Makrab

10.8K 569 14
                                    

From : Raka Rayyan
To : Ayu
Dek, bisa temani mas makrab sore ini?

Send.

Setelah berfikir berulang kali akhirnya Raka memiliki keberanian untuk mengajak seorang gadis menemani makrabnya. Malam keakraban taruna akademi militer dimana semua taruna dari tingkat 1 sampai 4 diperbolehkan membawa pasangannya atau kerap dipanggil rekanita menemani makrabnya. Sesuai namanya malam keakraban ini berisi pesta para taruna yang menampilkan bakat dan kemampuannya, makan malam bersama dan juga menghadirkan para penyanyi papan atas. Tak hanya itu, pesta dansa merupakan momen yang paling ditunggu oleh para taruna. Raka, seorang pemuda yang masuk dalam korps kehed itu merupakan pengecualian dari kalimat yang tertera diatas. Alasan Raka menghindari pesta dansa itu karena ia tak membawa rekanita. Dan dengan senang hati ia menceburkan dirinya pada kolam baben bersama para taruna lain yang bernasib sama sepertinya. Namun, kali ini ia sudah yakin tak akan mengulangi makrab ditahun sebelumnya, ia yakin akan menggandeng gadis cantik itu. Sebenarnya Raka tak menyukai malam keakraban, baginya tak ada keakraban didalamnya. Para taruna sibuk dengan pacarnya masing-masing. Mengobrol bersama hanyalah selingan saja. Makrab yang terkesan glamour tak sesuai dengan prinsip Raka yang memegang teguh kesederhanaan dan merakyat.

Pria itu, memasuki sebuah kamar berdinding kelabu. Ia merebahkan dirinya pada sebuah sofa yang terdapat didalam kamar tersebut.

"Koe ngajak sopo Rak?" Tanya pria yang sedang mengancingkan kemeja Pakaian Dinas Pesiarnya.

"Aku ajak konco Dim" Jawab Raka. Dimas, sahabatnya itu sudah mulai mempersiapkan untuk makrabnya sedangkan Raka masih terbaring dengan kolor biru tanpa baju. Pria itu sedang membayangkan mengandeng Ayu dan ditengah pesta dansa ia akan membisikan kata cinta untuk menjalin asmara bersama mahasiswa ekonomi itu.

"Wihh sopo koncomu? Aku wis suruh Rendi ajak temen rekanitanya buat nemenin makrabmu" ucap Dimas.

"Wes lah aku pengin njupuk cah wadon, pintunya kunci Rak " Lanjut Dimas yang sudah rapi dengan topi pet yang ditentengnya. Raka memang sedang berada dirumah Dimas, rumah yang tak perpenghuni ini kerap dikunjungin oleh Dimas ketika sedang pesiar maupun IB karena letaknya tak begitu jauh dari kawasan militer. Dimas merupakan anak dari seorang pengusaha sukses di Surbaya, tak heran jika ia memiliki rumah diberbagai kota.

Raka sudah bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama didalamnya, Raka sudah mulai mengenakan pakaian dinas pesiar malamnya. Ponsel yang ia letakan diatas nakas bergetar, dengan senang hati Raka membuka pesan yang dikirimkan dari orang yang dinantinya.

From : Ayu
To : Raka Rayyan
Maaf mas ayu ga bisa

Sedih? Kecewa? Itulah yang Raka rasakan. Raka laki-laki dingin yang merasakan pula rasanya kecewa atas sebuah penolakan. Meskipun hanya penolakan makrab dan bukan penolakan cinta. Ia masih menyusun keberanian untuk menyatakan cintanya dilain waktu. Dalam dunia militer ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan pemberani, namun dalam masalah hati pria itu adalah pria yang lemah.

***
Suasana akademi militer sudah penuh dengan para pria berbadan tegap dengan menggandeng gadis-gadis cantik. Lingkungan yang identik dengan kata "keras" itu kini berubah dengan sentuhan desain-desain sederhana seperti balon, juga foto-foto polaroid para taruna yang digantung menjajar.

"Oii suh, sendiri lu?" Tanya Rendi yang tengah menggandeng gadis dengan tampilan make up yang sangat tebal itu. Gadis berbeda dari yang Rendi perkenalkan pada Raka seminggu yang lalu.

"Baru?" Tanya Raka setengah berbisik, ia tak menjawab pertanyaan Rendi. Tanpa Raka jawabpun Rendi mampu menebaknya.

"Ohh kenalin ini rekanita gue suh, namanya Desisi" Rendi memperkenalkan pacar barunya pada Raka. Dalam hati ia membandingkan pacar Rendi yang sebelumnya. Gadis yang dalam gandengan sahabatnya itu cantik hanya karena make up nya berbeda dengan gadis Rendi sebelumnya yang cantik karena natural dan bersikap ramah, lembut. Dari penampilan Desisi Raka mampu menilai bahwa gadis itu bukan gadis lembut terbukti dengan tatapan matanya pada Raka.

"Kan gue nawarin buat ajak temennya Desi aja, tapi lu gamau taunya tetep aja sendiri, cih jomblo bulukan"

"Kamvret" Raka beruntung Desi tak mengajak temannya, sudah dapat dipastikan bahwa teman Desi itu tak jauh berbeda darinya.

Raka, Rendi dan Desi duduk dalam sebuah meja bundar yang sudah berisi makanan ringan. Tidak ada percakapan didalamnya karena Desi sibuk dengan hp-nya wefie dengan berbagai pose, pose senyum, cemberut, manyun, meminta Rendi menyubit pipitnya. Cih lebay

Mata Raka tertuju pada seorang pria yang beberapa jam lalu bersamanya itu. Pria itu menggandeng seorang wanita cantik yang mengenakan dress polos berwarna baby pink tanpa sentuhan make up pada wajahnya.
Kedua muda mudi itu duduk dimeja yang sama dengan Raka.

"Widiww babang Dimas gandeng cewek" Goda Rendi, Dimas terlihat salah tingkah dan gadis disampingnya hanya tersenyum lembut

"Izin memperkenalkan, ini rekanita saya" ucap Dimas dengan bahasa bakunya. Raka diam mematung, pandangannya tak lepas dari gadis itu.

Ayu? Bagaimana mungkin gadis itu menemani Dimas dan menolak ajakannya untuk menemani makrab. Raka masih tak percaya bahwa sahabatnya mengucapkan kata "rekanita". Pupus sudah harapannya bahwa gadis ini sudah ada pemiliknya dan lebih memilih Dimas. Raka selalu tak percaya diri jika disandingkan dengan Dimas, pria itu seolah memiliki segalanya. Wajah rupawan,harta melimpah, sikap ramah dan lebih mudah membaur dengan orang lain, pantas saja jika Ayu lebih memilih Dimas. Dimas hanya kurang dua hal dalam hidupnya, yaitu kasih sayang dan cinta. Dengan Ayu maka Dimas akan merasakan keduanya, pikir Raka.

Ayu, gadis itu hanya duduk mematung mendengar ucapan Dimas tak lama kemudian ia mencubit bagian perut Dimas yang sukses membut pria itu merasa geli. Raka yang menyaksikan peristiwa didepan matanya itu hanya kecewa. Mungkin kata kecewa tak cukup untuk mendeskripsikan perasaanya. Jika buka Dimas pilihan Ayu, bisa saja pria itu merebut kembali hati Ayu. Sayangnya itu Dimas sahabatnya dan Raka merusak persahabatannya.

"Dek, kamu ndak ada baju lain?" Tanya Dimas berbisik pada Ayu yang masih terdengar oleh Raka.

"Kenapa bang?" Tanya Ayu

"Bajumu terlalu sederhana" ucap Dimas, ia memandang beberapa orang wanita yang sedang mengobrol, pakaiannya bagus dengan tata rias yang pas untuk sebuah pesta.

"Ini pesta dek, bukan sekedar pesta biasa jangan samain kayak sehari-hari" Rendi sudah tidak berbisik lagi. Ayu memandang pakaiannya. Ayu memang tak mempunyai pakaian-pakaian mewah seperti rekanita lain dalam makrab ini. Ia adalah tipe gadis yang mencintai kesederhanaan dan tampil apa adanya. Kecantikan bukan sekedar tampilan dan paras semata, bukankah itu tidak adil. Budi pekerti itu cantik, dengan akhlak yang baik maka akan muncul suatu kecantikan yang haqiqi, begitulah prinsip Ayu.

Raka yang mendengar jelas obrolan sahabatnya itu hanya terdiam ia tak mau ikut campur dalam hubungan Dimas dan Ayu. Raka merasa pedih mendengar ucapan Dimas. Jika Dimas benar-benar mencintai Ayu ia tak akan protes dengan apapun penampilan Ayu selagi itu sopan dan tertutup. Raka mengetahui jika Dimas memang berasal dari kalangan atas dan perempuan-perempuan sebelum Ayu dalam hidup Dimas pun bukan perempuan dari kalangan sipil biasa, tetapi kali ini berbeda bahwa gadis yang sedang dipacarinya itu anti dengan kata "mewah".

Raka memilih untuk meninggalkan meja itu, ia berdiri disebuah foto-foto polaroid yang sudah berjajar rapi. Ia memperhatikan sebuah foto yang menampakan wajahnya, Dimas dan Rendi yang sudah penuh dengan cat penyamaran. Foto itu diambil seusai ia pelatihan.

"Mas maafin Ayu ya" gadis itu sudah berdiri disamping Raka, Raka masih tetap berada pada posisinya yang tak menoleh pada seseorang yang mengajaknya mengobrol

"Untuk apa?" Tanyanya singkat

"Ayu gak bisa temani makrab mas"

"Ini kamu lagi temani saya"

"Tapi mas--" ucap Ayu terpotong

"Haha sudahlah" Raka memotong ucapan Ayu, ia mencoba tertawa kendati hatinya terluka. Raka meninggalkan Ayu ketika ia panggilan mendapatkan panggilan dari kakak lettingnya. Penggilan itu seolah menyelamatkan Raka dari situasi panas yang bergejolak dalam hatinya ketika berdekatan dengan Ayu.

***
korps kehed = kumpulan taruna asal Jawa Barat

Kolam baben = kolam yang ada diakademi militer

Wes lah aku pengin njupuk cah wadon = sudahlah aku ingin menjemput anak gadis

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang