Keesokan paginya..
Aku bangun dari mimpi aneh sepanjang masa. Aku bermimpi seorang bidadari datang mengetuk pintu kamarku dan mencium dahiku. Itu aneh sekali bukan? Tapi ya sudahlah.. Hari ini aku harus berangkat sekolah dan ya.. aku melihat sebuah CD album yang kemarin kubeli di mall secara diam-diam untuk Gracia. Itu .. CD album Justin Bieber.
Oh ya aku lupa memberikannya pada Gracia, maka dengan itu pun aku segera membersihkan diri dan berjalan mengetuk pintu kamar Gracia. Tanganku menggenggam CD album JB itu, aku berpikir mungkin ada baiknya aku mulai berdamai pada idola Gracia, bagaimanapun Gracia pasti sangat menyukai idolanya dan harusnya segala hal yang disukainya aku akan mencoba menyukainya juga.
Tok. Tok. Tok.
Tidak ada suara sekalipun aku meneriakkan namanya.
"GRE?"
Aku mencoba memutar kenop pintu dan yah, kenapa pintunya tidak dikunci?
Perlahan aku berjalan masuk, ini bukan pertama kalinya aku kesini tapi tak ada yang berubah dari kamar Gracia... tunggu.
Semua begitu rapih disini, tempat tidurnya, dindingnya, semuanya.
Ini aneh.. dimana poster JB yang dipampang di dinding? Atau kertas yang ditempel di depan kaca? Saking rapinya kamar Gracia aku bahkan tak yakin malam tadi dia tidur disini.
Tunggu-tunggu dimana dia? "GRE! GRACIA?"
Aku mulai membuka kamar mandinya dan tak ada siapapapun disana. Aku mulai membuka lemarinya dan hanya ada beberapa baju tapi itu bukan baju yang sehari-hari dipakainya. Aku.. mulai berharap ini semua hanyalah mimpi.
***
Tak ada dia dimanapun di sekitar rumah ini.
Aku telah entah berapa kali berkeliling dan mencari dia dimanapun di rumah ini namun tak ada Gracia disana. Aku mulai terduduk di kasurnya, setidaknya aku berusaha untuk berpositif thinking mungkin dia pergi duluan ke sekolah.. tapi ponselnya tak aktif padahal biasanya ia akan meminta ijin setiap pergi tanpaku.
Oh tidak, aku melihat secarik kertas di atas nakasnya dan satu buku?
Aku membacanya, aku membaca semua kalimat yang tertulis disana juga buku itu.. Itu bukan buku nya tapi buku milik Vino?
Aku mengacak-acak rambutku saat aku telah membaca surat itu.. Jadi dia sengaja pergi? Jadi ini yang dia maksud dari segala perbuatan anehnya kemarin?
Bahkan aku masih ingat jelas semua kode yang diucapkannya.
"Apa yang bakal kamu lakukan saat sesuatu yang penting itu hilang?"
"Kalau aku hilang gimana?"
Jadi selama ini kegelisahanku terjawab sudah.
Aku meneguk ludah dengan kelu. Kucoba untuk bersikap tenang walau dalam hati aku benar-benar tak tau harus bagaimana.
Tiba-tiba mama muncul dari balik pintu.
"Loh Shani? Kamu kok disini?"
"Mah Gracia kemana?"
"Gracia pergi kan? Dia pamit kok sama mama, dia nggak pamit sama kamu?"
Aku menggeleng lesu.
"Padahal semalem dia bilang dia udah pamit ke semua orang.. Jadi semalem kan Gracia ngetuk pintu kamar mama, dan dia bilang dia bakalan pergi Shani, katanya mau ke tempatnya dulu. Mama juga nggak tau sih, lumayan lama baliknya dia bilang."
Mataku mulai memanas namun kututupi itu dengan menundukkan kepala.
"Kata si mbok, Gracia juga pamit ke dia.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...