Chapter 33

5.6K 409 59
                                    

Tepat sekali Vino baru saja keluar dari ruangan Oma dan saat ia hendak berjalan ke kamar Shani. Vino merasa heran melihat Frans terduduk disana. Frans terlihat lesu, terlihat murung dan berbeda dari Frans yang kemarin dibentaknya. Frans kehilangan seluruh kepecayaan dirinya.

Vino berjalan mendekat, Frans seperti mendengarnya namun sengaja tak memperdulikannya. Apa yang membuat Frans si jenius itu bisa segalau ini? Vino menoleh ke samping pada jendela di pintu ruangan Shani saat ia mendengar suara tawa Gracia dari dalam sana.

Vino mengangguk mengerti. Oh, tentu saja ia tahu penyebabnya kini mengapa Frans duduk diam disana. Frans dan rasa cemburunya itu..

"Gue serius. Gue nggak terobsesi.. demi apapun, gue beneran cinta sama Gracia."

Vino tersentak. Baru saja ia duduk disamping Frans, ia tak menyangka Franslah orang yang akan memulai pembicaraan dengannya.

"Gue tetep nggak bisa-bisa, gue nggak bisa kayak lo. Gue nggak tahan liat mereka."

Vino menggaruk kepalanya. Ia bingung harus menjawab apa.

"Gue awalnya udah nolak perasaan ini, gue tahu diri Gracia itu udah jadi pacarnya Shani, sepupu sekaligus sahabat gue sendiri. Tapi gimana sih.. semenjak gue liat Gracia nangis gara-gara Shani saat itu.. Shani yang ninggalin dia di malam ulang tahunnya.. ya gue nggak bisa nahan diri gue lagi buat suka sama dia. Sejak saat itu gue mulai berani untuk mengakui ke diri gue sendiri kalau gue tuh beneran jatuh cinta.... Sama dia.."

"Frans.."

"Hm? Lo mau nyuruh gue untuk merelakan lagi? Gue udah coba.. tapi gue gagal."

"Kata siapa lo gagal? Lo tuh cuman nutup hati lo buat kenyataan tapi lo buka hati itu untuk kesakitan. Disaat yang bersamaan, kalau lo mau tau gimana caranya ikhlas. Lo tanya diri lo sendiri sama seperti apa yang pernah gue bilang ke lo. Pikirin semuanya Frans, kalau lo beneran cinta sama Gracia lo bakalan bisa ngelakuin hal yang sama yang gue lakuin pada cinta gue sama Shani."

"Apa maksud lo?"

"Ini maksud gue.." Vino menarik tangan Frans dan mengajaknya berjalan melihat Shani dan Gracia kembali dari jendela itu. Frans menoleh, apa-apaan ini? "Lo sengaja pengen buat gue makin bete ya liat mereka berdua?"

"Tunggu dulu.. lo belum ngerti maksud gue Frans. inget apa yang gue bilang ke lo waktu itu?"

"Perkataan lo yang mana? Lo banyak ngomong sama gue."

Hhhh Vino mulai merasa kesal. " Perkataan gue yang ini. 'Sekali-kali coba lo pandang wajah Gracia baik-baik dan tanya sama diri lo sendiri.. Apa lo mampu buat dia bahagia? Apa yang bisa buat dia bahagia? Kenapa lo harus merelakan orang yang lo cintai? Suatu saat lo bakalan tau jawabannya. Nggak, cuman Shani. Karena dia nggak bahagia sama lo, sebaliknya ia tertekan dengan keberadaan lo dan dia kangen sama Shani. Itu jawabannya.' Perkataan gue yang satu itu!"

"Apa itu bakal berhasil?"

"Lo coba aja. Pandang dia sekarang dari sini. Dan pikirin apa yang udah terjadi."

Dimata Frans, ia melihat Gracia tertawa.. bahagia bersama Shani, begitupun halnya sepupuya itu. Tiba-tiba saja Frans merasa ia harus merenungkan semuanya.

Pernahkah Gracia menunjukkan ekspresi itu ketika bersamanya? Tidak. Frans tersentak sendiri. Ia mencoba mengingat saat-saat Gracia jauh dengan Shani.. Tangisan Gracia saat Shani meninggalkannya, gelisahnya Gracia saat ia meninggalkan Shani di malam yang berbeda. Bagaimana dengan semua fakta itu jika dikaitkan dengan sekarang ini? Gracia yang tertawa lepas dihadapannya. Gracia yang bahagia.. bersama orang yang dicintainya. Orang itu bukan Frans, tapi Shani.

Love Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang