Pais belut

11.2K 634 17
                                    

"Permisi, bu paketnya bu" Teriak seseorang dengan suara bass-nya. Berulang kali orang itu meneriakan kalimat yang sama sampai seseorang keluar dari dalam rumahnya. Cika yang tengah mandi itu menyuruh sang adik untuk menerima paket. Sepertinya paket itu milik Wine karena dirumah ini yang kerap menerima paket dari belanja online hanya Wine seorang. Imel dengan langkah cepat berjalan keluar rumah, suara berisik dari kurir penghantar paket itu menganggu aktivitas Imel yang tengah menonton drama Korea.

Gadis itu kembali dengan membawa sebuah kardus berbalut plastik putih yang membungkusnya, Imel meletakan kardus itu pada meja disamping sofa ruang keluarga.

"Teh, paket buat teteh tuh" Teriak Imel, gadis itu duduk didepan sebuah laptop untuk melanjutkan aktivitas yang sempat tertundanya karena kehadiran kurir pengantar paket.

"Dari siapa?" Tanya Cika diambang pintu, gadis itu tengah menyisir rambut sebahunya setelah mandi dan berpakaian.

"Dari Semarang, mamah" Cika mendekat kearah paket tersebut, ia mengambil gunting dimeja makan guna merobek kardus yang membungkus isi dari paket tersebut.

Paket itu berisi sebuah baju berwarna hijau pupus, baju PSK persit Kartika Chandra Kirana tanpa lencana. Cika membuka baju itu yang sontak membuat Imel heboh.

"Eleh yang calon ibu persit" Imel menggoda Cika, gadis itu tersenyum malu. Wajahnya berseri-seri mendapatkan paket tersebut, walaupun gadis itu tidak menyukai tentara namun ia berpindah haluan setelah jatuh cinta pada Raka. Gadis itu sedikit demi sedikit merubah sikap kakunya menjadi bersahabat. Setelah kegalauan hatinya menemukan titik terang Cika bermetamorfosa menjadi gadis yang amat ramah dan mudah senyum, terkadang cinta mampu merubah seseorang.

"Assalamualaikum" Suara sesorang didepan pintu. Pagi tadi rumah itu didatangi seekor kupu-kupu hitam, menurut kepercayaan suku Sunda konon katanya jika suatu rumah didatangi seekor kupu-kupu hitam maka rumah tersebut akan kedatangan tamu. Memang hanya mitos namun seolah itu sudah menjadi petanda alam. Cika membukakan pintu untuk melihat siapa yang bertamu pada rumahnya. Seorang laki-laki bertubuh kurus dengan pipi tirus dan rahang yang tajam, kulitnya-pun jauh lebih gelap dari yang sebelumnya. Sebuah luka goresan terdapat dipipi kirinya. Cika menatap pria itu tanpa berkedip. Bak mendapatkan sebuah kejutan emas batangan dipagi buta, Cika memicingkan matanya pada objek pandangannya.

"iya saya tau saya ganteng gausah gitu juga ngeliatnya"Ucap sang pria dengan mengibaskan tangan didepan wajah Cika, nada suaranya sangat percaya diri.

"Aaaaaaaaa bang Raka" Teriak Imel dari dalam rumah dengan berlarian menuju Raka. Raka semakin mendekatkan dirinya pada Cika, pria itu mengelus puncak kepala Cika kemudian mengacak-acak rambutnya. Jantung Cika seolah memompa darah lebih cepat dari biasanya, perlakuan kecil dari pria itu membuatnya tak berkutik. Rasa rindu setelah berbulan-bulan tak berjumpa seolah terbayar sudah pada kedua insan itu. Cika tak mampu menyembunyikan rona merahnya, sedangkan Raka Nampak kikuk dihadapan Cika.

"Ini bang Raka kan? Tanya Imel, ia sudah berada tepat dihadapan kedua muda mudi itu, pandangannya memandang Raka dari ujung kepala sampai ujung kaki menelisik. Imel menjinjit untuk lebih mendekat kearah Raka, ia semakin mempertajam pandangannya untuk memastikan bahwa itu benar-benar Raka.

"Iya Raka" Ucap Raka dengan mundur selangkah dari Imel

"Ih seriusan bang Raka? Kok beda banget ya, jadi kurus kering,item dekil, emang pelatihan ga dikasih makan apa" Perkataan Imel itu bernada mengejek

"Gausah gitu deh" Ucap Cika.

"Ehhh sorry macan betinanya jadi marah, uchh dibela calon istri" Imel mengejek keduanya

"Sejelek-jeleknya bang Raka kalo kata teh Cika mah ganteng" Lanjut Imel

"Ga gitu" Ucap Raka dan Cika bersamaan

DedizioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang