Chapter 11

5.8K 421 39
                                    

Seandainya bisa, Shani lebih memilih melarikan diri dari hidupnya tapi, ia tak mungkin hanya bisa diam dan membiarkan Omanya sendiri di sisa hidup yang Oma miliki. Shani tahu diri, ia tak mungkin lari dari masalah disaat orang yang disayanginya mengharapkannya. Shani berjalan linglung menyusuri rumah gelapnya. Hal yang dilakukan setelah mendengar rencana pertunangannya itu hanyalah pergi dengan diam, membiarkan Vino dan Oma saling menatap bingung satu sama lain.

"Gre, kamu udah tidur?" Shani mengetuk kamar Gracia.

"Gracia kamu beneran udah tidur?"

"Gre aku-"

Pintu terbuka dari dalam. "Sssst Shani diem. Ethan lagi tidur. Ada apa sih?" Kata Gracia dengan polos.

Dengan tiba-tiba Shani memeluk Gracia. Lama sekali. Gracia hanya menatap Shani bingung namun ia tetap membalas pelukan Shani. Mungkin Shani banyak pikiran karena Oma. Pikirnya.

"Maafin aku. Maaf. Aku minta maaf."

"Aku udah maafin kamu Shani, Aku maklum kok. Keadaan Oma jauh lebih penting. Buktinya sekarang aku baik-baik aja, kan? Kamu nggak perlu ngerasa bersalah." Gracia tersenyum. Entah terbuat dari apa hati gadis itu.

Dan seolah belum cukup bagi Shani, Shani terus menggumamkan kata maaf.

"Iya iya Shani, aku udah maafin. Kamu kenapa aneh begini sih?"

Bagaimana cara ia memberitahukan Gracia soal hal itu? Bagaimana jika Gracia malah meninggalkannya setelah ia tahu jika ia setuju dengan pertunangan itu? Bukan. Kalian pasti tahu Shani setuju bukan karena ia benar-benar mau, kan? Karena Omanya. Sekali lagi hanya karena itu permintaan 'terakhir' Omanya. Dalam sisa hidup wanita itu, Shani pernah mengatakan ia ingin membahagiakannya. Dan inilah satu-satunya cara itu.

"Maafin aku, Gre" Lirihnya sekali lagi. Seolah kata maaf itu bukan hanya karena Shani meninggalkannya sendiri malam tadi. Namun lebih dari itu, karena lagi-lagi jika Gracia tahu, Shani yakin ia pasti merasa tersakiti.

***

"Kue pertamanya buat kamu, enak?" Gracia tersenyum manis. Menyuapi Shani potongan kue ulang tahun yang dibawa Shani. Walaupun ulang tahunnya telah berakihr dua jam yang lalu tapi, mengapa ia harus melewatkan acara potong kue ini?

Shani menatap Gracia lebih dalam. "Kenapa kamu dengan mudahnya maafin aku kayak gitu?" Ya, fakta yang satu itu turut membebaninya. Gracia yang sangat mudah memaafkannya. Gracia yang sengaja tersenyum di depannya padahal Shani tahu dari Frans, Gracia menangis lama saat Shani meninggalkannya.

Gracia mengelap mulut Shani yang terdapat sisa kue itu, "Karena kamu susah untuk aku benci."

"Tapi aku udah nyakitin kamu."

"Tapi sekarang aku udah nggak apa-apa."

"Hm, sekalipun nanti aku berbuat kesalahan yang besar. Apa kamu dengan mudah mau maafin aku kayak gitu?"

"Emang kamu mau buat kesalahan besar seperti apa?"

"Seperti Oma ... tiba-tiba ngejodohin aku kayak di sinetron-sinetron gitu?"

Senyum Gracia perlahan memudar. "Apa kamu bakalan ninggalin aku setelahnya?"

"Nggak. Aku cinta sama kamu. Aku nggak mungkin ninggalin kamu."

"Yaudah. Kenapa kamu harus minta maaf untuk hal yang nggak kamu inginkan? Kamu juga kesiksa sama perjodohan itu. Jadi, kenapa kamu minta maaf atas apa yang takdir lakukan? Itu semua bukan salah kamu Shani."

Shani menatap Gracia kaget. Betapa beruntungnya ia mencintai gadis di depannya.

"Apa kamu nggak akan pergi ninggalin aku?"

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang