Hari ini sepertinya bukan hari keberuntungan Fera. Cukup banyak kesialan yang terjadi padanya hari ini. Mulai dari dia telat masuk sekolah sampai ia lupa mengerjakan pekerjaan rumah dari pak Sastra-----yaitu guru biologinya-----sehingga dia dihukum lari lapangan 5 kali.
Kalau lari di lapangan 5 kali memang biasa. Tapi, yang tidak biasanya adalah jam pelajaran pak Sastra adalah jam 12:45 siang. Bisa kalian bayangkan seberapa panas sinar matahari jam segitu. Dan sekarang sama sekali tidak ada yang bisa menjemputnya? Hari ini benar-benar sial.
Fera berjalan keluar dari gerbang sekolahnya. Ia menuju ke halte dekat sekolahnya karena ia ingin naik bus.
Kenapa sih hari ini harus panas? Biasanya aja mendung, huh.
Fera melihat di halte sudah banyak siswa-siswi serta orang lain yang menunggu. Ah, sekarang pun ia tidak dapat tempat duduk jika menunggu. Jadi, terpaksa Fera berdiri. Tetapi, ia mengambil tempat teduh.
Banyak bus yang sudah datang, tetapi itu bukan bus yang menuju ke rumahnya. Bus yang menuju kerumahnya tadi ada yang datang 1 tetapi hanya ada 1 tempat duduk tersisa sehingga ia mengalah dengan seorang nenek-nenek.
"Hai" panggil seseorang.
Fera tidak memperdulikan itu karena ia pikir orang itu memanggil orang lain yang sedang menunggu bus juga.
"Lo Alfera Allison kan?" tanya cowok yang tadi.
Fera menolehkan kepalanya. Ia hanya mengangguk tidak memberi ucapan seperti ya. Ia memperhatikan penampilan cowok itu. Ia tidak mengenalinya dan sepertinya cowok itu bukan anak Alfa School.
"Kenalin gue Darga" ucap cowok itu-----yang bernama Darga-----sambil mengulurkan tangannya mengajak kenalan.
"Gue Fera" ucap Fera cuek tanpa membalas uluran tangan Darga.
Cuek banget, tapi gue suka. Jadinya gue punya tantangan deh
Darga segera menarik uluran tangannya lagi. Malu? Sedikit. Tapi tidak apa-apa.
"Lagi nunggu bus?"
"Hm"
"Bareng gue aja"
"Ha?"
"Iya, bareng gue"
"Ga, terima kasih"
"Bareng gue aja, Cavin kenal kok sama gue jadi jangan takut"
"Kok maksa?"
"Iya, gue maksa. Yaudah yuk" ajak Darga menarik tangan Fera menuju motornya yang tadi ia parkir dipinggir jalan dekat halte.
Fera hanya mengikuti saja. Mungkin ini teman Cavin, jadi tidak mungkin ia berbuat aneh-aneh pada Fera bukan?
Di perjalanan mereka tidak terlibat sebuah percakapan. Hanya Fera yang berbicara menunjukkan alamatnya pada Darga. Dan Darga hanya mengangguk tanda mengerti.
Tidak sampai 45 menit mereka sudah sampai di depan rumah Fera. Fera turun dari motor Darga dengan sedikit kesusahan karena motor Darga tinggi dan badan Fera pendek. Tetapi Fera berhasil turun dari motor itu.
"Ini rumah lo?" tanya Darga bingung.
"Iya lah, memangnya kenapa?" Fera kembali bertanya pada Darga.
"Berarti dekatan dong dengan Riko. Eh, by the way itu mobil Cavin kan?" ucap Darga.
"Iya emang" balas Fera sekenannya saja.
Darga mengangguk lalu, "yaudah gue pamit dulu. Bye" pamit Darga pada Fera.
Fera tersenyum lalu mengatakan, "terima kasih kak. Hati-hati dijalan".
Darga mengangguk lalu melajukan motornya keluar dari perumahan yang terbilang elit itu. Fera memasukki rumahnya dengan tersenyum. Ah, sepertinya hari ini tidak sepenuhnya sial.
Tanpa diketahui Fera, dibalik sana seseorang tersenyum dibalik helm yang dipakainya.
One step closer
"Mommy" panggil Fera lalu menuju ke ruang keluarga tempat Oslyn bersantai.
"Pulang sama siapa kamu?" tanya Oslyn sambil mengelus rambut Fera.
"Sama teman Cavin, si siapa ya namanya. Hm, Dandy? Davin? Ah ga tahu deh lupa. Yang penting nama depannya D" ucap Fera. Oslyn hanya mengangguk.
"Lo pulang sama siapa" tanya seseorang yang baru keluar dari kamar mandi.
"Ngapain lo disini?" tanya Fera sinis.
"Fera, sopan sedikit lah. Dari tadi Cavin nungguin kamu lho. Katanya kamu dicari-cari ga ketemu" nasehat Oslyn.
"Ma, Fera ke kamar ya" ucapnya lalu menuju ke lantai atas.
Cavin tidak tinggal diam, ia mengejar Fera sehingga waktu Fera ingin menutup pintunya, Cavin menghalanginya dengan kakinya.
"Apaan sih! Gue mau ganti baju!" bentak Fera. Cavin hanya diam lalu membuka pintu lebih lebar dan duduk di sofa dekat kasur Fera.
"Cavin! Gue mau ganti baju. Keluar sekarang!" perintah Fera.
"Ganti baju mah, ganti baju aja" balas Cavin cuek.
Benar-benar ya Cavin ini. Fera jadi keki sendiri mendengar ucapan dari Cavin. Ingin sekali ia mencakar-cakar wajah Cavin sekarang.
***
Cavin tuh...
Isi sendiri 😜
Aku gantungin ya... Soalnya panjang banget kalau diterusin.TERIMA KASIH YANG SUDAH MEMBACA KISAH INI.
DIMOHON VOMMENTNYA DARI KALIAN.-Cia yang sekarang sering
typo kalau ngetik22 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Fiksi Remaja{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...