Chapter 30

4.9K 409 49
                                    


Vino menghela nafas. Dengan bergegas Vino makan di kantin rumah sakit lalu setelah selesai ia berjalan cepat menuju sebuah pintu dan membukanya. Disana terlihat mama Nindy dan Shani.

"Shani, makan dong sayang. Semalam kamu udah nggak mau makan. Apalagi minum obat. Shani, plis dengerin mama. Papa abis kerja juga bakalan cari Gracia, Jadi kamu jangan diemin mama kayak begini dong."

Vino berjalan mendekat. "Masih nggak mau mah?"

Mama Nindy menggeleng pasrah. "Oma gimana keadaannya sayang?"

"Oma lagi istirahat mah, makanya tadi Vino ke kantin cuman makan bentar. Sekarang giliran mama yang harus makan, sini biar Vino gantiin."

"Vino, makasih ya kamu udah mau bantuin mama jagain Shani dan Oma disini. Mama nggak bisa sendiri. Papa harus kerja dan nemenin Ethan juga,"

"Nggak apa-apa Vino juga nggak sibuk kok Mah, oh ya tadi mama Vino nelfon katanya dia bisanya malam nanti baru jenguk karena sibuk sama bisnis barunya. Tadi mama nitip salam. Mama Nindy ditelfon nggak diangkat, mama khawatir banget."

"Ponsel mama mati, habis baterainya."

Vino tersenyum kecil. Shani juga sering seperti itu. Mama dan anak tak ada bedanya. Vino mendekat memeluk mama Nindy dari belakang. "Mah jangan khawatir, mama harus inget sama diri mama juga. Shani itu bodoh tapi dia sayang sama mama, Shani pasti bisa sembuh. Mama pulang aja, Ethan pasti juga butuh mamanya, mama bersihin diri di rumah, jangan lupa charge ponsel mama, mama istirahat sebentar baru balik lagi kesini. Mama inget, kita nggak mau ada yang sakit lagi disini kan?"

Yah, di malam yang sama saat dokter semakin membuat orang-orang gelisah berkata kekeras kepalaan Shani berpotensi mengalami gangguan jiwa bahkan kematian, disaat yang sama pula Oma jatuh tumbang. Mungkin efek kaget, menyesal, kecapean atau apa.. Vino juga tak tahu. Oma hanya pingsan di tempat.

Orang-orang yang harus tetap menjalankan kewajibannya seperti ayah Vino dan papa Shani memang harus pergi, jadi tinggal Vino disini yang dapat membantu mama Nindy menjaga dua anggota keluarganya dalam waktu bersamaan. Hal yang tidak mudah pastinya, apalagi Vino tahu.. dia sibuk disini sehingga dia tak punya waktu untuk menjemput Gracia.

Vino mendengar helaan nafas dari mama Nindy disampingnya. "Yah, kamu benar Vino. Tapi apa nggak apa-apa kamu mama tinggal disini sendiri?"

"Nggak apa-apa ma, tenang aja. Kata dokter Oma juga udah baikan, nanti biar Vino ajak Oma kesini. Oma pasti mau lihat Shani pas dia udah bangun dari istirahatnya."

"Makasih sayang atas bantuan kamu." Mama Nindy memeluk Vino.

"Sama-sama mah."

***

"Cuman ada gue disini dan lo tetep juga nggak mau ngomong? Salah gue apa ke lo hah?" Vino menyentakkan sendok dan meletakkan piring yang dipegangnya ke atas nakas dengan kasar.

Shani menatap Vino. Perkembangan terjadi saat Vino melihat Shani menggeleng kecil.

"Kalau lo mati karena lo nggak mau makan.. Jangan salahin gue." Vino mendengus walau dalam hati ia sedikit bahagia, Shani menunjukkan sedikit perubahan saat hanya bersamanya. Shani mengendikkan bahu.

Vino pura-pura memutar bola matanya. "Fine. Gue tinggal disini bentar, bukan cuman lo yang mesti gue urus, dasar bayi. Jangan kangen sama gue.."

Kini giliran Shani yang memutar bola matanya.

Vino tersenyum kecil. Saat ia sampai di ruangan Oma.. Oma baru saja membuka matanya. "Oma.." Lirih Vino.

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang