Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Fera dengan semangat memasukkan buku-bukunya kedalam tasnya. Setelah itu, ia menghampiri Valerie yang masih sibuk berkutat dengan barangnya sendiri.
"Vale! Lo mau kemana pulang ini?" tanya Fera.
Valerie terdiam sebentar seperti memikirkan sesuatu. "Kayaknya ke rumah sakit deh. Gue disuruh Gaga kesana. Katanya dia bosen."
Fera hanya membalas dengan ber-oh ria. Ia belum tahu ada hubungan apa antara Valerie dan Darga tapi, rasanya tidak pas kalau ia menanyakannya sekarang. Jadi mungkin lebih baik dia pendam dulu pertanyaan itu.
Fera dan Valerie keluar dari kelas bersama teman-teman yang lain. Fera dan Valerie menunggu di koridor utama sekolah.
"Eh bentar Fer, Cavin kok ga keliatan dari tadi?" suara Valerie menginterupsi langkah Fera.
Fera mengangkat kedua bahunya. "Ga tahu, di skors mungkin?"
Lalu selanjutnya Valerie hanya membalas dengan anggukan saja. Beberapa detik kemudian ada sebuah pesan masuk dari Zane yang menandakan dia sudah di depan gerbang sekolahnya Fera.
Fera dan Valerie berjalan menuju gerbang depan. Sampai disana, Fera masuk mobil Zane dan Valerie masuk di mobil taksi. Keduanya berbeda arah.
"Fer, kita kerumah om Harry dulu."
"Ha?"
"Lepas headsetnya dulu dong Fer"
"Iya,iya. Napa?"
"Kita kerumah om Hary dulu Fera"
"Lah kenapa?"
Lalu Zane hanya mengacuhkan Fera saja. Kalau pertanyaan Fera dijawab, ia bisa menjawab lagi, dan lagi, dan lagi, jadi engga ada habisnya.
***
"Fera," ucap Cavin tiba-tiba memecah keheningan diantaranya dengan Fera.
Fera menatap Cavin sebentar lalu membuang arah tatapannya lagi. Ia masih betah diam tanpa menggubris panggilan Cavin tadi. Ia masih kesal dan merasa kecewa pada Cavin.
Cavin menghela nafas berat. Ia tahu Fera marah sama seperti waktu itu. Cavin tidak tahu ingin berbicara apa lagi.
Cavin menangkup kedua pipi Fera. Ia mengarahkan wajah Fera berhadapan dengannya. Ia tersenyum sebentar. "Gue suka sama lo, Fer."
"Gue--gue mau minta maaf atas semuanya. Gue ngehajar Darga karena dia yang gangguin lo, Fera" kata Cavin menatap mata Fera lekat.
Ia melepas tangannya lalu meraih tangan Fera. Ia menggenggam tangan gadis yang dicintainya--setelah ia sadar semalam bahawa ia menyukai Fera--lalu diusap dengan lembut.
"Gue minta maaf baru sadar perasaan ini ketika gue harus pergi. Gue minta maaf ga bisa nepatin janji buat jaga lo terus-menerus. Tapi gue janji, gue janji pasti tetep bikin lo senang walaupun raga gue ga akan ada di dekat lo"
"Lo mau sama gue? Eh-ah maksud gue... Lo mau pacaran sama gue? Willst du mein Mädchen sein?" Cavin melanjutkan ucapannya dengan menelan ludahnya susah payah.
Air mata Fera tidak dapat dibendung lagi. Ia bahagia. Sangat-sangat bahagia. Apa yang ia harapkan ternyata terkabul. Cavin membalas perasaannya.
Andaikan dia bisa berlari keujung dunia untuk mengabarkan bahwa sekarang cintanya terbalas, dia pasti melakukannya.
Andaikan dia bisa berenang kedasar lautan untuk mengabarkan makhluk hidup yang hidup disana tentang perasaannya ini, dia pasti melakukannya.
Sangat lebay? Mungkin. Tapi percayalah, sangat senang rasanya pasti jika doi juga punya perasaan sama seperti yang kita miliki. Itulah yang dirasakan Fera.
"Jadi...anaknya om Fero sama om Harry pacaran kan?" tanya Cavin sekali lagi.
Tanpa ragu, Fera menjawab dengan anggukan kepala yang kuat. Untung. Untung saja kepalanya kuat, kalau tidak mungkin bisa lepas.
Dan tanpa ragu-ragu, Cavin membawa Fera kedalam dekapannya. Ia sangat menyayangi gadis ini. Ia memeluk Fera seakan jika ia melepaskan pelukan itu, gadisnya akan berlari meninggalkannya. Fera pun membalas pelukan Cavin tadi.
Sungguh kejadian tidak disangka, bukan? Tadi pagi Fera merasa kesal kepada Cavin. Tadi, rasanya ia menyesal datang kerumah Cavin. Tapi sekarang, rasanya ia ingin berkali-kali lipat mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena berkat ia kerumah Cavin, ia bisa jadian dengan Cavin dan tepatnya mengetahui perasaan cowok itu yang sebenarnya.
Dengan malu-malu, Fera menganggukan kepalanya. Buat apa dia tolak? Dia tidak mungkin mengkhianati hatinya sendiri, bukan? Biarkan rasa kekesalan tadi meluap begitu saja berganti tangisan bahagia.
Bukankah kita tidak harus memikirkan masa lalu saja? Masa depan dan masa kini yang wajib dipikirkan. Bukan masa lalu. Masa lalu harus kita tinggalkan dengan keikhlasan hati.
Jika Fera egois dan mementingkan kekesalannya saja, apakah kekesalan Fera bisa mengembalikan waktu? Atau bisa saja, apakah Fera sanggup menjauhi Cavin yang selama ini ia tunggu-tunggu untuk menjadi pangeran dihidupnya? Tidak! Jawaban atas pertanyaan itu semuanya adalah tidak. Jadi keputusan yang diambil sekarang adalah keputusan yang tepat, bukan?
Mendengar jawaban Fera tadi, Cavin melompat dan meninju udara. Ia merasa senang. Tanpa ragu ia memeluk Fera. Fera pun membalas pelukan Cavin. Rasanya mereka tidak ingin membiarkan hari ini berlalu begitu saja.
Matahari pun setuju. Ia menunjukan bahwa ia juga bahagia atas kabar ini dengan bukti ia memberikan cuaca yang bagus hari ini. Tidak panas dan juga tidak mendung. Ini juga membuktikan semesta menerima mereka. Menerima Cavin dan Alfera bersama. Menerima dan membantu mereka melukis pengalaman di zaman putih abu-abu.
Tanpa mereka berdua ketahui, mereka telah menuju tahap pertualangan yang lebih serius.
***
Zane masih cekikikan dari tadi. Semenjak kejadian tercyducknya Cavin dan Fera sedang berpelukan tadi, Zane tidak berhenti tersenyum dan cekikikan tidak jelas. Tadi juga, Zane secara langsung meminta perjelasan pada mereka berdua. Dan dengan terpaksa Fera menceritakannya.
Flashback on
Zane tersenyum. "Jadi official nih? Hahaha" godanya jahil. Baru saja ia mendengar cerita Fera tentang Fera yang baru jadian dengan Cavin sehingga Zane menjahili Fera dengan mengejek gadis itu.
"Ih apaansih bang,"
Cavin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, kayak line aja ada officialnya"
"Eee ciee gue minta PJ dong, masa abang lo yang ganteng ini masa ga dikasih PJ. Kalau kalian ga ngasih gue PJ, ga gue restuin mampus lo! Haha" goda Zane lagi.
Dengan semangat, Cavin dan Fera mengeroyok Zane. Cavin menggelitik Zane, dan Fera mencubit perut Zane.
Flashback off
***
Mereka pacaran seneng ga? Wkwk.
Selamat datang di konflik manteman hehe. Kan udh aku bilang diatas heheh.TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INI.
DIMOHON VOMMENTNYA DARI KALIAN!Instagram:
[at] cia_aicia-Cia yang idenya lagi
mampet.1 Juli 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen Fiction{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...