Semenjak kedatangan dua pemuda kerumah dinasnya. Wajah Dani tampak sumringah. Walau impiannya untuk sang anak melanjutkan kariernya di militer tak terwujud, namun ia sangat senang dengan lamaran sang pemegang penghargaan Adhi Makayasa beberapa tahun lalu itu. Bagi Dani, Raka adalah sosok pemuda yang baik tak heran jika Raka menjadi orang kepercayaan Dani, salah satunya untuk mengantar-jemput putrinya. Dani memprediksikan bahwa karier Raka didunia militer akan cemerlang, terbukti dengan promosi kenaikan pangkat pada Raka. Dani tak ragu untuk mempercayakan hidup putrinya pada Raka.
Tanpa memperlambat waktu, Dani segera mengajak Raka untuk menanyakan langsung pada putrinya di Bandung.
"Papah sumringah banget deh" ucap Rani pada Dani yang sedang menyeruput kopi dibalkon atas rumah yang menyimpan banyak kenangan itu.
"Ga nyangka mah, papa dapet mantu nak Raka"
"Padahal Papa niatnya kan deketin nak Raka sama Imel, eh dapetnya si teteh" Rani terkekeh kecil
"Yaa gapapa lah mah, Imel udah papa bebasin mau dapet siapa ge, ya syukur-syukur militer juga" Jika Imel mendengar ini maka gadis itu akan tertawa girang, dirinya bebas seolah burung yang dilepaskan dalam sangkar. Sayangnya gadis itu sedang asik bersama Wine menonton drama korea.
Dani dan Rani tak khawatir mengenai rasa cinta diantara Raka dan Cika, toh sampai saat ini Cika tak protes. Bagi mereka diam yang Cika lakukan merupakan respon "iya" seperti yang dilakukan Rani dulu saat Dani melamarnya.**
"Suh, maafin gue" Ucap Rendi yang sedang mengaduk-aduk nasi goreng pesanannya. Nasi goreng yang cocok disantap dipagi hari itu Rendi santap di siang hari, setiap kali Raka mengajaknya makan diluar yang selalu Rendi pesan adalah Nasi Goreng dengan Es teh manis. Mulut Rendi memang tak cocok dengan makanan-makanan modern seperti pizza ataupun pasta. Ndeso
Raka dan Rendi menikmati makan siang mereka disebuah makanan cepat saji di Bandung Indah Plaza. Mereka akan terpisah untuk beberapa waktu karena Rendi akan menjalankan satgasnya diujung barat Indonesia sedangkan Raka harus menjalani sebuah latihan khusus.
"untuk?" Tanya Raka denagn mulut yang sudah penuh pasta.
"Gue marah sama lu, gue kira lu waktu itu ngelamar si Imel dan lu ga ngejelasin kalo lu sebenernya ngelamar mbak Cika, ya karna lu sama Imel deket eh taunya kesemsem kakaknya" Dua minggu sudah Rendi marah pada Raka karena insiden lamaran dadakan itu. Saat Rendi pergi ketoilet saat Raka menyebutkan bahwa Cika-lah yang ia maksud. Rendi keluar dari toilet dengan mata yang merah seperti orang yang baru saja menangis. Semenjak kejadian itu Rendi selalu mengacuhkan Raka dan Raka tak menjelaskan sedikitpun pada Rendi. Beberapa jam yang lalu Raka mengajak Rendi untuk menemaninya melamar secara resmi. Walau dengan berat hati Rendi mencoba mengiklaskan, ia sempat bertanya-tanya mengapa Raka mengendari mobilnya itu menuju Bandung. Bukankah kediaman Brigadir Jendral Dani Huesin hanya terletak beberapa meter dari rumahnya. Tanpa terpikir oleh Rendi sahabatnya itu melamar kakak dari gadis yang sedang diperjuangkannya. Rendi berharap bahwa Raka akan menjadi kakak iparnya.
"Sorry suh gue juga gabilang" Ucap Raka. Raka merogoh ponsel disaku celananya
From: Raka Rayyan
To: Galak
Mulai sekarang kamu harus rajin menghubungi sayaTanpa menunggu lama, ponsel Raka bergetar. Ia asik dengan ponselnya tanpa mempedulikan Rendi yang curhat panjang lebar mengenai Imel
From :Galak
To: Raka Rayyan
Siapa andaRaka tersenyum membaca balasan singkat dari Cika
From: Raka Rayyan
To: Galak
Calon suami**
Raka termenung dibakon rumahnya ditemani teh hangat dan ubi Cilembu. Suasana kota Bandung memang sangat memikat dengan udara segarnya. Namun sayangnya kota ini semakin padat walau tidak sepadat ibukota Jakarta. Raka, menikmati hari-hari bebasnya sebelum melaksanakan pendidikan di Pusenif. Waktunya akan tersita dengan berbagai latihan, sebisa mungkin Raka membayar waktunya bersama keluarga sebelum disibukan dengan pelatihan. Fatur yang duduk disampingnya asik dengan sambungan telpon dari sang pacar. Raka hanya duduk termenung menikmati malam.
"Ka kenapa lu?" Tanya Fatru pada kakaknya setelah ia memutuskan sambungan telponnya.
"Gapapa" Jawab Raka singkat
"Punya calon kok nganggur aja, telpon kek, video call kek, katanya mau pelatihan manfaatin waktu berdua dong" Ujar Fatur dengan bawelnya. Raka hanya mendengus tak suka. Ia memang tidak memiliki pengalaman apapun tentang cinta. Ia hanya mengenal cinta adalah kata yang berdampingan dengan kecewa, karena Raka merasakan cinta yang terakhir ia rasakan hanyalah berakhir sebuah rasa kecewa.
Fatur memang ahli dengan cinta. Bayangkan saja ia masih bertahan dengan Vina yang dipacarinya sejak kelas 8 SMP. Kisah cinta mereka seperti ombak yang pasang surut. Namun mereka selalu melewatinya.
Raka merogoh ponsel disakunya, ia menekan panggilan pada Cika. Hanya terdapat suara oprator yang mengatakan nomor Cika sedang sibuk. Raka tak putus asa, ia terus menelpon Cika
"Apa sih mel, gue ngantuk"Ucap Cika dengan nada kesal
"Saya Raka" Tanpa disadari Raka tersenyum tipis. Ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 8 malam. Raka merasa panggilan telpon itu tak akan mengganggu Cika.
"Oh, ada apa?" Tanya Cika ketus
"Ga ada apa-apa" Jawab Raka, ia bingung untuk membicarakan apa dengan Cika. Ia tak pandai membuat topik pembicaraan, membicarakan militer tetapi Cika tak menyukainya. Membicarakan dunia medis mungkin saja Cika menyukai hanya saja Raka tak mengerti dengan dunia itu. Raka merasa dirinya dan Cika belum memahami satu sama lain. Ia membutuhkan waktu untuk mendalami karakter dan kepribadian Cika secara dalam.
"Kalo ga ada topik gausah nelpon buang-buang pulsa" Cika menutup telpon dari Raka, ia kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk.
**
Adhi Makayasa = penghargaan untuk taruna akademi terbaik dari tiap mantra (AD,AL,AU)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedizione
RandomAku hanya gadis biasa yang terlahir dari keluarga dengan aturan-aturan yang menekan. Memang memberatkan, namun setelah aku menemukannya, kehidupannya lebih kejam dariku. Dengannya, aku memahami bahwa menggenggam lebih baik daripada berjalan sendiria...