Beberapa hari berlalu setelahnya. Tentu saja Shani dan Gracia semakin dekat selama beberapa hari itu. Gimana bisa nggak deket jika hampir 24 jam mereka selalu bersama-sama. Semua orang bahkan telah tahu jika dimana ada Gracia disitu pasti ada Shani begitupun sebaliknya.
Bayangkan saja, pagi hari sebelum berangkat sekolah. Mereka pergi ke danau, Shani bilang sih nyari udara seger. Taunya juga mojok berdua. Di sekolah bahkan, Shani sengaja tidak membiarkan Gracia berdua dengan Frans lama-lama selain saat pelajaran dimulai, menyuruh Gracia pindah bangku supaya jauh dari Frans juga, dasar pencemburu. Dan Anin dan Okta yang selalu menjadi obat nyamuk saat di kantin, mereka hampir selalu ingin muntah saat Shani sedang melakukan hal romantis kepada Gracia di depan banyak orang.
Pulang sekolah. Sorenya, di bangku taman belakang rumah, Gracia duduk diam membaca novel sedang Shani di sampingnya mendengarkan musik lewat earphone. Menekuni hobi yang berbeda bersama-sama. Disana mereka hanya diam, hening. Saling melirik dan tersenyum saat menyadari jika mereka akan terus ada satu sama lain. Malamnya, setelah makan malam bersama dan belajar bersama pun, Shani dan Gracia nonton film berdua. Berbagai genre. Apalagi kalau malam minggu, mereka akan bernyanyi bersama di taman ditemani gitar dan boneka doraemon yang terus di peluk Gracia dengan erat. Dan mereka bahagia selama itu.
Berharap waktu dapat berhenti. Dan mengabaikan segala macam kemungkinan yang akan terjadi suatu hari nanti.
Seperti saat ini contohnya, "Shani yang ini kerjain dulu. Kalau bener kita bisa langsung nonton."
"Kalau salah?"
"Ya nggak jadi."
"Ck, aduh. Ini aku udah pusing kepalanya. Pengen muntah lihat buku."
"Sejak kapan kamu jadi lebay kayak gini? Udah deh nggak usah manja. Cepet itu kerjain. Bentar lagi kan ujian."
"Iya-iya. Kamu tau nggak sih. Sebelum-sebelumnya itu aku nggak pernah nyentuh buku. Jangankan buku, dengerin materi guru juga aku suka ngantuk."
"Ya makanya itu, kamu mesti ngubah sikap kamu. Kamu nggak malu kalau ntar nilai aku lebih bagus dari kamu, hm?"
"Oke, kita taruhan. Ujian nanti yang dapat nilai lebih tinggi bisa minta 3 permintaan apa aja. Deal?"
"Hidup kamu nggak jauh-jauh dari taruhan ya Shan."
"Yaudahsih iyain aja ya, kan biar aku bisa semangat belajarnya."
"Oke, siapa takut."
"Nih udah. Bener kan?"
"Nggak sepenuhnya benar, ini ada yang salah. Tapi karena kamu udah mau berusaha, okay. Kita nonton tapi aku yang milih film-nya."
***
"Jadi, kamu suka juga nonton film horror ya?"
"Jadi, kamu takut juga nonton film horror ya?" Gracia tertawa melihat wajah cemberut Shani. Layar TV di depannya telah berubah jadi hitam. Dan mereka memang telah selesai nonton film genre horror.
"Nggak takut cuman kaget aja itu setan munculnya dadakan." Gerutu Shani.
"Oh ya? Jadi yang dari tadi mepet-mepet sambil tutup mata dan bilang 'hantunya udah muncul belom' itu bukan Shani ya?"
Shani tersenyum melihat tawa Gracia. Seakan teringat akan sesuatu dia berkata. "Loh? Gelang yang aku beliin buat kamu dimana?"
Gracia melihat tangannya lalu baru sadar jika gelangnya sedang tidak dipakainya. Mencoba berpositive thingking Gracia menjawab. "Di ... kamar? Mungkin ada di kamar aku nggak sadar kalau aku copot." Nada suaranya ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...