"Sayang, ya ampun. Kamu yang namanya Gracia? Sini-sini masuk. Tante udah nunggu kamu dari tadi pagi. Susah ya nemuin alamatnya? Harusnya Tante ngirim supir buat jemput kamu tapi Ethan minta diantar jemput latihan futsalnya." Begitu ucap tante yang berpenampilan sederhana tapi elegan ini kepada Gracia.
"Ethan, anak Nyonya?" Tanya Gracia sambil berjalan mengikuti majikan bundanya untuk duduk di sofa. Gracia mengernyitkan alisnya tak mengerti, berasa tamu deh. Penyambutan majikan bunda ternyata terlalu berlebihan untuk ukuran seorang pembantu seperti dirinya.
"Kok Nyonya sih? Panggil Tante, Tante Nindy saja, gak nyaman dengernya."
"Oh? Iya Nyo- eh Tante. Tante Nindy."
"Nah, gitu. Oh ya kamu tadi nanyain Ethan ya? Iya dia anak Tante. Makanya itu Tante disini jadi kubu sendiri. Bapaknya jagoin Chelsea, Ethan jagoin MU, dan kakaknya jagoin Barcelona. Terus, waktu Tante ditanya gak jagoin siapa-siapa karena lebih suka nonton acara masak sama fashion ketimbang bola, malah disorakin sama mereka bertiga. Kan bikin tante merasa terhakimi ya!"
Gracia mengulum senyum.
"Tapi syukurlah kamu udah ada di sini. Jadi Tante udah ada temennya. Yuk ikut Tante ke kamar kamu."
Ketika Gracia melangkahkan kaki memasuki kamar yang ber-title kamarnya tersebut, Gracia tercengang. Kamar bernuansa ungu, bermacam-macam boneka hingga peralatan make up pun tersedia dengan lengkap di sini.
"Yaudah kamu istirahat aja, Tante bener-bener excited sama keputusan kamu untuk mau tinggal di sini. Mama kamu banyak cerita sayang soal kamu, dan yeah, katanya kamu suka boneka doraemon, tapi selain doraemon juga di sana ada boneka lainnya. Maaf ya, buru-buru Tante nyiapin ini semua.
"Tante Nindy, Tante gak perlu ngasih Gracia semua ini. Gracia kan cuma anak pembantu di rumah Tante. Gracia cukup sadar diri Tan, Gracia merasa gak berhak dan gak pantes nerima semuanya."
"Sayang, Tante gak pernah mandang mama kamu dan kamu kayak begitu. Mama kamu juga telah menjadi seseorang yang berjasa, berharga, dan penting dalam hidup Tante. Tante rasa, begini aja belum cukup untuk membayar semua jasanya saat itu. Gak cukup sama sekali." Nindy menggenggam tangan Gracia.
'Mama kamu sudah menyelamatkan hidupku, aku berhutang nyawa kepadanya.'
"Tapi Tan-"
"Udah kamu mending istirahat sebentar aja dulu. Biar Tante siapin air panas dan makanan ya."
Gracia duduk termenung di atas kasur. Dia berpikir, mungkin jika iya, lebih pantas ia menjadi pembantu dan menggantikan pekerjaan ibunya di sini. Bukan seolah menjadi ratu yang malah hidup serba nyaman seperti ini. Dia sadar, dia di sini cuma numpang hidup dan hal seperti ini yang malah mengganggunya dan membuatnya merasa tidak nyaman sendiri.
"Huft, beruntung banget ya. Orang yang punya Bunda kayak Tante tadi. Kayak Ethan misalnya, dia bisa tinggal di sini dengan segala kenyamanan yang tersedia." Gumam Gracia.
Gracia lalu berdiri dan membulatkan tekadnya. Ia harus berbicara lagi dengan majikan bundanya itu. Tante tadi mungkin masih belum paham tujuan Gracia ke sini. Gracia tak mau menjadi orang yang memanfaatkan kebaikan orang lain terhadap dirinya. Dia bukan penjilat atau parasit. Bagaimanapun, Gracia tak mau hanya berpangku tangan tinggal di sini.
***
"Kenapa sayang? Kok kamu nyusul Tante ke sini?"
"Hm, Tante Nindy lagi masak apa sih? Sini Gracia bantuin."
"Oh, iya kamu duduk aja di situ ini udah mau selesai kok."
Gracia kemudian duduk di meja makan. Ia menggaruk kepalanya dengan bingung, keadaan seperti terbalik. Harusnya bukan Gracia yang duduk di sini. Harusnya dia yang masak dan berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...