"Shani kenapa sih gitu banget. Kalo dia cemburu ya harusnya nggak gitu juga kali. Mana tiba-tiba ngilang gak ada kabar. Pulang sekolah juga nggak nyamperin. Harusnya yang ngambek kan aku kenapa dia nggak minta maaf malah pergi, ck." Gerutu Gracia sambil terus mengecek notif di ponselnya. Ya, seharian ini setelah kejadian saat istirahat itu, tak ada yang berubah.
Gracia yang terlalu gengsi untuk menghubungi Shani, dan Shani yang tiba-tiba pergi ngilang tanpa kabar. Gracia menghembuskan nafas dengan kasar, bahkan saat ponselnya telah dihidupkan pun, tak ada tanda-tanda jejak Shani yang menghubunginya. Sebenernya Shani lagi kenapa sih?
Tok. Tok. Tok
"Mama masuk ya sayang."
"Ada apa Ma? Oh ya, mama tau nggak Shani dimana? Kemana? Tadi waktu aku pulang mobilnya kok nggak ada?"
"Aduh, sayang. Nanyanya satu-satu dong mama jadi pusing jawabnya. Gini aja, kamu lupain Shani sore ini. Mending ikut mama, nemenin mama pergi yuk."
"Kemana ma?"
"Girls day Out!"
"Hah?"
***
"Sayang kamu coba deh baju ini. Ah, tapi nggak cocok. Warnanya terlalu pucat. Kalau yang ini gimana? Jangan deh jangan. Warnanya terlalu ngejreng. Mbak nggak ada yang pas ya buat anak saya? Ya yang seumuran dia ini? Anak SMA ABG gitu bagusnya pakai yang kayak gimana ya?"
Gracia hanya terheran heran ketika Nindy memekik girang melihatnya keluar dari tempat ganti pakaian. Setelah memilih baju yang mana sampai menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Sekarang Nindy bisa tersenyum puas melihat baju yang dipakai Gracia, dress selutut yang anggun berwarna biru. Tak tanggung-tanggung, diajaknya Gracia ke salon.
Ya karena Gracia belum dapat kabar dari Shani dan itu membuatnya masih merasa kesal, Gracia pun tak merasa keberatan untuk menyibukkan dirinya dengan menuruti semua keinginan Nindy. Seperti saat ini, ketika wajahnya ditepuk tepuk, di coret-coret, nggak taulah itu tadi apa yang ditaruh diwajahnya. Yang jelas setelah melihat cermin, ia merasa berbeda.
"Waahh, kamu cantik banget sayang."
Gracia mengamati dengan seksama wajah wanita di depan cermin itu. Ini beneran dia kah? Gracia tersenyum. Dia jadi terlihat berbeda. Dia lebih merasa berbeda.
Di dalam mobil dengan Nindy yang menyetir sendiri mobil itu.
"Hm, nggak sia-sia ya kamu ikut mama hari ini. Nggak sia-sia tadi mama nunggu kamu lama banget. Kamu cantik lho Gre, aduh ... mama udah bilang cantik berapa kali sih, setelah lihat kamu?"
Gracia terkekeh. "Ah mama bisa aja. Oh ya, Kenapa mama tiba-tiba ngajak Gracia untuk semua ini?"
"Mmm, kenapa ya? Karena ini hari ulang tahun kamu?"
"Oh?" Jadi mama Nindy juga inget ulang tahunnya? Berarti apa cuman dia sendiri dan Shani yang tak ingat sejarah penting hari ini? Entah mengapa mengingat Shani membuat mood-nya jadi lebih buruk. Padahal tadinya perasaannya telah lumayan baik melihat dirinya di depan cermin lagi. Dasar Shani moodbreaker! Masa Shani nggak inget ulang tahunnya sama sekali?
"Malam ini kita makan di restoran ya, tempatnya bagus kok. Kamu pasti suka."
Gracia balas tersenyum, lalu menatap datar pada layar ponselnya yang kini sedang bergetar. Drrrrtt Drrttt. Drrrrrt. Drrrrtt. Username-nya dari Shani. Wow surprise!
Angkat nggak ya? Angkat gak sih? Tunggu, kita buat alasan kenapa telfon Shani harus diangkat. Karena, mereka tadi habis berantem? Shani bahkan tiba-tiba hilang tanpa jejak dan baru mengabari setelah sekian lama? Jadi kenapa Gracia harus mengangkatnya? Gracia mereject telfon dari Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Her ✔
Fanfic[COMPLETED] Gracia yang naif hanya menginginkan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang ia rasakan sempurna dengan datangnya cinta. Cinta yang ia definisikan sebagai Shani. Cinta yang sulit diraih, bukan karena bertepuk sebelah tangan... Namun karena k...