Chapter 28

4.2K 374 59
                                    

Vino tiba di tempat kejadian saat Shani memenangkan balapannya, Vino menghela nafas lega.

"SHANI!" Vino memukul kepala Shani. Shani melotot lalu mengaduh kesakitan. "LO GOBLOK TAU NGGAK! LO MAU ULANGIN KESALAHAN YANG SAMA HAH?!"

"APA SIH?" Bentak Shani juga.

"ABIS INI APA? JANGAN BILANG LO BAKALAN IKUT BABAK KEDUA? LO TAU DI BABAK ITU JALANANNYA LEBIH BAHAYA SHANI! LO NGGAK INGET PAS KITA TERAKHIR BALAPAN SAAT ITU? ITU KAN YANG BIKIN KITA KAPOK BUAT IKUT BALAPAN LAGI? GUE TAU! LO NGGAK BISA NGELEWATIN TIKUNGAN ITU SHANI! ATAU LO BAKAL CELAKA KAYAK WAKTU ITU HAH? LO MAU TANGAN LO HAMPIR PATAH LAGI KARENA NABRAK TEBING HAH?"

"Lo apaan sih ngomel-ngomel begini? Diliatin banyak orang. jangan malu-maluin gue dong."

Vino melotot marah. "Lagian itu dulu kan? Itu pas kita masih SMP kan? Sekarang gue yakin gue udah bisa Vino, stop ngatur hidup gue!"

"G-gue nggak ngatur Shan! Itu bahaya, gue khawatir sama lo, lo ngerti nggak sih? Gue udah kehilangan sahabat gue, gue nggak mau kehilangan lo juga."

"Gue nggak bakal kenapa-kenapa."

"Lima belas menit lagi Shani," Seseorang menepuk pundak Shani. "Lo mungkin menang di babak pertama, tapi nggak dibabak kedua ini."

"Kita lihat aja nanti."

"Okey. Gue tunggu lo disana."

Orang yang tak asing dimata Vino pergi setelah berbincang dengan Shani.

"Lo liat ini. Gue bakal baik-baik aja."

"Shan plis, jangan ya?"

Shani menggeleng kecil. "Cuman ini yang berhasil bikin gue bisa ngalihin pikiran gue dari Gracia, Vino. Semua hal yang gue liat ngingetin gue sama dia dan itu sakit. Cuman ini.."

Vino pun melepaskan tangannya yang menahan Shani pergi. Saat Shani telah menaiki mobilnya, Vino menelfon seseorang. "Okta, Anin, bantuin gue. Ini penting lebih dari apapun."

***

Okta menarik tubuh Shani dari belakang dan menamparnya cukup keras saat ia sedang membuka pintu mobilnya, Anin berbuat ulah di jalur balapan dan itu cukup untuk membuat balapan tertunda mungkin mereka punya beberapa menit lagi untuk membujuk Shani.

"Shan, pulang! Berhenti bersikap cemen kayak bayi begini.. Kalau Gracia pergi, lo cari dialah! Bukannya malah ikut balapan gila kayak begini!"

Shani yang kesal pun ikut menampar balik muka Okta. Benar-benar de javu saat ia dan Okta berantem hanya karena balapan dulu.

"Jangan ngatur hidup gue. Kenapa semua orang nganggep gue kayak anak kecil?"

"Shan... Gracia nggak bakalan suka sama apa yang lo lakuin ini."

"Yah.. Kalau dulu, alasan itu pasti bisa bikin gue berhenti buat ikut balapan tapi.. SEKARANG AJA GRACIA UDAH PERGI NINGGALIN GUE, TA!"

"Shan, setidaknya bukan cuman Gracia yang ada dihidup Lo! Masih ada orang tua lo yang bakal khawatir sama lo, Oma lo, Ethan, sahabat-sahabat lo."

"Ini pilihan gue Ta, lo nggak berhak ngelarang gue ngelakuin apa yang gue mau."

"Tapi Shan.."

"LO NGGAK TAU RASANYA ADA DIPOSISI GUE JADI NGGAK USAH LO IKUT CAMPUR SAMA HIDUP GUE!"

Okta meneguk ludah saat Shani yang keras kepala masuk ke dalam mobilnya.. Anin juga tak bisa lagi melakukan apa-apa dan 5 menit lagi balapan babak paling berbahaya ini akan dimulai..

"Gue nggak berhasil Vino. Biarin aja dia dengan sifat keras kepalanya itu.. Biarin aja dia sendiri yang tanggung akibat dari pilihannya ini. Kalau udah nyangkut Gracia gue angkat tangan sama perasaannya dia.. Sebagai cewek gue juga ngerti gimana sakit hatinya dia saat ini."

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang