Bagian Sebelas
-Only You-***
Kalau kamu tahu bahwa
aku pernah membuat kejadian
fatal padamu, apakah kamu ingin
menjauhi dan membenciku?***
Cavin terbangun dari tidur sebentarnya. Ia melihat jam dinakasnya. Jam itu menunjukkan pukul dua siang. Berarti, 30 menit lagi Fera pulang dari sekolahnya.
Cavin segera bangun lalu masuk ke kamar mandi untuk siap-siap. Ia berinisiatif untuk menjemput Fera. Ia yakin Fera sudah tahu bahwa tadi Cavin berantem di sekolah lain. Setelah ia bersiap-siap, ia mengambil kunci motornya. Ia ingin membawa motor saja, lagian Fera juga tidak memilih. Katanya terserah mau naik mobil ataupun naik motor.
Cavin mengambil jaketnya yang digantung dibalik pintu kamarnya. Ia keluar dari kamar lalu menuju tangga untuk turun. Ia melihat dibawah sepi. Ia mengambil sepatu di rak sepatu lalu memakainya.
"Bi, Cavin pergi ya, mau jemput Fera. Jadi kalau ditanya mama atau papa jawab gitu aja!" teriak Cavin pada pembantunya yang entah dimana.
"Iya, Den. Bibi dibelakang, hati-hati ya!" balas bibinya. Cavin hanya menganggukan kepalanya walaupun ia tahu bibinya tidak akan melihat itu.
Cavin membuka pintu rumah lalu menuju ke garasi yang ada disamping rumahnya. Ah, hanya mobil dan motor Cavin yang tersisa. Berarti Vivi pergi dan Harry kembali ke kantor. Cavin mengedikkan bahunya tidak perduli.
Cavin mengeluarkan motornya dari garasi. Ia menghidupkan mesin motor. Lalu tidak lama dari itu, ia membawa motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Itulah Cavin. Jika dengan Fera, ia seakan berubah menjadi cowok baik. Tapi jika tidak bersama Fera, ia akan berubah menjadi badboy. Walaupun ia membawa motor diatas rata-rata, ia tetap taat pada peraturan lalu lintas.
Tidak sampai 30 menit, ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnnya. Dia melihat gerbang sekolah itu masih tertutup. Dia menunggu persis didepan gerbang sekolah.
"Eh den Cavin" sapa seorang satpam sekolahan yang melihat Cavin ada didepan gerbang. Cavin hanya membalas dengan senyuman saja.
"Aden lagi nunggu Fera ya?" Cavin hanya mengangguk membenarkan pernyataan satpam itu. Satpam itu tersenyum lalu izin untuk kembali ke post satpam.
Cavin kembali menunggu Fera. Tetapi banyak pertanyaan yang ada di kepalanya sekarang. Apakah nanti Fera marah padanya? Apakah Fera akan menjauhinya? Ah, dia bungung. Tetapi masa bodo lah. Walaupun nanti Fera marah, ia akan meminta maaf pada Fera dan menjelaskan semuanya secara rinci.
Sudah sekitar 15 menit ia menunggu Fera di depan gerbang sekolah mereka. Tetapi, sama sekali tidak ada tanda-tanda Fera keluar gerbang. Beberapa siswa sudah berhamburan keluar. Cavin tetap setia menunggu Fera.
Ia memperhatikan setiap siswa yang keluar.
Deg!
Sebuah motor besar berawarna merah keluar dari gerbang sekolah. Bukan masalah motor itu, tetapi orang yg menaikinya. Sepasang cowok dan cewek yang menaikinya. Cavin tahu betul itu siapa. Tanba ba-bi-bu lagi, Cavin diam-diam mengikuti motor itu dari belakang.
***
"Fera!" panggil seorang cowok. Fera yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah sumber suara.
"Iya kak, kenapa?" tanya Fera setelah tahu yang memanggilnya tadi adalah Riko kakak kelasnya itu.
"Temeni gue ke toko buku mau?" tawar Riko. Fera sempat terdiam seperti memikirkan jawabannya.
Ah, sepertinya Fera harus menerima tawaran itu karena Cavin juga pasti lagi dimarahin di rumahnya. Jadi, kemungkinan Fera tidak ada teman nanti. Fera mengangguk mengiyakan tawaran Riko.
Riko tersenyum karena Fera menerima tawarannya. Tanpa aba-aba dan tanpa persetujuan dari Fera lagi, Riko menggandeng tangan Fera menuju ke parkiran motor. Mereka berdua menjadi pusat perhatian dari kelas Fera sampai parkiran. Banyak siswi-siswi yang iri melihat kejadian itu.
Ihh Riko gandeng Fera!
Mau jadi Fera
Selalu deh Fera beruntung karena kenal dekat sama cogan sini
Idih cabe mah murahan ya, lihat aja coba. Kemarin-kemarin sama Cavin, eh sekarang udah sama Riko. Besok mau sama siapa lagi?
Dih murahan banget tuh cewek
Ya kira-kira seperti itulah cibiran siswi-siswi yang iri pada Fera. Fera menunduk. Matanya memanas. Sebenarnya ia biasa dicibir seperti ini. Tetapi, mungkin Fera sudah capek selalu seperti ini jadi dia tidak tahan lagi.
Riko yang mengetahui perubahan sikap Fera. Segera menggenggam tangan Fera dengan kuat. Ia berharap ia bisa menyalurkan kekuatan pada gadis lemah yang berpura-pura menjadi gadis yang baik. Bukannya Riko tidak mendengar ucapan tadi, tetapi Riko hanya terlihat tidak perduli saja.
Setelah sampai di parkiran, Cavin mengambil helm-nya lalu dipakainya. Ia melihat Fera masih menunduk, segera mengambil helm yang satunya lalu memakaikan itu pada Fera. Fera tersadar setelah merasa ada sesuatu di atas kepalanya. Ia akhirnya mengangkat kepalanya.
Pandangan Fera dan Riko bertemu. Ya, lumayan lama. Mereka sama-sama masih menatap satu sama lain. Fera yang tersadar terlebih dahulu segera memalingkan wajahnya. Riko juga akhirnya tersadar. Jantung keduanya berdegup kencang. Riko menaiki motornya lalu disusul dengan Fera. Fera takut terjadi apa-apa, akhirnya memeluk Riko. Riko tersenyum dibalik helm-nya.
***
Baper ga? Ah, kalau ga dapet feelnya maafin ya. Aku ga bisa ambil emosi orang hehe. Maaf ya, kan saya penulia amatiran hehe.
Terima kasih telah membaca cerita cinta segi.... wkwk. Tunggu chapter berikutnya ya!Dimohon Vommentnya ya para orang baik ehe
-Cia Sawbunga
25 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen Fiction{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...