Chapter 34

5.4K 392 39
                                    

Satu tahun kemudian...

Shani melangkah pasti setelah turun dari mobil kesayangannya. Mobil yang begitu punya banyak sejarah baginya. Balapan saat pertama kali ia bertemu Gracia dan hampir menabraknya, siapa sangka sekarang itu ia tergila-gila pada gadis baik hati yang telah menolong Sisi itu? Mobil yang selalu mengantar Gracia ke sekolah atau kemana saja. Mobil yang menemani setiap kencan indahnya dengan Gracia, mobil yang juga digunakannya saat mencari Gracia yang sempat pergi itu, Mobil sama yang menemaninya jatuh ke dalam jurang.

Walaupun banyak komponen mobil itu yang rusak setelah terjadinya kecelakaan. Beruntung mereka masih bisa diperbaiki. Yah, jadi beginilah ia dan mobil sport yang berwarna merah menyala itu berhenti di depan sebuah cafe bakery.

Shani tersenyum pada Rahma.. pelayan wanita yang satu itu telah sangat mengenali Shani.

Shani memilih satu tempat duduk yang berada di pojok lalu memandang sekeliling setelah memesan pesanan favoritnya. Shani mengetuk-ngetukkan tangannya di atas meja. Ia sedang menunggu seseorang memang.

"Jadi gimana?"

"Gimana apanya?"

"Jangan ngambek gitu dong mah.."

"Apa sih? Papa ngertiin aku dong. Aku tuh capek tau.. papa tuh nggak peka-peka sama keinginan mama ya."

Shani mengerutkan dahinya mendengar perdebatan yang menarik perhatian itu. Dan Shani semakin mengerutkan dahinya saat melihat ada satu pasangan yang mengadakan drama itu. Dasar bocah, semakin tahun memang perkembangan zaman semakin gila saja. Lihat saja gadis dan anak muda yang sedang bertengkar itu. Yang benar saja, mereka masih memakai seragam SMP? Tadi apa panggilannya? Mama papa? Shani merasa ingin muntah saat ini, Shani mengeleng-gelengkan kepalanya semoga saja Ethan kalau udah gede nanti nggak kayak gitu.. Amin..

BRAK. Sebuah tas mendarat diatas meja.

Suara di depannya mengalihkan perhatian Shani. Orang itu menyeret satu kursi untuk duduk dihadapannya. "Ada apa lo nyuruh gue kesini? Gila ya.. hari ini ramai banget. Mentang-mentang lagi ngerayain valentine aja sebegini antusiasnya. Alay banget semua orang..Ck, udara panas-panas begini gue tuh harusnya gue lagi bobo bobo manja dirumah sambil makan cornetto mini tau nggak. Lo ganggu jam gue buat leha-leha!"

Shani berdecih. "Lo bilang semua orang alay disaat lo aja ngomong apa tadi? Bobo bobo manja? Semua orang yang ngerayain valentine itu nggak lebih alay daripada lo."

"Halah, lo ngomong begitu buat bela diri kan? Lo juga jadi salah satu dari semua orang yang ngerayain valentine? Dasar alay." Jawab Vino.

"Lah gue masih mending ngerayain valentine sama pacar gue. Nah lo? Sama siapa? Sama tiang iya.."

"Idih.. gue nggak suka hari valentine tau nggak. Semua barang yang ada hari ini kalau nggak warna merah ya warna pink. Itu kayak.. feminim iyuuhhh. Bukan gue banget."

Shani mendengus.

"Haish udah-udah. Lo sebenarnya manggil gue kesini buat apa sih? To the point aja."

"Hm, gue mau nanya dan konfirmasi sama lo langsung. Lo serius mau lanjut kuliah di luar negeri? Kenapa?"

Vino membuka mulutnya. "Oh.. iya yah. Gue lupa belum sempet cerita ke lo.. Kayaknya pas itu gue emang baru cerita ke Gracia aja sih.. Lo tau darimana berita itu?"

"Dari Frans. Lo bahkan kasih tau Frans tapi lo nggak ngasih tau gue? Kenapa semua orang tuh lebih suka ngasih tau rencana kepergiannya ke sepupu tengik itu sih?"

"Lo lagi curhat pengalaman pribadi ya.. ciyyyee masih inget aja lo sama kejadian setahun yang lalu."

"Back to topic please.."

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang