Nizar memasuki rumahnya dengan tak lupa mengucap salam terlebih dahulu. Dia menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Ini masih pukul dua siang. Nizar mengedarkan pandangannya kearah dapur namun tak terlihat ada Sabilla disana. Diapun sedikit berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Nizar tercengang ketika tak melihat siapapun berada dikamarnya.
"Billa! Sabilla"Nizar berteriak seraya keluar dari kamarnya. Tak ada jawaban dari Sabilla lantas Nizarpun semakin cemas karena dia takut Sabillanya kembali pergi. Nizar memeriksa seluruh ruangan yang berada didalam rumahnya namun dia tak melihat keberadaan Sabilla sama sekali. Diapun kembali kekamarnya,dia tersenyum lega ketika mendengar suara wanita yang tengah membaca surah Ar-Rahman, dan yang tak lain itu adalah murottal yang diputar Sabilla dikamar mereka.
Dengan tergesa Nizar membuka pintu kamarnya dan benar saja Sabilla memang ada dikamarnya, dia sedang membereskan buku-buku kuliahnya yang berserakan diatas meja. Nizar berlari dan memeluk Sabilla erat.
Sabilla mengerutkan keningnya tak mengerti "Kak ih ada apa datang-datang bukannya ucap salam ini malah langsung meluk. Aku kaget"
Nizar melepaskan pelukannya lalu mencengkram pelan kedua bahu Sabilla "Kau kemana saja? Aku berteriak tapi kau sama sekali tak merespon. Aku pikir kau benar pergi"
Seketika kamar mereka dipenuhi dengan tawa Sabilla. Nizar menatap Sabilla dengan tatapan heran juga bingung. "Mengapa kau malah mentertawakanku?"
Sabilla menatap Nizar dengan lekat "Aku dari ruang kesenian pribadi. Apa kau telah memeriksa ruangan itu? Tidak bukan"Sabilla menaik turunkan alisnya.
Nizar menghela napas "Aku lupa ruangan yang satu itu. Sedang apa kau disana, sayang?"
Sabilla menepis kedua tangan Nizar yang mencengkram bahunya lalu kembali membereskan bukunya dan menyimpannya diatas meja belajarnya. "Tak perlu kau tau, dan ku harap kau tidak akan pernah memasuki ruangan itu tanpa seizinku. Maksudku, memang ini rumahmu tapi bolehkah aku mengambil hak atas ruangan kesenian itu?"
Nizar tersenyum dan mengusap lembut sisi wajah Sabilla. "Tentu boleh,sayang"
Sabilla berjalan mundur dia teringat sesuatu "Kau berhutang penjelasan padaku. Jangan lupakan bahwa aku masih marah padamu!"
Nizar terkekeh. Lalu menarik pelan lengan Sabilla agar mengikutinya kebalkon kamar mereka. Nizar dan Sabilla kini duduk disofa yang berada disana. Sabilla menatap Nizar lekat sedangkan Nizar masih memandang langit cerah didepannya.
Sabilla berdecak kesal lalu menangkupkan kedua telapak tangannya diwajah Nizar dan dengan lembut dia membawa wajah Nizar agar Nizar menatapnya. "Kapan kau akan menjelaskan jika kau saja sedari tadi hanya diam memandang langit"ucap Sabilla yang mengerucutkan bibirnya.
Nizar terkekeh lalu menggenggam kedua tangan Sabilla yang masih menangkup wajahnya. "Aku akan menjelaskan. Tapi kau jangan marah lagi, karena ini sudah berakhir dan tak ada lagi"
Sabilla mengangguk. "Memang selama kau di Jerman aku sempat menjalin hubungan selama satu minggu dengan Keira namun aku memutuskan untuk menyudahinya.Aku benar-benar menyesal,bill. Namun entah karena apa tadi pagi dia memanggilku dengan kata itu. Sungguh maafkan aku yang telah mengkhianatimu. Namun itu dulu tidak untuk sekarang.Jangan meninggalkanku.Aku mohon."Jelas Nizar.
Sabilla mengangguk lalu melenggang pergi menuju kamar mandi."Bill,jangan marah seperti itu"ucap Nizar yang mengikuti langkah Sabilla.
Sabilla terkekeh lalu membalikkan tubuhnya sehingga menghadap Nizar. Sabilla meletakkan tangannya diatas dada Nizar lalu memeluk Nizar. Nizar tercengang namun kembali normal.
"Kau tau,aku ingin percaya padamu namun selalu saja ada hal yang membuatku ragu disaat bersamaan. Aku selalu mencoba untuk percaya padamu. Jujur saja,aku sangat terluka dengan semua ini. Kau yang mendua disaat aku berjuang hidup disana,aku sama halnya seperti wanita lain.Mempunyai hati dan perasaan,bisa terluka dan cemburu.Aku tak bisa jika kau terus seperti ini,kak. Aku harap kau benar-benar menyesali perbuatan salahmu. Aku akui bahwa diriku memang bodoh karena mempertahankan lelaki yang sudah jelas mengkhianati, namun tidak dengan diriku,aku mencintaimu dan aku bodoh karenamu.Aku memaafkanmu,suamiku"ucap Sabilla yang kini tengah menatap Nizar.
Mata Nizar berkaca-kaca diapun memeluk Sabilla "Aku sangat sering membuatmu jatuh dan terluka,maafkan aku. Dan terima kasih karena selalu memberikanku kesempatan. Aku beruntung memiliki istri sesepertimu. Aku yang bodoh karena menyia-nyiakanmu. Maafkan aku,aku akan merubah semua ini. Inni uhibbu fillah,ya jauzaty"
Sabilla tersenyum haru "Ahabbakalladzi Ahbabtanilahu,ya jauzy.Ana uhibbuka fillah"
Nizar melepaskan pelukannya lalu menatap Sabilla. Sabilla tercengang saat melihat Nizar meneteskan air matanya. Sabilla tersenyum lalu menyeka air mata Nizar. Sabilla dan Nizarpun masuk kedalam kamar dan Sabilla mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi karena tadi dia hanya tidak ingin mendengarkan Nizar.
"Kau sudah makan?"ucap Sabilla
Nizar mengangguk "Sudah,sayang.Kau sendiri?"
"Sudah"jawabnya singkat.
Nizar terkekeh lalu mengelus rambut Sabilla yang tergerai "Mengapa kesal seperti itu,sayang?"
"Pasti kau makan siang de-"
"Ssstt jangan berpikiran negatif,sayang.Tadi pagi aku kan membawa bekal. Apa kau tak ingat?Bahkan kau sendiri yang membuatnya. Lagi pula aku makan diruanganku tadi"jelas Nizar
Sabilla menghela napas lega "Syukurlah"
Nizar terkekeh lalu mencubit hidung Sabilla dengan gemas. "Auh"Sabilla meringis kesakitan.
Nizar terus terkekeh "Maaf,maaf"
****
Baca juga
❇ KEYLA
❇ AZKA & AZKIA
❇ SENJA BERSAMAMUSyukran 1.23K view juga 193 vote. Juga Rank 197-spiritual😍❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sabilla | √
Espiritual-Ambil hal positifnya dan buang hal negatifnya- HR #1 in Spiritual (TAHAP REVISI TANPA UNPUBLISH) (Revisi baru lima part pertama) "Aku sangat-sangat berterima kasih kepada Allah karena telah menghadirkan sosok dirimu yang benar-benar sempurna dan bi...