BRAK.
Gracia menutup pintu toilet dan ia bersandar didalamnya. Gracia menutup mulutnya dan perlahan air matanya menyeruak keluar. "Aku lebih baik kamu yang kejam dan nyuruh aku ini itu dibanding kamu yang kayak gini Shan! Aku kangen kamu yang dulu. Maafin aku yang udah bikin kamu kayak begini. Kenapa kamu bisa bodoh banget gini sih?" Gumamnya pelan pada dirinya sendiri.
"Harusnya aku nggak ngejauhin kamu, Aku salah dan kamu bener. Aku jahat disaat aku merasa akulah orang yang paling tersakiti disini. Aku emang egois! Aku cuman mikirin diri aku sendiri cuman supaya aku nggak pergi dari kamu Shan, karena hal ketiga yang harus aku lakuin adalah meyakinkan kamu untuk cinta sama Vino. Oma salah, sekalipun aku meyakinkan kamu, kamu juga nggak akan pernah bisa. Oma salah bilang kamu akan nurutin dan dengerin omongan aku. Apa ini berarti aku emang harus pergi Shan?"
Ya, masih ingat? Rencana Gracia bersama Oma. Hal pertama yang harus Gracia lakukan adalah membekukan hatinya walaupun ia masih merasa cinta, hal kedua adalah meminta putus walaupun itu sangatlah berat dan Hal ketiga yang harus Gracia lakukan adalah meyakinkan Shani untuk mencintai Vino. Dan dia gagal melakukan hal ketiga itu. Padahal, ada hal keempat sebagai cadangan jika salah satu dari 3 rencana sebelumnya gagal ia lakukan. Saat Gracia benar merasa gagal meyakinkan Shani, maka hal keempat yang harus ia lakukan jika saja hal ketiga itu memang tak bisa dilakukan adalah pergi. Yakni pergi menghilang dari hidup Shani.
Hal itulah yang membuatnya memaksa Shani sampai tak sadar jika tindakannya telah kelewatan karna ia malah menyakiti Shani. Hanya saja Gracia tak ingin pergi dari hidup Shani begitu saja, dan Gracia merasa harus membuat 3 rencana itu berhasil. Tapi Shani tak mengerti akan hal itu, satu permintaannya untuk Vino ditolak Shani. Shani berkata tak bisa melakukannya. Shani yang tak mau mencintai Vino itulah tiket bagi Gracia untuk pergi selanjutnya. Setelah ujian semester nanti. Seperti itu memang rencananya dulu bersama Oma.
"Aku gagal Shan! Bikin kamu untuk cinta sama Vino nggak semudah yang aku kira. Dan itu berarti aku harus pergi. Karena dengan tidak adanya aku, mungkin kamu akan mulai melihat Vino. Sama seperti apa yang dikatakan Oma saat itu." Lirihnya sambil menangis lagi.
Seandainya saja Gracia tau jika ada orang yang sedari tadi mendengar gumamannya dari luar. Seorang pria yang mengikutinya sampai disini saat ia melihat Gracia berlari dengan mata berkaca-kaca. Ia yang rela masuk toilet wanita ini terkaget mendengar semua yang Gracia katakan.
Andai saja Gracia tahu ada Frans disana yang mendengarnya....
#HARI KETUJUH SETELAH MEREKA PUTUS#
Ini hari terakhir sebelum pertunangannya besok dilangsungkan. Shani sengaja, Shani sengaja mengunci pintu dari dalam dan merenung di kamar sendirian. Mengurung diri dengan segala ingatan atas apa yang telah terjadi beberapa hari sebelum ini. Semua perubahan dirinya yang dianggapnya sia-sia. Semua perjuangan untuk membuat Gracia mengakui cintanya yang dianggapnya tak berguna.
Semuanya,,,
*Author flashback versi Shani On*
Tak tahukah Gracia betapa sebalnya Shani saat Gracia menolak ajakan balikan padanya dihari pertama setelah pertengkaran besar malam itu dengan bertanya apakah Gracia mau mengubah pikirannya atau tidak dan Gracia dengan tegas berkata tidak. Shani sangat sakit dengan kekeras kepalaan Gracia disaat Shani pun tahu Gracia mencintainya tapi tak mau mengakuinya.
Dan setelah itu apa? Okta memberinya saran untuk merubah sikap agar Gracia bisa terus memikirkannya. Shani bertanya-tanya apakah itu berhasil karena ia juga tak handal berakting jahat seperti itu. Saat ia membentak Gracia dan ia sendiri pun merasa ingin mementokkan kepalanya ke sudut meja melihat Gracia yang begitu kaget dengan kesinisannya. Shani ingin sekali minta maaf tapi ia lebih mementingkan egonya dan malah semakin bersikap jahat. Sungguh, kata penyesalan selalu berada diakhir itu memang tepat. Dan ia juga menyesal kenapa ia bisa seperti itu. Itu semua gara-gara saran nggak bermutunya Okta!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfiction[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...