Chapter 17

4.2K 376 47
                                    

#HARI KELIMA SETELAH MEREKA PUTUS#

Keesokan harinya setelah hari keempat malam itu. Shani berangkat sekolah sengaja tidak naik mobil kesayangannya, namun sebagai gantinya ia menyewa mobil yang lebih keren dan berpapasan dengan Gracia di gerbang sekolah. Shani menurunkan kaca mobilnya, Gracia kaget saat melihat Shani yang sengaja melepas kaca mata hitamnya. Wajahnya masih terlihat lebam disana sini tapi hal itu tetap tak melunturkan pesona yang ia miliki. Tapi, Gracia lebih merasa dua kali lipat lebih kaget melihat seorang gadis disamping Shani, di kursi duduk penumpangnya. Gadis itu bukan Okta, tapi... kak Nadse? Kak Nadse tersenyum menatap Gracia.

Secepat mobil Shani datang, begitupun cepatnya mobil Shani melintas lalu pergi. K-kenapa harus kak Nadse, Shan? Gracia berhenti berjalan dan terus menatap tajam mobil Shani sampai mobil itu sudah tak terlihat lagi.

Gracia menghela nafas, ia memutuskan Shani agar Shani bisa bersama Vino. Bukan seperti ini hal yang direncanakannya bersama Oma. Jika ada yang bertanya apakah Gracia cemburu, sudah pasti iya jawabannya.

***

Ternyata bukan hanya kak Nadse, banyak gadis yang sengaja didekati Shani. Sebenarnya bukan begitu, gadis yang biasa menggoda Shani, digodanya balik. Bahkan hal seperti itu kian menjadi apabila Gracia tak sengaja lewat di depan Shani. Shani seperti sengaja memanas-manasi hatinya.

Gracia sudah tak tahan lagi ketika teman-teman wanita sekelasnya terus membicarakan Shani pagi ini, ia segera kabur ke perpustakaan. Di perjalanan ia bertemu Vino. Bukan bertemu tapi lebih tepatnya menabrak. "Aduh Gracia, kenapa lo pake acara lari-larian gitu sih?"

"Aku,, buru-buru. Aku duluan ya.. Bye."

"MAU KEMANA?" Teriak Vino.

"KE TEMPAT BIASA!" Balas Gracia.

Vino lalu bergumam. "Haish. Pasti dia mau ketempat membosankan itu lagi! Ck."

Di perpustakaan.

Gracia mendengus dan pura-pura tak mendengar saat ada Shani di depannya yang sedang berbincang dengan gadis berkepang dua. Bahkan gadis paling cupu pun ia dekati! Dan apa harus gitu didepan Gracia? Gracia menggeram sebal sambil mengusahakan ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja.

Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya, Untung saja itu bukan Shani tapi Vino. "Ih gue mah sebel tau sama lo yang selaluuu aja kesini. Kenapa sih? Lo sengaja pengen menghindar dari Shani ya?"

"Hah? Oh nggak kok. Nggak lah. Bentar lagi ujian, jadi aku cuman mau ningkatin belajar aja. Kamu kan udah pinter, makanya kamu santai-santai aja sama ujian nanti." Entah darimana datangnya, mengingat ujian.. Gracia jadi ingat juga soal taruhan yang pernah ia setujui dengan Shani. Tentang siapa yang nilai ujiannya paling tinggi, ia bisa meminta tiga permintaan dari yang nilai ujiannya lebih rendah. Ah sudahlah, ngomong tentang Shani dimana-mana pasti selalu bikin hati dia makin sakit.

"Ah, apaan sih lo. Gue juga sebenernya ngerasa lumayan khawatir sama yang pinter di kelas kita. Si Frans, salah satu sahabat Shani itu katanya juga pinter ya? Tapi gue tetep percaya diri.. gue pasti bisa ngalahin dia."

"Iyalah, Vino itu tak tertandingi." Memang benar, seorang sahabat selalu ada untuk kita. Membuat kita tertawa dan lupa dengan masalah kita sebelumnya.

"Jadi kamu juga suka baca buku tebel kayak gini? Wah sama dong kayak seseorang yang 'pernah' gue kenal." Suara Shani yang sampai ditelinganya itu membuat mood Gracia menjadi buruk lagi. Apa panggilan Shani ke gadis itu tadi? Kamu? Seseorang yang 'pernah' dia kenal? Shani sengaja balas dendam untuk nyinyirin dia balik ya?

"Kurang asem yah tuh anak. Gue bener-bener pengen bejek bejek dia sedari tadi. Slengean banget pagi ini, sok keren, sok iye, sok cantik banget jadi cewek! Cewek kaya gitu juga dia deketin? Dia bener-bener fix berubah jadi stress dan gila setelah lo putusin Gre." Uh-Oh ternyata bukan hanya Gracia yang sedang merasa bete karena Shani disini.

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang