Dunia sempit

10.5K 653 2
                                    

"Ihh sumpah ya ajudan papa ga ada yang gantengan dikit apa" Imel mendengus kesal ketika  ajudan yang diperkenalkannya sebagai  pengganti Raka. Sertu Eko, pria yang diperkirakan usianya tak jauh berbeda dari sang ayah itu memiliki perawakan yang besar. Om Eko, Imel memanggilnya dengan embel-embel om.

"Pah Imel gausah pake ajudan-ajudan segala ya pah" bujuk Imel pada Dani yang sedang membaca koran didepan rumah. Dani tak menghiraukan ucapan putrinya itu. Dani bersandar pada kursi dengan kaki yang ditumpsngksn ditemani secangkir kopi dan koran yang baru saja diantarkan mas-mas langganannya. 

"Pah, Imel kan bisa bawa motor sendiri, Imel udah gede pah udah OTW jadi anak kuliahan" Imel mengguncangkan bahu ayahnya agar mau mendengarkan ucapan Imel. Imel memang sudah menjalani Ujian Nasional minggu lalu, ia hanya menunggu kelulusan dan pengumuman SNMPTN.

"Ihh papah mah, baca aja terus tuh koran, Imel mah gausah dianggap, udah-udah buang aja Imel" Imel merajuk pada ayahnya yang masih asik membaca koran.

"Apa sih mel" Rani yang sedang menyiram bunga mawar favoritnya itu angkat bicara. Ia meletakan ember penyiramnya disamping pot tanaman athurium.

"Tau tuh papah, Imel bosen dibuntutin ajudannya papah itu, Imel bukan presiden yang butuh penjagaan" Imel masih mencoba bernegosisasi dengan ayahnya untuk menggantikan posisi om Eko.

"Ih pah minimal yang kayak bang Raka-lah, sejenis Rendi juga gapapa, gampang dibegoin" Imel teringat pada Rendi yang kerap kali ia perintah untuk membeli sesuatu dan dengan mudah Rendi dapat dikelabui.

"Bilang aja mau Raka" Ucap Dani yang melipat korannya

"Ih papah mah, tauh ah pusing Imel" Imel meninggalkan kedua orangtuanya itu, ia merasa hidupnya sangat absurd. Imel memasuki kamarnya dan kembali melanjutkan drama yang belum selesai ia tonton semalam. Ia merutuki nasibnya yang tak dapat bebas seperti teman-teman sebayanya. Sampai masa depannya-pun ditentukan oleh sang ayah. Ketika memilih perguruan tinggi negri pada saat SNMPTN Imel hanya diperbolehkan memilih PTN yang lokasinya terletak di Semarang atau Jawa Tengah. Imel tidak diperbolehkan tinggal tanpa pengawasan sang ayah, ia bermimpi untuk melanjutkan pendidikannya diluar kota dan hidup mandiri tanpa aturan-aturan menekan. "Kalo ada yang deket ngapain jauh-jauh sih" "Undip sama Unnes gak kalah bagus kok" itulah segelintir kalimat yang sering ayahnya ucapkan. Dengan hasil paksaan akhirnya sang ayah mengizinkan Imel untuk memilih satu universitas diluar Semarang dengan catatan universitas itu terletak di Bandung dan diurutan ketiga dalam SNMPTN.

"Huft, Imel lelah ya Allah"tepuk jidat guling-guling    

***
Raka sudah siap dengan celana jeans selututnya dengan kaos polos berwarna hitam. Pria itu mencari kunci motor milik adiknya, Fatur. Raka mengacak-acak nakas disamping singlebed adiknya, pomade,parfume dan segala jenis benda-benda diatas nakas yang semula rapi itu kini beserakan diatas lantai. Sang pemilik kamar yang baru saja selesai mandi, nampak marah dengan berdecak pinggang.

"Ka lu apaan sih berantakin itu" Fatur memungut pomade dan parfumenya yang berserakan dilantai. Ia mengambil celana yang tergantung dibalik pintu. Dan mengambil kunci motor disaku celananya

"Kunci motor" ucap Raka singkat

"Kan gue bilang bentar gue mandi dulu, nih" ia melemparkan kunci motornya dan dengan sigap Raka menangkapnya. Ia meninggalkan Fatur yang sedang mengomel, salah satu parfume mahalnya tumpah karena ulah Raka.

Pria itu menaiki sebuah motor matix berwarna putih. Dan melaju menuju jl. Cihampelas bersama seorang wanita yang kini tengah memeluk pinggangnya.

"A, kamu mau ke neng Cika"  Aa merupakan panggilan abang dalam bahasa Sunda, walaupun zaman sudah modern namun keluarga Raka tetap melestarikan budaya Sunda dengan menggunakan panggilan khas Sunda. Tak hanya itu, keluarga kecil itu merupakan pengagum berat kawih-kawih sunda. Dalam bahasa Sunda kawih memiliki artian lagu, seperti kawih mojang priangan yang menjadi favorit Nengsih.

"Enggak bu, mau ketemu temen" Ucap Raka singkat, ia menghindari pembicaraan ketika berkendara. Raka menghentikan motornya didepan sebuah kedai oleh-oleh khas Bandung milik orangtuanya. Nengsih, melepas helm yang dikenakannya dan memberikan pada Raka. Pria itu mencium punggung tangan ibunya.

"Wengi, ajak neng Cika ka bumi A" Ucap Nengsih yang dijawab anggukan oleh sang anak. Raka mengendarai motornya menuju taman lalu lintas Ade Irma Suryani. Ia sudah berjanji untuk menemui temannya yang tengah mengisi sebuah seminar lalu lintas ditaman itu. Teman yang Raka maksud adalah teman lettingnya dahula saat sama-sama menjadi seorang taruna. Mereka bersama-sama menerima pendidikan dikawah Chandradimuka. Namun saat pemilihan mantra itu sang kawan memilih akademi kepolisian dan kini sudah berdinas dipolres Bandung.

Pria itu memakirkan motornya dan berjalan menuju kerumunan warna yang menyaksikan sebuah seminar lalu lintas, Raka menyapa teman lamanya itu. Mereka hanya mengobrol sebentar karena sang kawan harus melanjutkan dinasnya.

Raka memilih untuk duduk disebuah kursi besi yang terletak ditaman itu. Ia mengambil ponselnya dan berniat untuk menghubungi Rendi.

"Mas Raka ya?" Tany seorang wanita dengan menunjuk kearah Raka. Pandangan Raka mengalih pada seorang gadis yang mengenakan seragam biru sebuah bank swasta itu. Jantung Raka terasa berhenti berdetak. Ia masih menatap wanita itu tak percaya, terbersit rasa bahagia,sedih dan kecewa dihatinya. Raka mencoba untuk menetralkan suasana hatinya.

"Ga nyangka ya Mas kita ketemu lagi disini, dunia sempit ya mas" ucap gadis itu dengan memberikan sebuah air mineral pada Raka, Raka mengambil air itu dari tangan gadis manis yang sudah duduk disampingnya. Ia meneguk air itu untuk menghilangkan rasa berkecamuk dihatinya.

"Aku dimutasi kerja kebank itu mas" ucap gadis itu dengan menunjuk sebuah gedung tinggi yang merupakan sebuah bank.

"Bapak,ibu apa kabar?" Raka angkat bicara, hanya kalimat itulah yang mampu ia ucapkan. Ia tak mau menatap gadis disampingnya itu.

***
Wengi, ajak neng Cika ka bumi A = Malem, ajak neng Cika kerumah bang

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang