Bel tanda masuk sekolah berbunyi. Membuat Shani menghela nafas berat, dia harus kembali ke tempatnya, begitupun Gracia yang harus kembali ke kelasnya. Andai saja Gracia sekelas sama dia, dia mungkin tak akan sedrama dan senelangsa ini.
"Yaudah aku balik dulu ya Shan."
"Aku anterin."
Gracia mengangguk. Dan dalam perjalanannya kembali ke kelas, Nadse melihat dari jauh bagaimana Shani dengan santainya merangkul Gracia seperti itu. Membuat Nadse gerah. Sudut hatinya berkata ia tak rela, dan tak akan penah rela.
"Ntar pulangnya tungguin aku lagi. Di sini. Aku bakalan tepat waktu kali ini."
Gracia terkekeh, melihat Shani begitu berlebihan terhadapnya. "Aku bukan anak kecil, Shan. Aku bisa kok jalan ke parkiran sendiri. Kamu jadi gak usah muter-muter kan buat balik ke kelas aku?"
"Ssstttt udah diem. Aku sendiri kok yang mau nyamperin kamu ke sini."
"Terserah deh."
"Yaudah sana masuk kelas. Belajar yang bener ya." Ucap Shani sambil mengacak-acak rambut Gracia. Gracia cemberut, "Shani, apaan sih."
"Hehehe, see you later."
Gracia lagi-lagi hanya mengangguk, lalu berbalik berjalan menuju tempat duduknya. Mencoret-coret kertas dengan pena sambil menopang dagu di salah satu tangannya.
"Gimana aku bisa gak jatuh cinta sama kamu kalau kamu aja perhatian sampe sebegitunya Shan ke aku." Gumamnya di tengah ramai teman-temannya yang satu per satu mulai memasuki ruangan.
Ketika Frans menyeret kursi di depannya, Gracia pun menoleh. Itu cowok yang tadi pagi menyelamatkannya dari pertanyaan yang seolah hampir menjebak dirinya. Gracia menggigit bibirnya ragu, gimana caranya berterima kasih sama dia? Gracia tahu, ia bukanlah orang yang mudah memulai pembicaraan meskipun hanya untuk sekedar basa basi.
***
Shani mendengus jijik mendengar tingkah Okta dan Anin di belakangnya. Pelajaran telah dimulai sedari tadi, namun Okta dan Anin seolah belum puas menggodanya. Padahal ya tak ada gunanya juga orang Shani juga biasa aja gitu, gak malu apalagi blushing sama bisik-bisiknya 2 orang gila di belakang kursinya.
Awalnya memang lucu dan membuat Shani geli sendiri ketika mendengarnya, karena ia menjadi teringat dengan Gracia dan segala bentuk perhatiannya yang membuat ia merasa optimis jika Gracia pasti akan luluh. Tapi lama kelamaan kok jadi semakin menyebalkan dan lebay gitu sih?
"Oh Gracia sayang, kamu kok cantik banget sih. Jangan bikin aku tambah sayang deh sama kamunya." Itu suara Okta.
"Iyalah Shani sayang, kamu juga cantik kok. Jadi pengen punya pacar kayak kamu. Tembak aku dong." Dan yang ini suaranya Anin.
"Tapi aku belum siap. Siapnya langsung nikah aja sama kamu." Shani mulai ilfil. Meskipun dalam hati dia tetep bilang amin.
"Tapi kita masih SMA Shani, ntar aku dikira cabe-cabean gimana?" Bisik-bisik Anin mulai berlanjut dan yang ini bikin Shani makin kesel.
"Yaudah kita nikahnya nanti aja, kalaupun sekarang juga gak apa-apa." Aduh, si Okta kalau ngomong emang suka bener.
"Iya sayang, aku jadi makin cinta deh sama kamu. Tapi kamu kok gak pernah bilang cinta sama aku?" Ini kayaknya udah mulai nyindir deh. Wajah Shani mulai sepet lagi.
"Oh ya? Mungkin aku takut. Aku takut kalau kamu endingnya nolak aku." Tuh kan, si Okta emang kampret benernya!
"Yaudah kamu kalau gitu fokus aja sama yang di depan. Jangan dengerin kita terus kalau nggak mau kena-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...