Bersalah

12K 801 4
                                    

Raka berguling kekanan dan kekiri entah sudah berapa kali ia lakukan itu sehingga membuat ranjang yang ditidurinya bergerak.

"Suh diem napa, ane ngantuk nih" Rendi yang merasa ranjang bergerak-gerak protes pada Raka. Rendi memang memiliki ranjang sendiri hanya saja ia menumpang diranjang Raka karena takut tidur diranjangnya setelah ia menonton film horror. Rendi memiliki rasa takut yang cukup tinggi, namun ia tetap saja memaksakan untuk menonton karena rasa penasaran. Tadi sore ketika Rendi sedang mandi ia berteriak dan berlari dengan rambut yang penuh shampo dan tak menggunakan kain sehelai-pun, beruntung dirumah hanya ada Raka yang sedang menonton TV. Ia berteriak dan mengumpat dibalik tubuh Raka. Usut punya usut kejadian tersebut karena Rendi mendengar suara tangisan kuntilanak, ia mengatakan bahwa kuntilanak yang ia tonton tadi ikut bersamanya kedunia nyata, ternyata tangisan itu berasal anak Lettu Rudi disamping rumahnya. Ranjang Raka menjadi sempit karena harus berbagi lahan dengan tubuh kekar Rendi.

"lu kenapa sih?" Tanya Rendi

"Bingung" jawab Raka. Rendi mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Raka mulai menceritakan penyebab dibalik kebingungannya. Ia menceritakan percakapannya dengan Cika tiga hari yang lalu. Raka tidak bermaksud untuk membuat Cika tersinggung, namun saat itu mulutnya merasa lepas kontrol, tidak biasanya Raka banyak omong pada seorang wanita.

"suh lu coba aja sms,chat atau DM gimana kek, minta maaf gimana gitu" Rendi memberi saran. Disituasi tertentu Rendi yang pecicilan dan rusuh dapat berubah menajdi bijak dan teguh. Hal seperti itu sudah terpikirikan oleh Raka namun ia bingung untuk memulainya, kata-kata apa yang akan ia tuliskan untuk Cika.

"Gengsi lu?"

"Bro, gue tau lu anti minta maaf sama cewek, ga biasanya lu kayak gini. Ada rasa sama mbak Cika ya lu?" Lanjut Rendi. Raka memang tertutup dan pintar menyembunyikan rasa. Hanya Rendi yang dapat membaca gerak tubuh Raka.

"Gue cuma ngerasa ga enak aja, secara kan dia anak petinggi" Raka mengelak ucapan Rendi, ia merasa ada yang berbeda didalam hatinya. Ia mengurungkan niatnya untuk meminta maaf kepada Cika melalui pesan singkat. Ia akan menemui Cika dan meminta maaf secara langsung.

**

Sudah dua jam Cika berkutat didepan televisi. Acara gossip selebriti sedang menayangkan kasus-kasus narkoba yang menimpa para selebriti, bahkan salah satu dari selebriti tersebut merupakan duta narkoba. Apa jadinya Negara ini jika para kaum mudanya terlena dengan barang haram yang menghancurkan dirinya sendiri. Siapa yang akan meneruskan Negara ini. Narkoba merupakan zat adiktif yang dapat merusak jaringan saraf otak. Penggunanya akan merasa halusinasi dan ketagihan.

"Teh, Imel mau maen dulu bentaran di Transmart nanti pulangnya jam 4" Pamit Imel pada Cika, Cika hanya mendengus kesal, ia sangat bosan tinggal di Semarang karena ia memang tidak mengetahui daerah tempat tinggalnya. Sehari-harinya ia hanya menghabiskan waktu didalam rumah. Rani kerap kali mengajak Cika untuk mengikuti kegiatan persit seperti senam zumba namun Cika menolaknya, ia tidak menyukai bergabung dengan ibu-ibu yang hobby bergosip. Saat ia masih kecil Cika memang kerap mengikuti kegiatan persit bersama ibunya.

Jam menunjukan pukul 4 sore, Cika merasa semakin bosan berdiam diri dirumah. Ia mengganti celana kolor yang dikenakannya dengan jeans panjang berwarna navy juga kaos putih bertuliskan Bandung Paris van Java yang dibelinya sebulan yang lalu dikota Kembang. Cika maraih kunci motor N-Max diatas meja kerja sang ayah. Tanpa ba-bi-bu Cika mengeluarkan motor dan melesat menuju Transmart.

Cika duduk didalam Solaria dan memesan coffe latte kesukaannya, ia menunggu sang adik yang sedang menonton bioskop bersama teman-temannya. Ia mengeluarkan earphone dan mulai mendengarkan lagu virus yang dibawan oleh sebuah grup band slank.Grup band yang beraliran rock dan blues itu memiliki aura tersendiri dihati Cika. Cika adalah slankers sejati, selera musiknya berbeda dengan selera music gadis-gadis modern lainnya.
Pandangan mata Cika mengarah pada seseorang yang sedetik lalu duduk dihadapannya. Pria itu mengenakan celana selulut berwarna coklat khaki dan kaos putih dengan kemeja kotak-kotak navy panjang yang tidak dikancingkan dunia ini terlalu sempit bagi Cika.

"Saya nunggu Imel" Ucap Cika datar

"Saya tidak nanya" Raka menjawab dengan ketus

"Saya memberi tahu" Cika mendengus kesal

"Dan saya tidak mau tahu" Cika semakin geram dengan ucapan makhluk didepannya, Cika meninggalkan Raka sendiri. Ia berjalan menuju parkiran Transmart dan melaju menuju jalan Setia Budi untuk kembali kerumahnya. Sedangkan Raka merutuki dirinya yang tak mampu menjaga sikap dihadapan Cika. Ia berniat untuk meminta maaf pada Cika namun hasilnya gadis itu semakin marah padanya.

"Astaga" Raka melupakan satu hal, ia meninggalkan Rendi disupermarket. Raka dan Rendi sedang berbelanja kebutuhan sehari-hari. Ia melihat Cika yang menyeruput coffe didalam Solaria, tanpa meminta izin pada Rendi.

Teng nong neng

Diberitahukan kepada Raka Rayyan dengan ciri-ciri mengenakan kemeja biru dan celana coklat ditunggu disumber suara oleh Letda inf. Rendi Wintama

"Astaga emang gue anak kecil gabakal ilang juga kali" ucap Raka dalam hati.
Raka berjalan menuju sumber suara. Rendi dengan tampang sok polosnya menatap Raka, sedangkan mbak-mbak yang diperkirakan mengumumkan tadi tampak terkekeh, ia berfikir bahwa Raka Rayyan yang dimaksud Rendi adalah seorang anak kecil.

"Gila lu" ucap Raka

"Kalo babang ilang nanti dedek ama siapa?" Raka nampak jijik dengan ucapan Rendi. Beberapa mbak SPG tertawa geli.

"Gelo maneh" Raka sudah menarik
tangan Rendi menuju parkiran.

**
Gelo maneh = gila lu

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang