain.

Setelah mendengar perintah Pak Samsul semua murid pun berbaris kedepan, ada yang sangat senang, ada yang biasa saja seperti tidak ada sesuatu, bahkan ada yang heboh karena takut dengan jarum suntik.

Barisan pertama adalah Gusti, karena ia sangat senang dan bersemangat sekali. Disusul oleh Didit yang sedikit gerogi tapi dipaksa oleh Malvin untuk maju terlebih dahulu.

Mereka berdua duduk dikursi yang disiapkan, dengan sebelah tangan seragam mereka yang dilipat agar tudak menghalangi.

"Bu sakit kagak?"tanya Didit menutup matanya, padahal belum disuntik bahkan alat suntiknya saja belum diisi cairan obat pencegah Difteri.

"Enggak tenang aja kok"ucap Guru Agama.

"Iya bu...awwwwss sakit buuu huhuhu hiks...hiks...enyut enyutan bu..."ringis Didit saat lengan kirinya disuntik.

Murid yang lain menjadi takut karena Didit saja kesakitan dan bahkan sampai menangis.

Sedangkan Gusti duduk santai bahkan ia melihat dengan jelas jarum suntik yang tajam itu menusuk kulitnya.

"Wah...hebat ya mbak gak takut nyuntik saya...keren"puji Gusti pada suster tersebut yang memang memiliki wajah yang cantik dan muda.

"Gombal aja kamu Gus"sindir pak Samsul.

"Eh si bapak sirik aja pak sama saya hehehehe"

"Udah silakan kesana dan kamu boleh duduk ketempat kamu"ucap sang suster ramah pada Gusti.

"Subhanallah...ini adalah kuasa Allah yang tidak pernah tertandingi..."ucap Gusti

"Bisa noh gus...buat cem ceman lo"sambung Malvin dari barisan paling belakang sebelum Kaira dan Andra.

"Pasti Mal..."sahut Gusti mengacungkan jempol.

"Woy awas giliran gue ni"omel Bima pada Gusti yang masih duduk sambil memegangi tangannya yang barusan disuntik.

"Sewot bangat sih!"sewot Gusti

"Hai neng apa kabar?"tanya Bima yang memang selalu menggombali wanita yang bening dimatanya.

First Love [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang