"Okay, fine. Gue minta maaf sama lo, gue ga tahu salah gue apa sehingga lo sensi banget sama gue tapi kalau gue punya salah gue minta maaf" ucap Riko menuruti ucapan Fera.
Cavin berdecih. Did you see that? Seorang Riko Keane meminta maaf pada Cavin rival satu gengnya hanya karena permohonan Fera? Apa benar Riko suka dengan Fera sehingga ia menuruti ucapan Fera?
"What The... Gue ga salah denger? Seorang Riko Keane yang keras kepala, ga akan nurut sama cewek keculi ibunya, kali ini nurut karena ucapan Fera? Hm.. Gue kayaknya curiga sih kalau lo memang bener punya perasaan lebih dari temen ke Fera" balas Cavin sambil terkekeh, "eh tapi tunggu, Riko kan jadi cupu sekarang. Jadi itu bukan masalah lagi ya kalau Riko nuruti kemauan cewek" lanjutnya.
Fera tertegun. Cavin yang ia kenal selama ini berbeda dari biasanya. Berbeda seratus delapan puluh derajat! Apa lagi waktu Cavin berdecih. Bukankah itu perbuatan tidak sopan? Cavin tidak pernah seperti itu sebelumnya, lalu kenapa ia berubah menjadi errr... 'sangar' kalau di depan Riko?
Riko dari tadi menahan diri untuk tidak memukul Cavin. Ia benar-benar merasa direndahkan oleh Cavin. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat di samping pinggangnya hingga terlihat urat-urat yang keluar. Coba saja jika disini tidak ada Fera. Riko yakin seratus persen ia akan menghajar Cavin dengan menghabisi cowok itu.
"Kenapa diem? Apa yang gue omongin bener kan, so lo ga bisa ngelak lagi" ujar Cavin yang sarkastik. Ia sendiri tidak tahu mengapa terlihat kesal melihat Fera menjauhinya dan dekat dengan Riko.
"CAVIN UDAH!" tegur Fera yang merasa tidak enak karena Cavin selalu mencoba memojokkan Riko. "lo tuh kenapa gini sih? Kak Riko baik-baik minta maaf sama lo tapi lo balesnya gini. Ga setimpal tahu ga!" lanjut Fera terlihat marah pada Cavin.
Untung saja sedikit sepi ditaman itu. Tetapi walaupun begitu, orang-orang yang ada disitu langsung berkumpul sejak mendengar teriakan Fera tadi. Mereka terlihat ingin menyaksikan sebuah drama saja.
Karena sadar banyak orang yang melihat, tanpa basa-basi lagi Fera menggandeng Riko menuju mobil Riko dan segera menyuruh cowok itu pergi dari taman itu. Riko hanya menuruti Fera saja.
Tanpa mereka sadari, Cavin melihat kejadian itu tersenyum misterius. Ia benar-benar tak habis fikir jika Fera membela Riko tadi. Padahal Cavin dan Fera sudah sahabatan dari kecil, tetapi Fera malah membela Riko si cupu itu.
Liat aja apa yang bakal gue lakuin nanti kalau lo ngerebut Fera dari gue.
Selama perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Riko juga sama sekali tidak menanyakan pada Fera seperti; Apa lo baik-baik aja?", "Apa lo ngerasa kesal?" atau pertanyaan lainnya yang mungkin ada di kepala Riko sekarang.
"Fer, sudah sampai" ucap Riko pada Fera yang sepertinya tidak sadar bahwa mereka sudah sampai.
Fera melihat sekitar, dan benar bahwa sekarang mereka sedang ada di depan gerbang rumah Fera. Selang 3 rumah, itu adalah rumah Riko. Jarak rumah mereka sangat dekat bukan? Mangkanya ucapan Riko waktu itu adalah fakta.
"Eum.. Thanks kak. Oh iya, by the way maaf ya Cavin berucap kata-kata yang seharusnya ga dia ucapin. Mungkin dia lagi stress terus dia lampiasin ke kakak" jelasnya pada Riko.
Riko tersenyum lalu mengangguk, "udah, it's ok. Yang salah juga bukan lo jadi jangan ngerasa bersalah gitu. Gue ga tega aja liatnya hehe".
Fera tersenyum. Lalu Riko pamit pada Fera dan nenjalankan mobilnya sedikit untuk menuju rumahnya. Fera memasuki rumahnya sanbil bersenandung kecil. Sebenarnya dia belum senang. Dia masih kecewa dengan perbuatan Cavin tadi.
"Mom? Fera pulang nih" ucapnya. Ia melepaskan sepatu serta kaus kakinya lalu ditaruh di rak sepatu sebelah pintu masuk.
Ia berjalan menuju dapur untuk meminum air putih. Air minum yang ia bawa saat sekolah tadi sudah habis jadi ia merasakan haus. Ia meminun air satu gelas penuh. Setelah selesai minum, ia merasa aneh melihat ibunya turun dengan menggunakan pakaian untuk berpergian.
"Mommy mau kemana? Mau pergi ya?" tanya Fera pada Oslyn.
Oslyn yang baru menyadari anaknya baru pulang pun mendekati Fera lalu mengelus rambut Fera dengan lembut sambil mengangguk mengiyakan ucapan Fera tadi.
"Mama mau pergi ke rumah sakit" jawab Oslyn.
"Hah? Siapa yang sakit, mom?" tanya Fera pada Oslyn.Lagi.
"Teman mama masuk rumah sakit jadi mau jenguk. Kamu jangan kemana-mana ya. Di rumah aja, jangan pergi-pergi! Mama bentar kok. Mama pergi dulu. Bye" ucap Oslyn lalu meninggalkan Fera.
***
Sedih deh semakin berkurang yg vote sama comment :(
Plis jgn jdi silent readers yaa. Kalau kalian buat cerita kayak aku pasti tahu gimana rasanya punya silent readers.TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INI.
DIHARAPKAN MENINGGALKAN JEJAK BERUPA VOMMENTNYA ^^instagram:
[cia_aicia]-Cia yang sedang berusaha
menjadi pendiem :)18 April 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Ficção Adolescente{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...