Akhir

9.7K 608 26
                                    

07.30

Raka melirik jam dinding berwarna putih itu, ia sudah siap dengan celana jeans dan kaos putih polosnya dengan jaket levis berwarna biru langit. Hari ini merupakan hari terakhir cuti baginya sebelum melaksanakan pelatihan khusus besok. Raka menggunakan kacamata hitamnya untuk menutupi kantung matanya. Semalam penuh ia tak tidur, kendati fisiknya sudah lelah namun mata dan pikirannyaenggan untuk terpejam.

"Pagi-pagi udah keren A, mau kemana nih?" Tanya Nengsih pada anak sulungnya.

"Biasa bu, mau habisin cuti terakhir sama calon" Fatur menyahut pertanyaan yang dilontarkan Nengsih untuk Raka.

"Eyy mun cek si bapak mah so sweet pisan"

"Ehh naha meuni pake kacapanon kitu?" Tanya Nengsih menunjuk kacamata yang tertengger dihidung mancung Raka.

"Kan beh kasep kitu bu, beh teh Cika klepek-klepek" Fatur kembali menjawab, pria itu sedang duduk diatas sofa dan nonton televisi yang sedang menayangkan acara musik. Sedangkan Raka terduduk dilantai dan memakai sneakers hitamnya. Ia tak menggubris ucapan dari ibu dan adiknya.

"Bu, Raka pamit" Raka menghampiri ibunya dan mencium punggung tangan sang ibu. Raka mengeluarkan motor matixnya didalam bagasi dan melaju menuju jalan Cukangkawung.

Motor matix putih itu berhenti dihalaman rumah nek Asri. Raka menghampiri nek Asri yang sedang membaca koran diteras rumah.

"Assalamualaikum ni" Raka membuka kacamatanya dan mencium tangan nek Asri. Nek Asri menyadari area hitam dibawah mata Raka yang disebut sebagai mata panda itu, namun ia tak menanyakan hal itu pada Raka.

"Waalaikumsalam, ehh A Raka, kemaren kemana aja sibuk ya?" Tanya Nek Asri

"E.. Iya ni" Jawab Raka kikuk, ia terpaksa berbohong. Tak mungkin Raka mengatakan bahwa dirinya pergi bersama Ayu kemarin.

"Cika aya ni?" Tanya Raka.

"Aya, ehh ayok masuk dulu" Ajak Nek Asri. Raka duduk disebuah sofa ruang tamu nek Asri. Nek Asri berjalan menuju dapur dan kembali dengan membawakan soft drink dan cemilan untuk Raka.

"Bentar ya, nini panggil dulu Cika-nya" Nek Asri berjalan menuju kamar Cika.Raka hanya duduk terdiam menunggu kehadiran Cika.

"Ehhh ada abang ganteng" Wine tiba-tiba datang, ia duduk disamping Raka dengan mencomot kue bawang yang tersaji dimeja. Raka hanya tersenyum singkat, ia tak ingin berhadapan dengan makhluk-makhluk sejenis Wine. Ah sepertinya kali ini gadis disampingnya itu dapat dimanfaatkan.

"Win" panggil Raka.

"Iya kenapa abang ganteng?" Tanyanya pada Raka lengkap dengan embel-embel ganteng.

"Cika masih ngapain dikamar?"

"Ah Wine gatau bang, Cika dari kemaren didalem kamar mulu ga keluar-keluar, trus dia puterin lagu-lagu galau, gitaran sambil nyanyi tapi nangis gitu deh, ahh gatau deh Cika aneh banget" Ucap Wine. Raka terkekeh kecil mendengar Cika memutarkan lagu-lagu galau. Ia percaya dengan ucapan Rendi semalam yang mengatakan Cika menangis karena dirinya. Ia merasa senang karena itu membuktikan bahwa Cika mencintai Raka. Namun, ia merasa tak enak hati karena sudah membuat gadis itu menangis.

***
"Neng bangun, ada tamu tuh" Nek Asri membangunkan Cika dengan mengguncangkan tubuhnya. Cika tak suka tidurnya diganggu, ia baru bisa terpejam dua jam yang lalu setelah sholat subuh. Cika menutupi kepalanya dengan bantal agar tak mendengar ucapan sang nenek yang membangunkannya. Tak peduli siapapun tamu yang dimaksud, paling itu Pipit atau Tika, pikirnya.

"Neng bangun dulu, ga enak ih sama tamunya" Nek Asri sudah mengambil bantal yang menutupi kepala Cika dan masih terus mengguncangkan tubuh Cika.

"Kalo masih belum bangun nini siram pake air nih" Ancam nek Asri yang sontak membuat Cika bangkit dari tidurnya. Gadis itu mengucek matanya dan merapikan kaosnya yang terangkat keatas.

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang