Raka

17.7K 1K 18
                                    

Raka menghentikan motornya pada sebuah lapangan yang dipenuhi ibu-ibu persit yang sedang bermain Voly, juga beberapa orang suaminya yang menemani istrinya, adapula yang mengasuh anaknya sedangkan sang istri bergosip ria bersama ibu-ibu persit yang lainnya. Suami-suami yang tersakiti. Pria-pria berseragam loreng itu memang keras dilapangan, tetapi hatinya hangat dan luluh pada wanita.

Raka turun dari motornya dengan menenteng paperbag pemberian Imel. Ia memberikan hormat pada Edi yang merupakan kakak asuhnya dijaman taruna dulu. Edi membalas hormat sang adik asuh kemudian menepuk bahu pria yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya.

"Desuh, apaan tuh" tanyanya dengan menunjuk paperbag yang Raka bawa.

"Siap, oleh-oleh dari Imel bang" Jawab Raka dengan nada datar. Raka antusias dengan gadis kecil digendongan Edi, ia mencubit pipi gembul anak perempuan itu yang sukses membuat gadis kecil itu menangis, Edi membawa putrinya menuju sang ibu yang sedang bergosip ria.

"Woy sasuh, ga bagi-bagi lu, pelit dasar" Ucap Rendi yang etah dari mana datangnya tiba-tiba merebut paperbag Raka. Rendi merupakan teman terdekat Raka yang memiliki sikap abnormal. Tak sedikit wanita yang tertipu dengan wajah tampannya, dibalik tampangnya itu terdapat sebuah keajaiban yang luar biasa. Sikap aslinya yang rusuh,cerewet,cengeng dan baperan tidak menandakan bahwa ia merupakan pagar bangsa. Tetapi jika bertugas ia jauh dari Rendi yang sesungguhnya. Ia tampak sangar dan garang. Rendi dan Raka merupakan salah satu taruna yang ditakuti dijaman pendidikan perwiranya dulu. Rendi terkenal dengan kakak letting yang sering menjahili adik lettingnya, sedangkan Raka terkenal dengan sikap judesnya.Dan jangan lupakan fakta bahwa Rendi tergila-gila oleh Imel yang lebih dekat dengan sahabatnya. Ia merubah penampilan menyerupai Raka demi memikat hati Imel. Seperti mengganti parfume yang sama dengan Raka. Ralat, tidak mengganti parfume melainkan mengambil parfume Raka.

"Suh parah lu, itu kan titipan yang beb Imel, gila pelakor lu" Rendi menggunakan kata pelakor yang merupakan kepanjangan dari perebut laki orang. Akhir-akhir ini netizen sedang booming membicarakan video-video pelakor yang dengan terang-terangan merebut suami orang didepan istri sahnya. Vidoe yang menampilkan seorang ibu-ibu yang menghamburkan uang didepan pelakor. Usut punya usut sang pelakor itu merupakan sahabat karibnya. Rupanya jodoh itu bukan hanya dicari, tapi juga ditikung. Berbagai macam pelakor yang sudah terdeteksi, seperti pelakor yang hanya memanfaatkan laki-laki hidung belang untuk menguasai hartanya, pelakor dari kalangan remaja yang menggoda om-om bahkan kakek-kakek bau tanah dan yang sedang trending adalah pelakor yang wajahnya tak seberapa dibanding istri sah sang suami itu. Huh jadi pelakor saja bangga

"Ini buat ngobatin rindu sama kampung halaman katanya" Ucap Raka yang sedang menggigit ubi cilembu pemberian Imel. Ubi berwarna unggu itu memang makanan kesukaan Raka. Kedua orangtuanya memiliki berbagai kedai oleh-oleh khas Bandung yang buka diberbagai cabang seperti Cihampelas dan Ciwedey yang dekat dengan wisata Kawah putih. Ia merindukan ubi yang terjaja dikedai oleh-olehnya. Tak hanya merindukan ubi itu namun ia sangat merindukan kedua orangtuanya. Setelah praspa, Raka mendapatkan tugas di batalyon infanteri raider 400 sehingga ia kembali jauh dari keluarganya.

"Ah makan peuyeum jadi inget kampung halamannya sasuh gue" ucap Rendi dengan mulut yang sudah berisi penuh dengan peyeum. Meski jajanan seperti ini terdapat diberbagai daerah,tetapi rasanya tetap beda dari peyeum dan ubi asli Bandung itu.

"Saha?" Tanya Raka penasaran.

"Elu bego" ucap Rendi dengan memukul kepala Raka dengan peuyeum yang ada ditangannya. Makanan yang terbuat dari hasil fermantasi singkong itu masuk kemukut Rendi dengan lahapnya. Pria itu seolah sudah bertahun-tahun baru merasakan makan.

"yang beb gue dari Bandung?"

"Bukan" jawab Raka singkat

"Lah terus ini dari siapa, manaan enak lagi?" ucap Rendi yang sudah menghabiskan setengah dari peuyeum yang dibawa Raka.

"Tetehnya"

"Ciyus lu? Hah emang kolonel punya anak lagi?" Tanya Rendi dengan menatap mata Raka dengan intens, sukses membuat Raka jijik. Pria itu memang memiliki kosakata alay yang biasa dipakai cabe-cabean, entah ia belajar dari mana bahasa alay itu. Mungkin saja setiap malam minggu Rendi mengajak pacarnya, yang sekarang sudah menjadi mantan itu untuk mangkal di jembatan layang bersama cabe-cabean.

"Mana gue tau"

"Kenapa ga nanya"

"Ga peduli" Raka mamalingkan wajahnya dari Rendi kemudian ia pergi meninggalkan Rendi yang masih penasaran. Raka melangkah menuju kerumunan anak-anak kecil yang sedang bermain disamping lapangan Voly menunggu ibunya yang sedang asik bermain Voly maupun bergosip ria dibawah pohon rindang. Raka merupakan pria yang sangat menyukai anak kecik, tak heran jika ia menjadi primadona anak-anak kecil diasrama ini. Terutama anak perempuan yang kerap kali mengajak Raka untuk bermain masak-masakan dan pria itu tak pernah menolak. Berbanding terbalik dengan Rendi yang tak menyukai anak kecil, baginya anak kecil hanya bisa menangis dan merepotkan.

"Daebak lu Sasuh" teriak Rendi pada Raka yang sudah dikerumuni anak kecil. Anak-anak itu menjulurkan lidahnya pada Rendi dengan kompak. Raka hanya tertawa kecil

"Kamvret lu Raka" Rendi kembali berteriak. Beberapa ibu-ibu mempelototi Raka karena ucapannya itu dirasa tidak pantas diucapkan oleh seorang abdi negara didepan anak kecil. Rendi sering kali mendapat teguran karena becandaannya yang kerap melontarkan kata-kata yang tak pantas, seperti mengabsen para penghuni kebun binatang.

**

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang