CintaSabilla•22-Penjelasan

14K 796 9
                                    

Sabilla dan Nizar mengetuk pintu rumah orang tua Sabilla dan keluarlah sosok abi yang Sabilla rindukan. Abinya menatap tak percaya kepada Sabilla.

Sabilla kembali menangis lalu memeluk abinya "Maafkan billa abi. Maafkan billa"

Abinya mengusap kepala Sabilla dengan sayang "Tak usah meminta maaf,nak. Abi percaya kau melakukan ini karena suatu alasan tapi abi tak suka caramu untuk pergi"

Sabilla semakin memeluk abinya "Sudah kalian masuk dulu"ucap Abi yang melepaskan pelukannya.

Ketiganya memasuki rumah dan terlihatlah umi tercinta Sabilla yang sedang duduk disofa. Wajahnya pucat sekali. Sabilla berlari lalu memeluk uminya "Assalamu'alaikum,umi. Maafkan Billa"

Uminya memeluk Sabilla dengan perasaan tak percaya "Wa'alaikumsalam,sayang. Ini benar putri umi,Sabilla?"

"Iya umi ini billa maafkan billa. Karena Billa umi jadi sakit"

Uminya terkekeh sambil menitikan air mata "Tak usah meminta maaf. Sakit itu dari Allah kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri"

Sabilla mengusap air mata uminya "Umi jangan nangis,billa sudah datang kembali dan tak akan pergi lagi"

Semua orang tersenyum "Mas Fajar mana,umi"

"Assalamu'alaikum. Ya allah Billa" ucap Fajar

Sabilla tersenyum lalu memeluk Fajar "De kamu kemana saja kita semua khawatir sama kamu. Ini sudah lima bulan"

Sabilla mengangguk lalu menarik lengan Fajar agar duduk.

"Billa terlebih dahulu ingin meminta maaf kepada kalian. Billa sudah membuat kalian khawatir dan sedih. Billa selama lima bulan ini tinggal di Jerman ...,"

"Apa ... Jerman?"tanya Nizar yang membulatkan matanya

Sabilla mengangguk lemah "maaf"

"Sebenarnya ada apa,de? Kamu ada perlu apa sehingga meninggalkan kita ke Jerman? Jerman itu jauh dan kau disana hidup bersama siapa?"kini Fajar menginterogasinya

"Billa ceritakan dari awal. Pertama untuk kak Nizar,waktu itu kakak sering bukan melihatku meminum obat" Nizar mengangguk. "Sebenarnya obat itu bukan obat sakit kepalaku. Tapi ..," sabilla menghela napas

"Selama dua minggu Billa PPL billa baik-baik saja tapi kala itu billa sering kali mimisan,billa selalu pusing dan sering sekali pingsang. Waktu itu billa ada sedikit kecurigaan terhadap sebuah penyakit. Lalu billa waktu itu datang kerumah sakit tempat dimana kakak kelas aku waktu di SMA dinas,kala itu billa sudah melakukan segala tes dan keesokan harinya kak Wanda memberiku kabar ketika aku kembali kerumah sakit itu. Ternyata aku mengidap penyakit leukimia ..,"

Semua orang tertegun menatap Sabilla tak percaya. Sabilla menghela napas lalu sekejap memejamkan matanya "Ya,leukimia. Kecurigaanku terhadap penyakit itu memang benar adanya. Ketika satu minggu sebelum aku pergi ke Jerman dan meninggalkan kalian aku sempat kembali kerumah sakit karena aku rasa semakin hari penyakitku semakin parah dan aku tak kuat lagi. Lalu aku dan kak Wanda memutuskan untuk pergi ke Jerman untuk menyembuhkan penyakitku. Kak Wanda sebelumnya menganjurkan agar kalian tau tentang ini sejak dulu namun billa tak sanggup jika kalian mengetahui sebelum billa sembuh. Selama lima bulan ini billa melakukan segala macam pengobatan yang rumah sakit anjurkan kepada billa. Dan satu minggu yang lalu billa dinyatakan sudah sembuh total dari penyakit itu. Billa ragu untuk kembali ke Jakarta karena billa takut kalian akan membenci billa tapi billa paksakan karena memang ini salah billa. Billa salah maafkan billa"

Semua tersenyum haru kepada Sabilla "Kau begitu kuat memendam penyakit itu hanya dengan Wanda. Kami memaafkanmu namun kau jangan lagi melakukan hal ini,tak baik kau pergi tanpa sepengetahuan suamimu. Dosa hukumnya,nak. Minta maaflah kepada suamimu karena kini surgamu beralih pada Nizar"Ucap abi yang diangguki oleh Sabilla. Nizar tersenyum kepada Sabilla. Semua orang meninggalkan Sabilla dan Nizar untuk berbicara.

Nizar menatap Sabilla lekat dan Sabillapun sama halnya. Sabilla terus saja menangis dia berhambur memeluk Nizar "Maaf,kak. Maaf"

"Hey ssshh berhentilah menangis,sayang. Aku sudah memaafkanmu sudahlah"

Sabilla terus menangis didalam dekapan Nizar. Nizar mengelus lembut kepala Sabilla dengan sayang.

"Umi,abi,mas"Teriak Sabilla dengan suara parawnya.

Ketiganyapun kembali menghampiri "Ada apa sayang?"ucap umi

"Hmm tidak,kita pamit pulang dulu ya tak apa kan?"ucap Sabilla

"Tidak apa-apa,pergilah dan jangan lupa berkunjung."ucap Abi

Sabilla dan Nizar melenggang pergi menuju apartemennya setelah menyalami ketiganya.

Sabilla mengerutkan keningnya ketika Nizar melajukan mobilnya berlainan arah dengan apartemen milik Nizar. "Kak ini kan bukan jalan ke apartemen"

Nizar terkekeh "Memang bukan,kata siapa kita akan ke apartemen?"

Sabilla mengerutkan keningnya "Lalu kita akan kemana?"

"Kejutan dan rahasia"ucap Nizar yang memfokuskan pandangannya menatap jalanan

"Isshhh kak Nizar"gerutu Sabilla dan membuat Nizar terkekeh

Merekapun sampai dirumah mewah yang Sabilla tak tau rumah siapa"Kak ihh ini rumah siapa?"

Nizar tak memperdulikan pertanyaan yang Sabilla ajukan kepadanya dia melenggang keluar dari mobil. Sabilla mengerucutkan bibirnya. Pintu mobil diarah Sabilla terbuka memperlihatkan tubuh Nizar yang mengulurkan tangan kanannya. Sabilla menepuk telapak tangan Nizar lalu mendorong tangan Nizar agar tak menghalanginya. Sabilla keluar mobil dan Nizar mengeluarkan koper milik Sabilla.

Mereka berdua berjalan menghampiri pintu utama rumah mewah itu. Nizar mengetuk pintu dan keluarlah sosok pembantu rumah tangga yang sepertinya bekerja dirumah ini.

"Assalamu'alaikum"ucap Nizar diikuti oleh Sabilla.

"Wa'alaikumsalam. Silahkan masuk tuan"ucap pembantu itu

Sabilla semakin kebingungan disini apalagi setelah Nizar menunjukkan kamar untuk mereka. Nizar mengunci pintunya lalu menghampiri Sabilla yang masih terlihat bingung dengan semuanya,pasalnya semua barang-barang milik Sabilla ada disini. Nizar memeluk Sabilla dan sesekali dia menciumi kepala Sabilla.

"Ini rumah kita,sayang"

Sabilla mengerjapkan matanya "Maksudmu? Kau membeli rumah ini? Kapan?"

"Membangunnya khusus untuk kita dan anak kita kelak. Dari semenjak kita menikah aku mengumpulkan uang untuk membangun rumah kita. Dan rumah ini selesai sekitar satu bulan yang lalu"ucap Nizar

Sabilla masih tak percaya "Rumahnya terlalu besar,kak"

"Tak apa,kan nanti akan diteruskan oleh anak anak kita nanti"goda Nizar lalu mencium bibir merah alami milik Sabilla.

Sabilla mengambil napas dalam setelah Nizar menghentikan aksinya,"Kak ya Allah kalau aku sesak napas bagaimana"

Nizar tertawa "Tidak akan sesak napas kan sambil diberi napas buatan"

Sabilla terkekeh dan memukul lengan Nizar pelan.

To be continue:)

Cinta Sabilla | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang