Pesiar

9.4K 536 20
                                    

"Rak wes siap ngurong? " Tanya seorang taruna yang sedang memakai dasi pada lehernya itu.

"Wes" jawab Raka yang sedang mematut dirinya didepan sebuah cermin besar

"Pesiar kemana kau?" Tanya-nya lagi.

"Ke Malioboro aja yuk Rak cewek jogja ayu-ayu katanya" ajak Rendi yang tengah mengambil alih cermin yang sedang Raka gunakan. Badan besar Rendi menghalangi tubuh Raka sehingga ia tak melihat dirinya yang terhalang tubuh Rendi.

"Yaa check point aja dirumah bapak, sono ka Ibu mau nelponan aja" Ucap Raka. Bapak yang dimaksud Raka adalah keluarga angkatnya yang tak jauh dari akademi militer. Check poin merupakan istilah yang digunakan taruna akmil untuk keluarga angkat dimana mereka boleh menitipkan barang-barang pribadi seperti laptop, handphone dan lain-lain. Jika para taruna sedang dalam krisis moneter maka mereka akan menghabiskan waktu pesiarnya dirumah keluarga angkat. Dalam keluarga angkat mereka mendapatkan kasih sayang selayaknya keluarga.

"Gue ikut yak suh, lumayan ketemu yang bening-bening itu lho" Ucap Rendi. Raka yang paham dengan maksud dari kalimat "yang bening-bening" hanya terkekeh kecil. Sikap jelalatan Rendi mulai muncul saat pesiar seperti ini, maklum dilingkungan akademi militer mereka hanya bertemu dengan kaum adam saja karena para taruna dan taruni dipisahkan dalam menjalani pendidikan, taruni menjalani pendidikannya di pusdik kowad Lembang, Bandung.

"Ikutlah Rak" Ucap Dimas yang sudah rapi dengan seragam dinas pesiar siangnya. Hari ini adalah hari rabu, waktu yang ditunggu-tunggu untuk keluar dari kepenatan dikandang macan ini. Setelah minggu lalu mereka tak mendapat jatah pesiar karena salah satu dari taruna mendapatkan tindakan karena melanggar peraturan akmil. Dalam militer jika satu taruna saja bersalah maka semua anggota mendapatkan imbasnya, maka tak salah jika mereka memiliki jiwa korsa yang tinggi.

Pukul 17.00 mereka sudah berbaris rapi untuk melaksanakan apel keluar pesiar. Setelah apel selesai, Raka,Rendi dan Dimas berjalan meninggalkan ksatrian. Mereka tiba disebuah rumah yang kental dengan nuansa jawa-nya. Raka mengetuk pintu rumah kayu itu, dan dibuka-kan oleh seorang gadis yang anggun dengan rok selutut dan baju warna hijaunya itu.

"Wihhh mas Raka" ucap gadis itu antusias, matanya melirik pada seseorang disamping kanan Raka. Raka menyadari bahwa ia belum memperkenalkan Dimas pada adik angkatnya itu, karena ini kali pertama Dimas berkunjung pada keluarga angkat Raka.

"Iki Dimas, koncoku" ucap Raka dengan aksen jawa yang seolah dipaksakan itu.

"Dimas Radika Siswidjo" Ucap Dimas dengan mengulurkan tangannya dan dibalas ramah oleh gadis ayu didepannya.

"Sri Rahayu, panggil ayu aja mas, ehh Ayu panggil abang aya yaa kalo panggil mas nanti dikira panggil nama" ucap gadis cantik bernama Ayu itu. Ayu merupakan gadis jawa sederhana yang menjadi mahasiswi ekonomi salah satu universitas negri di Magelang. Gadis itu sehari-hari membantu ibu dan bapaknya berjualan soto ayam keliling Magelang.

"Aku Rendi Wintama, panggil kang mas aja" Ucap Rendi dengan kedipan sebelah matanya. Ayu hanya tertawa renyah karena ia memang sudah lama mengenal Rendi. Raka sering berkunjung kerumahnya ditemani Rendi.

"Aku wes kenal yo' mas, Ayu ambil minum dulu ya mas"Pamit Ayu pada ketiga pemuda itu.

Raka memasuki ruman bernuansa Jawa itu, rumah itu sudah ia anggap seperti rumah sendiri. Ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi keluarganya. Rendi sudah sibuk dengan handphonenya yang menampakan seorang gadis dilayar ponsel melalui panggilan video. Ia menghubungi pacarnya, entah itu pacar yang keberapa. Setiap taruna yang memiliki rekanita memang selalu menghubungi pasangannya ketika pesiar, itu memang sebuah kewajiban setelah menghubungi keluarga tentunya. Sayangnya Rendi selalu memprioritaskan untuk menghubungi pacarnya dibanding keluarganya. "Rekanita gue galak bro, udah hafal dia sama jadwal pesiar kalo ga ditelpon nanti ngambek" alasannya ketika Raka meminta Rendi untuk menelpon keluarganya. Raka yang memang tak memiliki pasangan maka ia hanya menghabiskan waktu pesiarnya dirumah Ayu atau pergi berlibur bersama Ayu. Rendi memang selalu bersama Raka, namun ketika Rendi berpacaran dengan gadis Magelang dulu ia selalu menghabiskan pesiarkan bersama sang pacar. Kali ini ia berpacaran dengan gadis Jakarta, bahasa kerennya LDR-an, maka ia kembali pada posisi semula yaitu pesiar bersama Raka.

Raka sudah duduk didepan teras yang menghadap langsung pada taman kecil didepan rumah Ayu. Ia menghubungi ibunya untuk melepas rindu. Rendi masih sibuk dengan panggilan video bersama pacarnya. Dimas dan Ayu duduk berhadapan disebuah kursi kayu jati didepan rumah Ayu. Dimas membuka topi pet yang ia kenakan dan meneguk teh manis yang dibuatkan Atu untuknya. Mereka larut dalam obrolan-obrolan ringan.

"Bapak, Raka izin keakmil lagi" Pamit Raka pada pria paruh baya yang tengah mengupas wortel sebagai salah satu bahan membuat soto yang akan dijualnya esok.

"Ndak nginep to' nduk?"

"enggak pak, ga dapet IB" Ucap Raka. IB merupakan singkatan dari Izin Bermalam, dimana seorang taruna diperbolehkan untuk bermalam diluar ksatrian. IB biasanya diadakan pada hari libur nasional atau hari raya keagamaan.

Pukul 20.00 mereka sudah berjalan menuju akmil karena waktu pesiar mereka sudah habis dan pukul 21.00 akan diadakan apel penutupan pesiar. Hari rabu memang memiliki porsi waktu pesiar yang lebih singkat dibandingkan pesiar hari minggu.

***

Nostalgia Raka dan Ayu terhenti ketikas sebuah anak kecil jatuh dihadapan mereka. Dan haripun sudah semakin siang dengan terik matahari yang semakin menyengat, Ayu harus segera kembali kekantornya dan pertemuan mereka berakhir dengan saling memberikan nomor ponsel masing-masing.

***

Rak wes siap ngurong? = udah siap belum

pesiar = diperbolehkannya taruna untuk menikmati waktu diluar akademi militer

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang