Saran Rendi

8.8K 622 36
                                    

Suara air hujan yang menghantam tanah terdengar jelas ditelinga Cika, suasana mendung dengan diselingi gemuruh petir seolah mengungkapkan isi hati Cika. Sudah berjam-jam Cika mengurung diri dikamar, sepulang dari kost Pipit gadis itu tak melakukan aktivitas apapun. Dirinya hanya bergulat dengan selimut dan pikiran-pikiran kacaunya tentang Raka. Nek Asri meminta Cika untuk membuka kamarnya dan ikut bergabung dalam meja makan. Namun gadis itu mengatakan bahwa dirinya sedang sibuk belajar dan tak mau diganggu, kendati perutnya sudah bergemuruh. Ternyata cinta memberikan efek yang luar biasa, terkadang memang terkesan lebay, tapi itu adanya.

Cika bangkit dari kasur empuk itu, ia berjalan menuju nakas untuk menyalakan lilin aromatherapi.Lilin itu berguna untuk memberikan efek rileks dan mudah tertidur. Cika biasa menggunakan lilin itu saat dirinya mengalami insomnia. Rupanya lilin itu tak memberikan efek apapun pada dirinya, Cika masih belum bisa terpejam.

Ia mengambil ponsel diatas nakas. Membuka instagram mungkin sedikit melupakan keganduhannya. Cika melihat akun instagram Imel sedang aktif. Ia mengimkan direct massage pada Imel

Mel, lagu galau yang bagus apa

Tak menunggu lama pesannya terbalaskan oleh Imel.

Widiww pindah haluan kan, udah dibilang lagu pop itu daebak

Kenapa dah minta lagu galau teh Cika bisa galau juga ternyata, duh ngakak so hard

Cika merasa salah untuk bertanya hal itu pada Imel, gadis itu hanya akan memberikan rentetan kalimat-kalimat ejekan. Dengan depan ia mengetikan kata singkat pada Imel

Galau ndasmu

***
Raka berdiri didepan sebuah jendela besar, pandangannya mengarah pada rintikan hujan yang mulai mereda. Pikirannya melanglang buana. Cika? Ayu? Kedua gadis yang menyita semua pikirannya. Raka merasa dua kali sudah dirinya tercyduk oleh Cika. Pertama saat menelpon bersama Ayu tempo hari dan yang kedua tadi siang saat berboncengan dengan Ayu. Ia bingung akan menjelaskan apa dan Raka merasa Cika tak peduli dengan dirinya, gadis itu sedikitpun tak meminta penjelasan mengenai Ayu. Mungkin saja gadis itu tengah bahagia karena tak harus terpaksa menikah dengannya, pikir Raka. Pria itu mengambil ponsel yang tergeletak diatas kasur. Ia akan menghubungi Rendi yang mungkin saja akan memberi solusi. Dalam hal cinta Rendi sudah ahli dan Raka membutuhkan bantuan sahabatnya itu untuk meringankan sedikit pikirannya.

"Apa sih suh malem-malem, ganggu ane aja kangen ya lu, ihh ane capek suh tadi abis penggrebekan ladang ganja ama polri" Ucap Rendi

"Gue butuh bantuan" Ucap Raka singkat.

"Hah kenapa lu?" Tanya Rendi. Raka menjelaskan peristiwa tadi siang antara dirinya, Ayu dan Cika.

"Lu jadi laki napa plin plan banget sih suh, sebenernya lu itu maunya siapa? Ayu? Mbak Cika? Atau keduanya? Kalo emang iya, lu serakah suh. Mana bisa seorang tentara memiliki dua istri. Duh kenapa jadi gue yang emosi ya" Ucapan Rendi sukses membuat Raka tergampar.

"Lu ga inget kata terakhir yang diucapkan Dimas?" Tanya Raka"Selalu suh, Ayu, Dimas bilang nama Ayu ke ente"

"Apa maksud Dimas itu gue harus jagain Ayu, lindungi Ayu?" Tanya Raka.

"Gue rasa sih gitu suh" Rendi seolah menghilang semua rasa lelahnya, walau bagaimanapun sahabatnya yang sudah berbeda pulau dengannya sedang merasakan kegalauan hati.

"Siapa yang bakal lu pilih?" Tanya Rendi. Raka menarik nafasnya panjang dan digembuskan dengan kasar.

"Ayu" Jawabnya singkat.

"Suh, melindungi bukan berarti menikahi. Lu pernah janji ga akan khianati cintanya Dimas ke Ayu, lu kira gampang hah narik ucapan itu, apalagi satu batalyon udah tau lu bakal nikah sama anaknya kolonel Dani, karier lu bakal hancur suh" Sifat gila, absurd dan manjanya seolah menghilang dari diri Rendi. Pria itu menasehati Raka penuh sifat kedewasaan.

"Tapi gue rasa Cika itu ga ada rasa sama gue, dan gue masih abu-abu sama Cika" Jelas Raka

"Duh, gue ga ngerti sama pola pikir lu. Tau ga? Mbak Cika itu nelpon gue buat nanya-nanya tentang lu sama Ayu, kalo dia ga suka sama lu mana mungkin dia terima lamaran lu, mikir deh, kalo dia ga ada rasa ngapain dia nelpon gue sambil nangis dan asal lu tau dia liat lu sama Ayu dipemakaman Dimas. Seplayboy-nya gue gapernah gue permainin dua hati, apalagi lu sama mbak Cika udah ada ikatan" Bagai sebuah kunci, ucapan Rendi itu membuka pintu hati Raka. Rendi jelas mendengar suara tangisan Cika yang berpadu dengan kekecawaan saat Cika menelponnya beberapa jam yang lalu.

"Gue harus gimana?" Tanya Raka,diri sangat bimbang. Kata bimbang masih belum bisa mendeskripsikan isi hatinya.

"Coba lu tanya hati lu, rasa lu sama Ayu itu sayang atau cinta. Lusa lu bakal ada pelatihan kan, nah selesaikan masalahlu sama mbak Cika secepatnya biar pelatihan lu bisa maksimal tanpa bayang-bayang masalah, besok lu kasih keputusan sama mbak Cika, good luck brother" Telpon ditutup sepihak oleh Rendi, pria itu menginkan sahabatnya mengambil keputusannya sendiri tanpa saran-saran dari Rendi, Rendi hanya mengarahkan agar Raka tak menyakiti kedua wanita itu.

***

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang