7 hari telah berlalu dan itu berarti satu minggu sudah sikap Shani berubah-ubah. Jika dikatakan plin-plan, para ABG lebih sering menyebutnya labil. Gracia tau, itulah cara Shani memberontak pada perasaannya sendiri, hanya saja Shani tak dapat mengontrol sikapnya.
Seminggu ini, hari-hari sebelum pertunangan Shani dengan Vino. Sikap dan sifat Shani berubah kepadanya, setiap harinya. Gracia bukan hanya dibuatnya bingung, tapi juga khawatir. Namun Gracia pun juga tak menampik fakta jika selama seminggu ini, Shani tak pernah absen memenuhi pikirannya. Ingatannya selalu dominan tentang Shani, terlebih karena perubahan sikapnya yang lebih esktrim dibanding yang Gracia lakukan.
Besok, tinggal besok pertunangan itu. Siapkah Gracia juga untuk menghadapinya? Hm, siap tak siap memang ia harus siap. Menyiapkan hati, menebalkan perasaan, membekukan cinta, mengontrol emosi. Karena siap tak siap memang besoklah acara itu dilakukan, disini. Di tempat dimana ia bisa mendengar, merasakan, bahkan melihat secara langsung tiap prosesi yang akan dilakukan.
Sungguh hidup sangat berarti mengajari Gracia bagaimana cara untuk kuat dan tegar.
FLASHBACK
#HARI PERTAMA SETELAH MEREKA PUTUS#
"Lo yakin nggak akan merubah pikiran lo?" Tanya Shani entah ketiga atau keempat kalinya pagi ini sebelum berangkat sekolah.
"Yakin 100%. Nggak."
Shani tersenyum masam dan beranjak pergi, tak lupa mengumpat dalam hati. Seraya membuang mawar yang ada ditangannya yang sedari tadi disembunyikan dibalik punggungnya ke tong sampah terdekat. "Gracia benar-benar keras kepala.." Gumamnya
***
Gracia menghampiri Shani yang nangkring diatas mobil dengan wajah kusut kurang tidur dan rambut yang acak-acakan. Hal yang tak jauh berbeda dengan seragam yang dipakainya. Dasar cewek, kelakuan...
"Shani, hari ini gue berangkat pakai taksi. Lo duluan aja."
Shani menatapnya datar. Gracia menggigit bibir bawahnya melihat betapa menyeramkannya tatapan itu. Gracia lalu berjalan pergi pelan-pelan, menoleh sedikit. Shani masih menatapnya dengan tatapan itu.
"GUE TERIMA KITA PUTUS, GUE TERIMA LO NGGAK MAU DIAJAK BALIKAN. TAPI GUE NGGAK TERIMA KENAPA LO MALAH JADI NGEJAUHIN GUE KAYAK BEGINI?" Gracia berhenti mendengar teriakan Shani.
Gracia menunduk. "Gue buru-buru ada piket." Gracia langsng kabur. Menyetop taksi dan meninggalkan Shani yang pagi ini berubah jadi hulk. Alasan yang sama yang dipakai Gracia karena tak mau berangkat bareng dengannya. Kenapa tiap Gracia membual nggak ada yang masuk akal? Kan kalau piket berangkat bareng malah lebih cepet..
Shani mendengus sinis.
***
Di kantin. Semua siswa-siswi ramai mengantri, ramai mengobrol, ramai menggosip. Suasana gaduh, karena pagi ini upacara dan hawanya seperti di neraka. Panas sekali. Namun bagi Shani bukan hanya cuaca yang panas, namun juga hatinya yang masih berkobar amarah ikut panas. Dilihatnya dari segala penjuru kantin, tak ada Gracia dimanapun. Dicarinya di kelas dan diatap sekolah, tak ada juga. Gracia memang sengaja menghindarinya, kata Shani dalam hati.
"PUTUS?!!!!?"
"KALIAN BERDUA PUTUS??!!"
"Putus?" Bahkan Frans yang biasa bersikap cuek dan bomat pun ikut berkomentar. Bagaimana tidak? Frans pasti merasa senang Gracia sudah tidak punya pacar karena.. Tunggu, Shani melotot lebar, iya yah! Kenapa dia malah ngasih tau Frans kabar putusnya dengan Gracia? Sudah pasti Frans bakalan cari kesempatan dan... Rahang Shani mengeras lalu ia menatap Frans dengan tatapan tajam mematikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...