Chapter 35

5.3K 375 53
                                    

Shani sedang menyandarkan tubuhnya di pohon besar dibelakangnya. Gracia ada disampingnya sedang membaca novel yang dibawanya di tas miliknya. Shani mendengarkan musik lewat earphone dan Shani mulai merasa mengantuk apalagi semilir angin dan udara disini yang tak tanggung-tanggung mendukungnya untuk memejamkan mata dan tertidur.

Sementara Gracia membolak-balik novel bacaannya. Lama waktu berlalu.. Gracia yang bosan meletakkan kembali novelnya, menoleh pada Shani. Gracia tersenyum sambil menggera-gerakkan satu tangannya di depan Shani. Shani tak bereaksi, sudah pasti Shani sedang tidur.

Baiklah tak apa, Ini juga masih jam 4, mungkin mereka berencana melihat sunset sore ini. Gracia berdiri. Ia mulai menghela nafas panjang sambil melihat pemandangan danau yang indah dihadapannya. Gracia bersyukur Tuhan memberinya kehidupan yang baginya sangatlah indah ini.

Gracia mulai mengambil coklat yang diberi Shani tadi disakunya. Dimakannya coklat itu sambil satu tangannya masuk ke dalam air dan bermain diatasnya, seolah ia sedang menulis diatas air jernih itu.

Coklat sudah habis.. Gracia kembali berdiri dan ia mulai bernyanyi dalam gumamannya. Ketika ia merasakan ada sesuatu yang bergerak dibelakangnya, Gracia pun berbalik. Gracia tersenyum mengetahui ada hewan kesukaannya alias kelinci sedang bersembunyi di semak-semak.

"Inci... inci jangan lari kemana-mana.. Inci sini sini sama aku .."

Kelinci itu lari sampai jalanan saat Gracia mendekatinya. "Inci jangan pergi dong.. jangan ke jalan. Bahaya ntar kamu bisa celaka."

Gracia khawatir, ia lalu berlari bukan berjalan pelan lagi untuk menyelamatkan kelinci putih itu dari bahayanya jalanan. Ya, walaupun jalan ini termasuk jalan sepi tapi.. Gracia juga ingin segera menggendong kelinci yang sanagt menggemaskan itu.

"Aduh.. Haish." Gracia berlari dan merasa tali sepatunya lepas. Ia mengikatnya terlebih dulu.

Gracia kembali berjalan sampai pada kelinci itu. Gracia berjongkok. Mengelus sebentar si kelinci ini lalu berdiri. Tepat saat...

BRAAAAKKK

Shani terbangun kaget dari tidurnya.. Ia menoleh pada seseorang yang harusnya ada disampingnya.. Dimana Gracia?

Shani menoleh pada asal bunyi suara yang membuatnya terbangun itu dan hal itu membuatnya menemukan Gracia.

***

Shani terduduk lemas di sebuah koridor rumah sakit. Tubuhnya yang kotor karena darah itu kini masih bergetar sekalipun gadis yang dicintainya itu telah berada di ruang operasi di depannya. Di balik pintu itu.. dia ada disana.

"Gracia.." Gumamnya dengan suara yang tercekat.

Sedangkan Vino, orang pertama yang ditelfon Shani setelah kejadian ini sedang melangkah cepat di rumah sakit dan ia bertanya pada suster yag berjaga di lobi. "Permisi. Shania Renata Gracia.." Ucap Vino.

"Sebentar.."

Vino mengangguk.

Vino berpikir dalam diam menunggu perempuan berseragam perawat itu memberitahunya dimana tepatnya Gracia saat ini.

Oh.. Vino mendongak untuk menyembunyikan air matanya yang hampir terjatuh. Vino terus berpikir selama itu, terakadang kita berada di jalur terjadinya tabrakan dan hanya saja kita tak mengetahuinya.

Apakah itu kecelakaan atau telah dirancang, tak ada satupun yang bisa kita lakukan. Apalagi itu adalah kehendak Tuhan. Dan kuasa takdir menjalani tugasnya.

Seorang wanita di Jakarta sedang dalam perjalannannya berkunjung ke rumah neneknya. Tapi dia lupa topinya, lalu dia kembali mengambilnya. Ketika ia mendapatkan topinya, telepon berdering. Jadi dia berhenti untuk menjawab dan berbincang beberapa menit.

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang