SELAMAT MEMBACA :)
DIMOHON JEJAKNYA BERUPA VOMMENTNYA!***
Suara ketawa masih terdengar. Walaupun kejadiannya tadi istirahat, tetapi setelah Riko, Fera, dan Valerie bertemu lagi, secara otomatis mereka tertawa bersama mengingat kejadian tadi.
Cavin sejak kejadian itu tidak terlihat lagi. Biarlah, mungkin ia merasa sangat malu jadi mungkin saja ia membutuhkan waktu sendiri.
"Eh, Fera pulang sama siapa?" tanya Riko yang telah menghentikan tawanya. Fera sempat terdiam seperti memikir sesuatu.
"Ga tahu deh. Nanti telpon pak Mamat aja" ucap Fera setelah berpikir.
"Eh, ga usah-ga usah. Ikut gue aja pulangnya. Kasihan pak Mamat mau istirahat kali" balas Riko.
Bukannya marah karena merasa tak dianggap, Vale malah terkikik sendiri mendengar ucapan Riko. Ia merasa lucu saat melihat ekspresi Riko yang melarang Fera menelpon pak Mamat si supir Fera.
Fera dan Riko yang mendengar kikikan Vale akhirnya menoleh kearah situ. Mereka berdua mengangkat alisnya karena merasa aneh. Apa Vale kesambet? Apa Vale stress? Vale yang akhirnya tersadar ditatap kembali menjadi diam lalu tersenyum sambil memberikan tanda "peace" ditangannya.
Mereka bertiga melanjutkan berjalan menuju ke parkiran karena sekarang sudah saatnya jam pulang. Setelah sampai di parkiran, Fera memasuki mobil Riko bersamaan dengan Riko. Sedangkan Vale tidak ikut mereka karena dijemput ayahnya. Ah bukan hanya itu aja, pikirnya ia tidak mau menjadi nyamuk antara Riko dan Fera.
"Bye, Vale!" ucap Fera sambil melambaikan tangannya pada Vale. Vale pun membalas lambaian tangan Fera.
Akhirnya mobil Riko keluar dari halaman sekolah. Didalam perjalanan, tidak ada yang membuka suara sehingga menjadi hening. Karena merasa Fera tidak membuka suara, akhirnya Rikolah yang mengajak bicara.
"Mau langsung pulang atau kemana?" tanya Riko. Fera menolehkan kepalanya pada Riko.
"Kak Riko mau kemana? Kalau mau pergi aku ikut aja" ucap Fera. Riko tersenyum lalu mengangguk.
Riko mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke sebuah taman yang memiliki banyak penjual kaki lima di kotanya.
Tidak sampai satu jam, mereka sudah sampai di taman itu. Riko mengajak Fera turun lalu menuju kesebuah penjual es krim yang bersebelahan dengan penjual sate taichan.
"Mau es krim apa?" tanya Riko pada Fera.
"Coklat!" seru Fera bersemangat.
Riko tersenyum melihat tingkah Fera yang lucu, "Ya udah, sana tunggu sekalian pesan sate taichan 2 ya" perintah Riko.
"Aye-aye Captain" balas Fera. Fera segera menuju ke penjual sate taichan itu. Memesan 2 porsi sate lalu duduk dibangku yang sudah disediakan.
Tidak lama dari itu, Riko datang sambil membawa 2 es krim. Yang satunya dikasikan pada Fera dan yang 1 lagi untuk dia sendiri
***
"Pak, boleh ke taman kota ga? Cavin pengen beli jajanan" ucapnya pada supir pribadinya sekarang.
"Baik, den" ucap supir pribadi Cavin. Lalu mereka menuju ke taman kota itu. Tidak terlalu jauh dari sekolah Cavin sehingga mereka cepat sampai.
Pak Dono si supir Cavin nenunggu di mobil, sedangkan Cavin turun untuk membeli beberapa jajanan untuk dia makan di rumahnya nanti.
"Beli ap-- Itu Fera sama si cupu itu kan!" ucapnya pada diri sendiri saat melihat Fera dan Riko sedang makan bersama.
Samperin ah, ganggu mereka berdua. Lagian si cupu ambil kesempatan banget ucapnya dalam hati.
Cavin berjalan dengan santai menuju kedai sate taichan tempat Fera dan Riko makan bersama. Mereka berdua masih tidak menyadari adanya Cavin sehingga Cavin mulai berbuat jahil dengan mengambil 1 tusuk sate taichan milik Riko. Fera yang sadar dengan adanya Cavin, akhirnya memberitahu Riko dengan isyarat. Riko menoleh dan terkejut saat melihat Cavin dengan santainya memakan satenya.
"Lo apa-apaan sih! Ga sopan banget ngambil makanan orang gitu aja. Ga punya uang buat beli? Katanya anak pak Harry, masa beli sate gini aja ga punya uang" omel Riko pada Cavin.
"Eh, cupu. Gue ga pernah ya bilang sama lo kalau bokap gue pak Harry! Eh, tapi bener sih. Ya tapi kan bukan gue yang bilang, kenapa lo malah nyalahin gue? Lagian minta 1 tusuk doang kali, seberapa rugi hah?!" ucap Cavin ngegas.
Fera menggeleng melihat tingkah laku dua orang laki-laki ini. Mereka sudah besar tapi terlihat seperti anak kecil yang berebut sebuah permen. Akhirnya Fera memisahkan mereka, "sudah, Cavin juga ga boleh makan makanan orang tanpa izin gitu" balas Fera.
"Jadi lo nyalahi gue dan ngebela si cupu itu?!" tanya Cavin pada Fera yang mulai kebingungan. Sebenarnya bukan maksud Fera menyalahkan Cavin, tapi benar kan ucapan Fera tadi?
"Bukan gitu, tapi..."
"Apa? Ga tahu kan, mau ngebela diri gimana lagi" ucap Cavin yang terlihat marah pada Fera. Fera menggigit bibirnya.
"Uhm, kak Riko ngalah aja ya, minta maaf sama Cavin. Malu dilihatin orang kita berantem. Please" ucap Fera sambil memohon pada Riko.
***
Sampai sini dulu hehe. Soalnya bakal panjang. Gimana ya tanggapan Cavin nanti? Ahaha
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INI.
DIMOHON SEKALI LAGI TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOMMENTNYA.
MAAF JIKA BANYAK TYPO
cocok ga Rikonya? Kalau engga ntar aku ganti kayaknya ^^
instagram:
[at]cia_aicia
[at]axe.machaa-Cia
14 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen Fiction{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...