"Lho Mel, kok disini?" Cika menatap Imel penuh tanya. Gadis yang tengah menurunkan koper dari dalam mobil itu tidak menggubris pertanyaan Cika. Gadis bertubuh mungil itu berusaha menurunkan sebuah koper yang besarnya dua kali dari ukuran tubuhnya dari dalam mobil sedangkan sang ayah dan ibunya sudah terlebih dahulu memasuki rumah nek Asri. Cika baru saja pulang dari kampusnya, ia terheran heran dengan kedatangan sang adik. Gadis yang diajaknya berbicara itu melongos songong, Cika bukan membantu sang adik ia hanya berdiri menatap kerepotan Imel dengan koper itu.
"Bantuin ih" Imel dengan kesal menatap Cika yang hanya diam saja. Cika mendekat untuk membantu sang adik.
"ah kamu tuh jadi kakak cuek banget sih teh, adek tembus Unpad aja gatau kamu" Ucap Rani yang berjalan dari dalam rumah.
Cika menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, gadis itu merasa bersalah karena tak memperdulikan kelurganya sendiri, dua bulan terakhir pikirannya terpenuhi oleh bayang-bayang Raka. Fakta yang baru saja diketahuinya bahwa sang adik akan tinggal bersamanya dan akan melanjutkan pendidikannya dikampus yang sama dengannya. Imel, gadis bertubuh mungil itu rupanya lolos dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negri dalam program studi sastra inggris mengalahkan ribuan peserta lain diseluruh Indonesia. SNMPTN merupakan salah satu pintu masuk untuk mendapatkan kursi dibangku perguruan tinggi negri di Indonesia melalui nilai raport selama SMA, tidak sembarang orang yang lolos dalam seleksi ini, maka menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi Imel. Dani dan Rani hanya pasrah karena Imel harus meninggalkan Semarang untuk melanjutkan pendidikannya. Bahkan Dani sempat berfikir untuk keluar dari batalyon dan membeli rumah di Bandung untuk mengawasi Imel, sikap otoriternya itu tak akan pernah hilang kendati usia Imel kian bertambah.
"Jadi gapapa nih terserah Cika aja?" Tanya Dani pada orang disebrang telepon. Cika yang sedang berjalan menarik koper Imel itu terhenti saat namanya disebutkan oleh sang ayah.
"Yaudah papah aja yang atur ya, kalian terima beres saja"
"....."
"Ya, sama-sama. Semangat prajurit" Dani menatap Cika yang berdiri mematung disampingnya. Cika memasang wajah datar penuh tanda Tanya. Dani terseyum dengan wajah penuh kebahagiaan. Pria paruh baya itu menghampiri sang putri sulung kemudian berjalan menuju ruang keluarga yang sudah ada Rani,nek Asri dan Imel. Cika masih bertanya-tanya sang ayah berbicara dengan siapa dan mengapa namanya disebutkan. Siapakah orang yang dimaksud, mengapa sang ayah menyebutkan kata prajurit. Prajurit adalah kata lain dari anggota TNI maupun Polri, apakah yang dimaksud adalah Raka? Bukankah pria itu tengah disibukan dengan pelatihannya. Dengan berbagai rasa penasarannya gadis itu melanjutkan langkahnya menuju kamar untuk membereskan barang-barang sang adik sedangkan si empunya koper sedang asik didepan televisi.
Setelah dirasa semuanya rapi, Cika keluar dari dalam kamarnya untuk ikut bergabung bersama keluarganya yang sedang menikamati rujak mangga muda. Cika duduk diatas sofa sedangkan Dani, Rani, Imel dan Wine sedang asik menyantap rujak buatan Rani terduduk dilantai dengan alas karpet permadani.
"Nini teu ngarujak?" Tanya Cika pada nek Asri yang duduk disampingnya.
"Ah nini mah teu kuat lada pisan" Jawab nek Asri.
"Aaaaaaaaaah gila pedes banget" Teriak Wine dengan wajah yang sudah sangat merah.
"Ini mah yang bikin pengen kawin, ahh gakuat" Ucap Imel dengan merebut gelas ditangan Wine. Wine dan Imel sudah pasrah dengan rujak buatan Rani, sedangkan Rani dan Dani menyantap rujak itu dengan wajah datar tanpa merasa kepedasan.
"ai hayang kawin mah mun kaasinan mel" Nek Asri menanggapi ucapan Imel. Imel hanya tersenyum malu.
Rani bangkit dan mendekati Cika. Ia membuka handphone-nya dan menunjukan berbagai macam gaun-gaun dari desain sederhana sampai tampilan yang mewah dan elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedizione
RandomAku hanya gadis biasa yang terlahir dari keluarga dengan aturan-aturan yang menekan. Memang memberatkan, namun setelah aku menemukannya, kehidupannya lebih kejam dariku. Dengannya, aku memahami bahwa menggenggam lebih baik daripada berjalan sendiria...