"Gue kumpulin lo semua disini yang jelas bukan tanpa alasan."
"Gue tau itu.." Okta sedikit mengerutkan alisnya melihat Vino, ia tahu ada yang salah disini.
"Coba lo jelasin sejelas-jelasnya, sebenarnya ada apa disini? Gue bahkan harus nunda latihan basket sama anak-anak cuman karena panggilan lo ini. Lo kenapa ngumpulin kita-kita?" Anin bersedekap menatap Vino.
"Dengerin gue baik-baik, gue nggak akan ngulangin penjelasan gue tentang ini. Ini masalah penting."
"Gue kira hal yang akan lo jelasin ini itu berhubungan dengan pertanyaan kita sebelumnya, kenapa Shani nggak berangkat pagi ini? Kenapa lo bisa berangkat setelat ini? Dan.. dimana Gracia?" Nadse yang duduk disamping Anin melirik jam ditangannya lalu menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari keberadaan sahabat Vino sekaligus pacar Shani itu.
Vino menghela nafas, jelas sekali raut wajah cemas dalam ekspresinya. "Iya."
Vino menunduk. "Ini pertama kalinya gue ngomong ini ke kalian.. gue tau gue nggak berhak minta ini karena gue pun juga cuman kenal sama kalian tapi, tolong... bantu gue, sama Shani.."
"Bantu apa? Kalau gue bisa gue pasti ikut bantu." Ucap Okta turut prihatin melihat seorang Vino yang biasa percaya diri dan berani menjadi terlihat serapuh ini.
"Bantu gue cari semua informasi tentang Gracia apapun itu selain yang udah gue dan Shani tau. Gue mohon, terutama alamatnya.. Gue.. mohon banget sama kalian, gue nggak tau gue harus gimana lagi ngatasin ini semua." Baru pertama kali ini Anin melihat Vino yang terlihat sekacau ini keadaannya.
"Kenapa? Ada apa sama dia? Maksud gue ... ada apa sama Gracia?" Nadse mulai merasa cemas.
"Gracia hilang, nggak begitu.. tepatnya dia memang sengaja pergi... gue nggak tau kemana. Shani mulai pupus harapan dan gue yang ... gue takut nggak bakalan bisa lihat dia lagi, jadi plis bantu gue.. siapapun kalian tolong bantuin gue cari sahabat gue.." Jelas sekali tatapan Vino yang menerawang membuat ketiga orang dihadapannya saling melirik satu sama lain. "Kalian sahabat Shani kan? Kalian tau gimana Shani.. Seberapa besar dia cinta sama Gracia, menurut kalian gimana aja perasaan kalian saat orang yang kalian cintai yang sebelum ini terlihat tak ada masalah esok harinya menghilang tiba-tiba?"
Vino melihat Anin menggenggam tangan Nadse, Okta ikut prihatin melihat Vino mulai berkaca-kaca. Seumur hidup Vino, ia tak pernah menangis dihadapan orang lain, Vino orang yang sangat tertutup dengan perasaannya apalagi kesedihannya, ingat catatan di bukunya? "Demi apapun gue mohon, ikut bantu cari Gracia.."
Orang-orang dihadapannya hanya bisa mengangguk sambil meneguk ludah, mereka setidaknya tahu, ini tergolong masalah serius terutama bagi Shani.
"Terus dimana Shani sekarang?" Tanya Okta.
Vino menghela nafas lelah, ia merasa.. entahlah. Ia merasa tak tahu harus apalagi setelah pergi dari rumah Shani dan mencari Gracia ketempat-tempat yang sering mereka kunjungi bersama, namun nihil. Tak ada hasil, taman, danau –itupun Vino bingung mengapa Shani mengajaknya mencari Gracia ke danau-, mall, tempat ramai, tempat sepi semuanya.. Itu sebabnya Shani membolos, itu sebabnya Vino baru berangkat siang ini.
Sebenarnya memang tak ada pelajaran karna habis ujian tapi, hari ini sekolah tetap masuk. Shani menyuruh Vino mencari informasi tentang Gracia, dan data lengkapnya di sekolah.. Dan disinilah ia sekarang.
Vino menggeleng menatap Okta, sebagai jawaban dari pertanyaan Okta barusan Vino berkata. "Shani.. gue tau dia sebenarnya khawatir. Banget. Tapi entah karena ia masih tak percaya kenyataan, atau karena ia masih punya sedikitnya secuil apapun itu yang namanya harapan.. Dia masih berusaha nyari Gracia. Mungkin sebentar lagi dia bakal nelfon gue dan bilang dia belum temuin Gracia." Ucap Vino dengan lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...