Chapter 20

4.8K 373 44
                                    

Malam pertunangan itu akhirnya tiba juga.

Gracia terpana melihat betapa cantiknya Shani memakai dress seperti itu. Gracia melihat Shani yang berwajah tenang dan memikat itu. Shani tersenyum saat orang-orang datang menyalaminya. Hal yang sama tak jauh berbeda terjadi pada Vino di sudut lain, Vino yang diapit tante Silvi dan Sisi. Ini benar-benar menyakitkan saat ia harus melihat kepura-puraan ini, namun Gracia sedikit bisa menahan itu semua karena Gracia tahu, lebih menyakitkan berada di posisi Vino dan Shani yang harus tersenyum dan memasang wajah bahagia disaat hati mereka sebenarnya tak ingin menghendaki hal itu. Ini semua hanya akting, Gracia memang terlalu bawa perasaan melihat kepura-puraan Shani dan Vino yang terasa nyata. Atau mungkin ia saja yang terlalu cemburu berada diposisi Vino. Itu saja.

Shani lalu berjalan mendekati mamanya, Nindy melihat Shani dengan tatapan teduh. "Shani.."

"Mah.." Shani tersenyum kecil, ia pun memeluk orang yang dipanggilnya mama itu.

Nindy menghela nafas. Ia tahu benar apa yang membuat anaknya merasa gelisah seperti. Bukan karena ia yang beberapa menit lagi akan melangsungkan pertunangan itu dengan resmi namun karena hal lain. Seorang ibu pasti tau betul apa yang terjadi dengan anak kandungnya. "Ada apa sayang? Apa yang bikin kamu resah kayak begini?" Nindy lalu menggandeng putrinya menuju tempat yang lebih sepi. "Ngomong sama mama nak, ada apa? Kenapa, hm?"

"Mah, Gracia....." Shani tadi sempat melihat Gracia yang memandangnya dengan tatapan terluka dan itu cukup membuatnya makin dilema untuk melanjutkan pertunangan ini.

"Oh ... gimana sama Gracia, Shan?"

"Ma, Shani nggak tau mesti gimana...S-Shani Shani udah putus sama dia.." Shani kembali memeluk mamanya.

"Ssshhhhh sayang, kamu udah buat keputusan. Kamu harus tanggung jawab dengan keputusan kamu apapun itu. Jika menurut kamu ini yang terbaik, kamu harus yakin dengan itu."

"Shani nggak mau menyakiti siapapun mah, Oma maupun Gracia. Shani harus gimana?"

"Ah, jadi anak mama yag satu ini lagi dilema? Hhhh, mama juga nggak tau Shani. Mama tau sulit berada di posisi kamu sekarang tapi apapun keputusan kamu, mama bakalan selalu ada untuk kamu. Mama akan selalu dukung apapun yang menurut kamu terbaik untukmu dan semuanya."

Ya, pelukan seorang ibu cukup mampu membuat Shani merasa tenang walaupun itu hanya sementara.

***

Keputusannya sudah bulat. Shani akan melanjutkan pertunangan itu demi Oma. Lagipula, semua ini hanya pura-pura dan Gracia pun juga tahu akan hal itu. Vino memakaikan cincin ke tangan Shani begitupun sebaliknya. Dunia seolah berhenti dan Gracia merasa kehilangan gravitasi saat hal itu terjadi.

Semua orang bertepuk tangan dan berlomba untuk mengucapkan selamat lalu menggoda mereka, kecuali Gracia. Hanya dengung yang satu-satunya ia dengar di telinganya. Rasanya semuanya sunyi, di keramaian seperti ini ia merasa sendirian. Dan hal itu membuat matanya memanas.

Hatinya tentu merasa perih melihat Shani dan Vino saling tersenyum satu sama lain seolah mereka benar saling mencintai, dan walaupun Gracia tahu itu semua hanya akting tetap saja sakit rasanya. Gracia menunduk untuk menguatkan hatinya. Ia berusaha mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu bawa perasaan melihat kedekatan Shani dan Vino di depan matanya.

Saat ia kembali mendongak, tatapan Gracia berhenti melihat Oma yang sedang duduk di kursi roda yang sama seperti yang dipakainya di rumah sakit saat itu. Oma tersenyum, wajah tuanya terlihat lebih muda saat ia tertawa melihat Vino yang menunduk malu digoda banyak keluarganya. Shani dan Vino memang jelas serasi, mereka seolah menjadi raja dan ratu semalam ini. Mereka diajak banyak orang berfoto bersama, mereka juga yang menjadi objek foto orang-orang disekitarnya.

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang