LIMA-Rencana

107 9 0
                                    

SELAMAT MEMBACA CERITA INI!
DIMOHON JEJAKNYA BERUPA VOMMENT YA!

***

H

ari ini hari Minggu. Bagaimana perasaan kalian di hari minggu? Senang atau sedih? Kalau Fera, gadis ini sangat senang. Kenapa? Karena sudah 1 minggu ia melaksanakan ujian tengah semester di sekolahnya. Dan tepat kemarin, ujian itu selesai. Sekolah Fera setiap hari Sabtu libur. Tetapi kalau sedang ada ujian, Sabtu tetap masuk agar lebih cepat selesai ujiannya.

Sekarang jam 11 pagi. Ia masih tetap menutup matanya. Ia ingin merasakan hari bebas tanpa bangun pagi. Andaikan setiap hari seperti ini. Rasanya Fera harus bersyukur seriap hari juga.

"Bangun kebo! Dih cewek kok jam segini belum bangun?!" teriak seseorang yang sedang membangunkan Fera.

Mengganggu! Batin Fera.

Fera tetap kembali tertidur walaupun ia tadi terbangun sebentar. Ia tidak tahu itu siapa. Enak ia tidur dari pada melihat siapa yang mengganggunya tadi.

"Yaampun! Fera sayanggg bangun dong"

Deg!

Fera sayang? Ia tahu ini suara siapa! Ini bukan suara Joslyn. Ini suara... Cavin? Iya, sudah pasti ini suara Cavin! Kalau Zane, nadanya beda.

"Cavin?!" kaget Fera.

Cavin mengangkat alisnya. Akhirnya perjuangannya tidak sia-sia membangunkan Fera. Cavin sudah dari 30 menit datang ke rumah Fera. Setelah ia menunggu selama itu, Cavin disuruh untuk membangunkan Fera karena Oslyn lelah membangunkan Fera.

"Buru mandi! Gue mau ngajak lo jalan-jalan. Dasar kebo!" perintah Cavin.

Fera hanya mendengus kesal. Terganggu acara hari bebas Fera ini! Ah, terkutuklah kau Cavin!

Dengan langkah gontai, Fera segera memasuki kamar mandinya. Cavin hanya terkekeh melihat Fera yang kesal. Entah kenapa ia sangat senang membuat Fera kesal.

Cavin duduk di sofa dekat tempat tidur Fera. Ia meluhat novel yang ada diatas nakas kamar Fera. Sepertinya, gadis itu membaca novel ini kemarin. Cavin membalikkan novel itu lalu membaca sinopsisnya.

Bisa ia simpulkan isi sinopsis itu. Kesimpulannya sinopsis itu bercerita tentang "persahabat cowok dan cewek yang berubah menjadi hubungan kekasih". Fera suka membaca seperti ini? Buat apa? Banyak pertanyaan yang sudah asa dikepalanya sekarang.

"CAVIN! KENAPA LO GA KELUAR DARI KAMAR GUE?!?!" teriak Fera yang ternyata sudah selesai mandi.

Ia terlihat kesal. Bayangkan saja, ia hanya menggunakan bathrobe-nya saja. Lalu saat ia keluar, dikamarnya masih ada Cavin. Bagaimana tidak kesal coba. Bagaimana dia harus mempersiapkan dirinya?

"Iya bawel gue keluar" ucap Cavin segera keluar dari kamar Fera.

Sakit telinganya tadi mendengar teriakan Fera. Ia menuju ke kamar Zane. Ia yakin 100% Zane masih tidur.
Awalnya dia mengetuk selama tiga kali tetapi tetap masih tidak ada yang menjawab. Baru ia mau masuk ke kamar itu tiba-tiba...

"Cavin! Tante minta tolong dong!" panggil Oslyn dari halaman belakang rumah.

Cavin orangnya cuek tapi pada orangtua sangat baik apalagi dengan keluarga Fera. Itumah nggak usah ditanyakan lagi. Cavin segera turun dan menuju ke halaman belakang rumah.

"Ada apa tante?" tanyanya.

"Ini bantu tante angkat karung daun kering ini kedepan ya. Boleh kan?" ujar Oslyn.

Cavin terkekeh lalu, "Iya tante tapi tante bolehin Cavin jalan sama Fera ya, tan".

"Tenang, tante mah selalu izini karena tante percaya sama kamu" Oslyn dan Cavin tertawa bersama.

Cavin mengangkat karung daun kering itu untuk dipindahkan ke halaman depan rumah. Untung karung itu tidak kotor jadi ia tidak perlu khawatir tentang bajunya ini.

Setelah meletakkan karung itu di halaman depan, ia kembali ke dalam rumah Fera. Ia melihat Fera baru turun dari lantai dua. Ia tersenyum melihat Fera. Gadis itu sangat cantik. Eh, ralat maksudnya selalu cantik.

"Sudah, Fer?" tanya Cavin yang masih belum bisa berhenti tersenyum.

Fera memandanginya dengan menajamkan matanya pada Cavin. Ia sangat kesal hari ini pada Cavin. Banyak hal yang membuatnya kesal. Terutana tentang bangun pagi itu. Terus tentang Cavin yang melihat Fera menggunakan bathrobe.

"Jangan marah-marah lah, nanti cantiknya hilang lho!" tegur Cavin sambil terkekeh.

Fera semakin menajamkan tatapannya itu. Sebenarnya Cavin ingin tertawa karena ekspresi lucu Fera ini. Bukannya takut Cavin malahan merasa lucu. Cavin itu aneh. Jelas.

"Udah yuk, kita izin ke tante Slyn karna gue mau ngajak lo jalan-jalan" ucap Cavin.

Ia menggenggam tangan Fera. Mereka berdua berjalan bersama ke halaman belakang rumah Fera. Tempat Oslyn yang tadi. Cavin berdehem sebentar.

"Tante, Cavin ingin ajak Fera jalan-jalan dulu ya!" pamit Cavin.

Oslyn yang baru sadar menoleh ke arah Cavin lalu tersenyum. Ia menganggukan kepalanya pada Cavin. Ia sudah sangat-sangat percaya pada Cavin. Tidak tahu kenapa. Mungkin Cavin sudah dari lama dekat dengan Fera.

***

Yoowww 702 words 🎉🎉
Gatau kenapa jadinya panjang. Mungkin karena pengaruh buatnya 2 hari kali yaaa
Maybe chapter setelah ini hanya 650an atau 600an ya ehe. Tapi liat ideku dulu. Ok sekian, thx.

Please Vommentnya guys!!

Instagram:
[at]axe.macha
[at]cia_aicia

For more info about my wattpad ehe.

-CIA

9 Maret 2018

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang