Shani menatap jalan di hadapannya. Panjang. Berkelok-kelok. Hidupnya bagai perjalanan itu. Masalah bagai kelokan itu. Sesuatu yang tak bisa dihindari tapi dilalui. Dan semua itu masih panjang. Jika tiba saat mimpinya kelak menjadi nyata, ia pasti akan sangat bersyukur.
Namun jika kemungkinan terburuk lah yang akan terjadi. Biarlah terjadi. Sedih itu sudah pasti. Tapi begitu Shani menatap kembali putri tidur di sampingnya, cinta mengajarkan hal yang tak pernah ia pelajari dimanapun. Karena dengan adanya cinta ia jadi lebih menyadari jika hidup yang ia punya itu berharga. Ia jadi lebih mengerti jika ada sesuatu yang harus diperjuangkan dalam hidupnya.
Shani menoleh kepada Gracia sekali lagi, sekarang ia benar-benar yakin dan benar-benar tahu atau apa yang akan dilakukan selanjutnya. Memperjuangkan cinta yang ia punya lalu memperoleh kebahagiaan nyata.
"Makasih, bukan hanya karena hadirnya kamu aku jadi bisa tahu apa itu cinta. Tapi karena aku sekarang tahu, apa yang harus aku perjuangkan di hari-hariku berikutnya. Kamu."
Dan jika esok masalah bertubi-tubi datang menghampiri, ia akan melalui. Bersama cinta yang menjadi kekuatannya selama ini.
***
Gracia menatap Ethan dengan tersenyum geli. Wajah Ethan penuh dengan air mata tapi bukannya sedih, hal yang dilakukan Ethan saat ini malah tertawa terbahak-bahak mendengar gurauan ayahnya. Gracia melihat Shani, Tante Nindy juga Om dan Ethan. Mereka seperti sosok keluarga yang bahagia. Sedang Gracia, dia hanyalah orang luar yang tiba-tiba datang dan numpang hidup di tengah keluarga sempurna ini.
Oh, juga wanita di sana yang menatapnya dengan tatapan... benci? Gracia tersenyum terhadap wanita itu. Namun dia tetap saja melihat Gracia dengan tatapan tajam dan mengerikan. 'Aku salah apa sih sama dia?' Gumam Gracia.
Sore tadi, surprise yang diberikan pada Ethan berjalan lancar. Ya, walaupun sejak pagi sampai sore Ethan terus mengurung diri di kamar dengan alasan karena tak ada yang ingat ulang tahunnya. Sampai saat Shani menjalankan mobil-mobilan itu di depannya, Ethan memekik histeris lalu tersenyum bahagia sambil memeluk mobil-mobilan itu.
Ethan meniup lilin, memotong kue, memakan potongan kue itu sendiri, memainkan mainan barunya lalu berakhir dengan makan malam keluarga yang hangat. Semuanya berjalan lancar. Shani, dia juga tak berhenti menggoda Gracia membuat Om dan Tante berseri bahagia karena tahu jika Shani telah menerima Gracia berada di sini. Dan semua tawa menjadi hening ketika wanita itu datang. Om yang pertama menyadari hal itu seketika berdiri lalu mencium tangan wanita itu.
Om berkata. "Mama? kok Mama bisa tiba-tiba ada di sini tanpa memberi kabar?"
Ethan berseru dan memanggil wanita itu. "OMA!"
Gracia mengangguk-anggukan kepalanya. Baiklah, jadi itu Oma-nya Shani dan Ethan. Berbanding terbalik dengan dua orang lainnya, Shani dan Tante Nindy. Wajah mereka datar. Shani menatap mamanya. Mamanya memberi senyum seperti biasa, senyum yang menenangkan. Dan, Shani bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan hal yang begitu baik.
***
"Oma kenapa bisa di sini?" Tanya Om setelah mempersilahkan Oma untuk duduk dan ikut makan malam bersama.
"Jadi kamu gak suka ya, Mama ada di sini? Mama kan kangen sama cucu-cucu Mama. Mama juga pengen ikut ngerayain ulang tahunnya cucu Mama yang paling lucu ini. Dan, Mama gak mau pulang setelah ini. Mama mau tinggal di sini karena di rumah, Mama kesepian. Di umur Mama yang udah tuwir ini, Mama tuh pengen hidup bahagia sama keluarga Mama. Bukannya kesepian di rumah kayak orang yang gak punya keluarga." Oma cemberut. Om terkekeh, mungkin Om berpikir kenapa diusia mamanya yang sudah tua ini, mamanya tetap bisa mengomel panjang lebar seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...