"Thanks kak Riko. Mau masuk gak?" tanya Fera ketika mereka sampai didepan rumah Fera.
"Titip salam sama tante Slyn ya! Sama kalau ada bang Zane juga salamin. Gue pamit ya, Fer!" pamit Riko sambil terkekeh.
Joslyn Allison adalah ibunya Alfera. Alfero sangat sayang pada Joslyn. Alfero juga sangat possesive pada Joslyn. Pernah dulu mereka bertengkar hanya karena Joslyn ingin tetap menjadi model. Kecantikan Joslyn sampai sekarang masih bisa dilihat walaupun ia telah berumur. Alfero benci jika Joslyn kembali menjadi model. Katanya Alfero tidak suka Joslyn menjadi pajangan di majalah-majalah sehingga banyak yang melihatnya. Maka sekarang Joslyn hanya menjadi ibu rumah tangga.
Kalau masalah Zane, Carney Zane Allison masih memiliki hubungan darah dengan keluarga besar Allison sehingga namanya masih ada Allison. Dia sepupu Alfera. Zane dari dulu kecil sampai sekarang lebih suka tinggal dirumah Alfera. Sampai-sampai dirumah Fera ada kamar Zane yang diberikan khusus untuk Zane dari ayah Fera. Zane sangat menyayangi Alfera. Menurut Zane, Alfera sudah ia anggap seperti adik kandungnya.
"Iya, hati-hati kak! Thanks!" ucap Fera. Lalu Riko menjalankan motornya menuju ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumah Fera.
Fera memasuki rumahnya. Rumahnya cukup besar tetapi terlihat sederhana. Hanya ada taman dan juga halaman luas didepan, ada garasi mobil disamping, ada beberapa anak tangga menuju pintu masuk di tengah, dan dibagian belakang ada kolam berenang yang berukuran sedang. Rumahnya ber-cat putih sehingga terlihat sangat sederhana.
"Fera Pulang!" sapa Fera saat memasuki rumahnya.
Ia menaruh sepatunya di tempat sepatu dekat dengan pintu masuk. Lalu ia naik keatas tepatnya ke kamarnya yang berada dilantai 2. Ia sempat melewati kamar Zane Lampunya hidup berarti Zane ada dirumahnya. Ia hanya melewati saja karena ia ingin berganti pakaiannya dahulu baru menuju ke kamar Zane.
Fera membasuh wajahnya dan kakinya di kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Setelah itu dia berganti pakaian yang santai dan cocok untuk dirumah. Lalu ia bersiap menuju kamar Zane. Sudah lumyan lama dia tidak bertemu dengan Zane.
"Bang Zane!" panggil Fera didepan kamar Zane.
"Gue dibawah Fer!" jawab Zane dari bawah. Sepertinya Zane ada didapur karena ia mendengar suara Zane yang berasal dari dapur.
Fera segera menuju tangga lalu menuju dapur tempat Zane berada. Dia segera lari lalu memeluk Zane. Zane yang mendapat pelukan mendadak sangat terkejut. Pasalnya dia sedang membuat teh manis. Untung saja teh-nya tidak tumpah saat Fera memeluknya. Ia menyudahkan dulu aksi membuat teh lalu berbalik badan dan membalas pelukan Fera.
"Sabar, Fer. Untung tehnya gak tumpah. Kangen ya sama bang Zane nih?" goda Zane. Fera hanya diam. Fera tidak mempunyai seorang kakak sehingga ia sangat menyayangi Zane.
"Eh Fera udah pulang ya?" sapa Joslyn yang baru keluar dari kamar mandi dapur.
"Barusan, mom. Kenapa mommy gak kasih tau Fera ada bang Zane?" ucap Fera dengan nada kesal.
"Bang Zane yang suruh jangan kasih tahu. Oh iya, Fera pulang sama siapa? Ga sama Cavin? Kenapa? Marahan?" Fera tambah cemberut saat mamanya memberi pertanyaan yang bertubi-tubi.
"Fera pulang sama kak Riko tetangga kita. Gak marahan kok. Nah tadi juga kak Riko titip salam untuk mama sama bang Zane" balas Fera.
"Serius gak marahan sama Cavin? Tuh Cavin dikamar kayak kesel wajahnya" ujar Zane kali ini.
"Ha? Ada Cavin ya? Fera ke kamar bang Zane dulu ya ma, bang!" pamit Fera lalu berlari menuju lantai dua kembali.
Sebelum masuk, Fera mengetuk pintu dahulu. Ia ingin menunggu balasan dari Cavin. Sudah berapa kali ia ketuk tapi tidak ada balasan juga. Tanpa menyerah, ia kembali mengetuk lagi.
"Ada a--" ucapan Cavin terpotong setelah melihat Fera.
Cavin membalikkan tubuhnya dan melanjutkan kegiatan bermain PS di kamar Zane. Fera yang melihat Cavin kembali masuk, ia pun mengekor di belakang Cavin.
"Cav, lo... marah ya?" Fera menanyakan itu dengan ragu-ragu.
"..."
"Cav! Ih gue nanya!" rengek Fera.
"..."
Jawabannya masih sama. Hening. Cavin terlihat asik memainkan game itu. Fera yang melihat itu bingung. Harus bagaimana lagi dia? Dia tidak tahu apa-apa. Apa benar Cavin marah karena Fera memilih pulangnya diantar Riko? Kalau benar, mengapa Cavin marah?
Fera memikirkan cara lain agar Cavin membalas perkataannya. Apa yang harus dilakukannya? Ia kehilangan ide.
***
"Tan, Zane masuk ke kamar dulu ya" pamit Zane.
"Jangan! Tante yakin pasti Cavin dan Fera lagi marahan. Biarkan mereka selesaiin masalah sendiri" cegah Joslyn.
Zane hanya menyetujuinya. Ia juga merasa Cavin dan Fera sedang marahan. Kenapa? Karena waktu Cavin datang, Cavin menjadi pendiam pada Zane. Biasanya Cavin si cowok cuek di sekolah akan berubah menjadi cowok bawel jika berada di sekeliling orang yang sangat ia kenal.
***
Panjang nihh yang chapter sebelumya pada 600an tapi ini 700an!!
Ya, walaupun di cerita lain bisa 800-1000 words. Maafkan ideku yang dangkal huehehe. Karena saia adalah penulis amatiran. Terima kasih telah membaca cerita gaje ini. Tungguin chapter selanjutnya ya!Please Vomment guys!
Instagram:
[at] cia_aicia
[at] axe.machaFor more info about my wattpad ehe.
-cia
6 Maret 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen Fiction{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...