"Neng Cika, eyy geulis pisan mantu ibu" Ucap Nengsih ketika motor anaknya itu memasuki halaman rumah.
Cika merasa deg-degan karena ini kali pertamanya mengenal keluarga Raka. Cika memasuki rumah berdesain modern minimalis. Suasana rumahnya terkesan luas karena desain interior yang tertata rapi dengan pemilihan cat putih memberikan kesan luas pada bangunan ini. Mata Cika tertuju pada foto-foto keluarga yang terletak didinding ruang tamu. Foto-foto kecil Raka dan Fatur, foto masa pendidikan Raka dan masa-masa taruna. Mata Cika terus memandang foto-foto itu hingga melihat pada pojok kanan terdapat foto Raka bersama temannya dan seorang gadis yang Cika lihat ditaman lalu lintas itu. Pemuda yang mengenakan baju loreng yang sama dengan Raka pada foto itu menggandeng seorang wanita berpakaian sederhana yang tersenyum manis. Raka berdiri disamping wanita yang tangannya digandeng oleh teman Raka, dalam foto itu ekor mata Raka melirik pada gadis itu, lirikan mata yang berbeda dari biasanya.
"Neng, ayok makan dulu ibu udah masak banyak" ajak ibu pada Cika, gadis itu hanya mengikuti langkah sang calon mertua toh perutnya sudah meminta jatah.
Diruang makan Uci, Raka, Fatur dan Vina, pacarnya sudah menunggu. Sayur,ikan,ayam, daging dan kudapan-kudapan lain sudah terhidang dimeja persegi panjang itu. Cika duduk disebelah Raka. Cika merasa canggung dengan keluarga Raka, gadis itu hanya terdiam begitupun Raka yang asik dengan handphonenya.
"Ihh seneng ibu bisa kumpul semua mantu ibu" ucap Nengsih dengan sumringah, wanita itu menyendokan nasi pada piring suaminya.
"Belum mantu" ucap Raka dengan nada datarnya.
"Akan mantu" lanjut Fatur
"Udah, intinya bakalan jadi mantu" Uci menengahi.
Vina menyendokan nasi beserta lauknya pada piring Fatur. Kedua sejoli itu saling mengumbar mesra, hanya Raka dan Cika yang masih kaku. Cika melihat pemandangan didepan matanya itu lantas mengambil centong nasi.
"Mas, mau pake lauk apa?" Tanya Cika yang sudah mengambil alih piring kosong didepan Raka. Raka meletakan handphone ditangannya, matanya menatap manik mata Cika. Ia tak percaya dengan kata yang baru saja terlontar dari bibir manis itu. Cika masih memasang wajak sok manis. Gadis judes itu kini berubah didepan sang calon mertua, cih pencitraan
"Mas.." panggil Cika lagi
"E.. i.. iya samain aja" ucap Raka gelagapan, yang membuat tawa seisi rumah pecah.
"Eyyy meuni hayang sarua kitu" ledek Fatur dengan mulut penuh nasi, juga tawa mengejek.
"Santai A, jangan gugup kitu" Ucap Uci.
"Padahal kalo ga ada kita mah manggilnya sayang-sayangan pak" Nengsih menggoda kedua pasangan yang sudah resmi bertunangan itu. Pipi Cika nampak merona seperti kepiting rebus. Raka merasa kikuk, ia kembali memalingkan pandangannya pada benda pipih yang sudah ditangannya untuk mengalihkan rasa deg-degannya.
Cika menyendokan nasi, ayam kecap dan sayur cah kangkung pada piring Raka. Mereka mengobrol membahas hubungan Raka dan sesekali Fatur bercerita masa-masa pacarannya bersama Vina. Fatur dan Vina yang sudah berpacaran dari masa putih biru itu pernah mengalami LDR dalam waktu yang cukup lama dan kembali dipertemukan dimasa kuliah. Rupanya Fatur dan Vina usianya lebih tua dari Cika. Cika tampak canggung memanggil keduanya tanpa embel-embel kakak. "Gausah pake embel-embel aja teh manggil akunya, kan nanti teteh jadi kakak iparku juga"
Ucap Vina ketika Cika menanyakan harus memanggil apa. Cika masih harus bersikap manis, ia sudah bosan harus bersikap ramah dan memanggil Raka dengan kata-kata manis. Ia harus bersandiwara menjadi gadis ayu untuk menjaga citra dirinya dan keluarganya. Dan Raka nampak suka dengan panggilan itu, ia semakin menimpali dengan menggoda Cika."Yang, udah gausah biarin aja besok bibik yang cuci piring" Ucap Raka dengan embel-embel Sayang yang sukses membuat Cika mual. Jika gadis lain merasa bak terbang melayang ketika dipanggil sayang oleh kekasih, berbeda dengan Cika yang tak suka bermanis manja, menye-menye sinonim dari kata lebay. Bibik yang Raka maksud adalah ART dirumah mereka yang membantu Nengsih mengurus rumah karena Nengsih memiliki tugas lain yaitu memantau kedai oleh-olehnya sehingga tak sempat untuk mengurusi rumah.
"Pak jadi inget masa muda kita pak" Ucap Nengsih, ia mengambil alih piring yang sedang dicuci Cika.
***
"Papahmu lagi sibuk di Surabaya ya neng?" Tanya Uci pada Cika. Cika hanya terdiam karena ia memang tak sering berkomunikasi dengan sang ayah. Terakhir mereka berkirim pesan tiga hari yang lalu, itupun sang ayah hanya menanyakan Raka, yang digadang-gadang akan menjadi menantu kesayangannya.
"Ah bapak tau dari mana?" Ucap Cika, walaupun ia tak tahu keseharian orangtuanya, namun Cika seolah masih berhubungan baik dengan sang ayah.
"Itu di pesbuk, Papah kamu aplot poto-poto di Surabaya sama tentara-tentara" Ucap Uci, aksen sundanya yang kental tak mampu mengucapkan kata facebook dengan jelas. Orang Sunda memang kerap melafalkan huruf F dengan huruf P.
"Wih gaul ya pak, maenannya facebook" ucap Fatur dengan kekehan
"Lah iya, kan bapak mah kids jaman now" ucap Uci dengan percaya dirinya yang tinggi.
"Widiw, emang tau artinya?"
"Enggak, tapi itu lho yang lagi trending" Tawa pecah diantara keluarga hangat itu, hanya Raka yang sibuk dengan benda pipihnya. Tangan Cika sudah gatal ingin mengambil handphone itu, rasanya tak pantas jika berkumpul dengan keluarga tetapi masih saja fokus dengan handpone sekalipun dirinya sering seperti itu jika berhadapan dengan ayahnya. Handphone Raka berdering, sang empunya bangkit dari sofa diruang keluarga dan mengangkat telepon dibelakang rumah.
"Waalaikumsalam, iyaa malam juga" Jawab Raka pada orang dibalik sambungan telepon
***
Neng Cika, eyy geulis pisan mantu ibu = Nak Cika, ih cantik sekali menantu ibuEyyy meuni hayang sarua kitu = pengen sama gitu
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedizione
RandomAku hanya gadis biasa yang terlahir dari keluarga dengan aturan-aturan yang menekan. Memang memberatkan, namun setelah aku menemukannya, kehidupannya lebih kejam dariku. Dengannya, aku memahami bahwa menggenggam lebih baik daripada berjalan sendiria...