Ririn--ibunya Darga--sedang menunggui Darga dikamar itu. Dari tadi Darga belum sadarkan diri. Ririn menunggu didalam sedangkan yang lain diluar.
Kedua orangtua Cavin datang kesini bersama Cavin. Maksud dari Harry dan Vivi kesini karena ingin meminta maaf pada Ririn maupun Darga. Tapi sayang, waktu keduanya baru sampai disini, Ririn sudah masuk kekamar inap Darga.
"Om, tante, masuk aja atau mau Arlie mau panggilin tante Ririnnya?" tawar Arlie pada Harry dan Vivi. Harry tersenyum sambil menjawab, "boleh tolong panggilkan? Bilang bahwa saya orangtuanya Cavin ingin minta maaf atau bilang saya ingin bicara sebentar."
Arlie mengangguk lalu melenggang pergi menuju pintu kamar inap Mawar 11. Setelah didepan pintu kamar Mawar 11, ia mengetuk pintu dulu. Harus berperilaku sopan, bukan? Setelah ada hasutan dari dalam, Arlie masuk dan menuju samping kasur Arlie tepat Ririn duduk.
Ririn terlihat heran, "Ada apa nak Arlie?" tanyanya pada saat Arlie tepat didepannya.
Arlie menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal lalu menjawab, "Uhm itu tan, ada orangtua Cavin yang mau bicara sama tante diluar sebentar aja kok. Nanti Darga saya aja yang jaganya. Kalau dia sudah bangun, saya kasih tahu tante secepatnya deh. Arlie janji" ucapnya.
Ririn terlihat heran sebentar lalu terkikik geli mendengar bahasa Arlie yang menyebutkan dirinya 'saya'. "Gausah formal banget lah Ar, kamu kayak baru kenal tante aja. Padahal udah tahu tante dari kamu segini. Yaudahlah tante keluar dulu ya, jagain anak tante satu-satu ini haha" ucap Ririn lalu ia pergi setelah menunjukkan tinggi Arlie dulu yag tepat setinggi perutnya.
***
Vivi menghela nafas pelan, "Ririn, maafin anak saya ya. Saya minta maaf sebesar-besarnya, ya. Kalau misalnya kamu mau marahin anak saya atau ngehukum dia silahkan, saya ga marah kok."
"Iya, terus saya akan ganti rugi. Semua biaya keperluan Darga di rumah sakit saya tanggung. Atau perlu saya biayain sekolahnya hingga tamat? Kami benar-benar minta maaf" ucap Harry penuh dengan ikhlas.
Ririn tersenyum lalu menggeleng. "Engga pak, kalau biaya rumah sakit saya terima bahwa bapak mau membayarnya tapi untuk urusan sekolah itu tidak perlu. Saya tahu anak kamu sama anak saya dulu berteman baik kok jadi saya kenal betul itu Cavin. Mungkin, yang salah disini bukan hanya Cavin tapi juga Darga. Terima kasih atas kebaikanya bapak dan ibu."
"Ah kalau begitu, bolehkah saya ingin mentraktir anda makan dikantin?" tanya Vivi berusaha seformal mungkin. Padahal, sebenarnya Vivi sedikit risih dengan keadaan formal begini.
"Baiklah, oh iya jangan bicara formal bu." Vivi mengerutkan dahinya lalu mengangguk. "Kamu suruh aku engga bicara formal tapi kamu malah bicara formal haha. Panggil aku Ley aja, kalau aku panggil kamu apa?"
Ririn senang sepertinya keadaan mulai mencair dan bersahabat. "Saya Ririn Aliyah. Panggil Ririn saja."
Vivi menggeleng tegas. "Ah engga, saya mau panggil kamu Ali--"
"A..liyah?" tanya Harry memotong ucapan istrinya.
***
"Engh..." rintih Darga. Ia mengangkat telapak tangannya yang sebelah kanan lalu menaruhnya diudara di atas matanya karena mungkin ia kesilauan dengan cahaya lampu yang tiba-tiba menyorotinya begitu saja saat ia mulai membuka matanya secara perlahan tadi.
"Eh Darga! Lo sudah siuman? Gue panggilin nyokap lo ya" ucap Arlie saat melihat Darga mulai membuka matanya. Ketika Arlie hendak melenggang pergi mencari ibunya Darga, suara Darga menghentikan kegiatannya.
"Ga usah, Ar. Panggilin Lydia dulu ya tolong." Arlie terdiam. Lydia? Siapa Lydia? Tapi tanpa bertanya, ia melangkah keluar.
Semua anak-anak segera berdiri kebingungan melihat Arlie yang seperti terburu-buru. "Disini siapa sih yang namanya Lydia? Dipanggil Darga noh." Valerie yang awalnya biasa saja, sekarang malah dengan terburu-buru menuju kamar Darga. Ya, Valerie menggantikan posisi Arlie. Jika tadi Arlie terburu-buru saat keluar dari kamar Darga, Valerie malah terburu-buru untuk ke kamar Darga.
"Lah, tuh anak namanya ada Lydia? Kok gue baru tahu ya? Eh tapi ada apa sih Fer hubungan Valerie sama Darga? Tadi gue lihat di rooftop Valerie nyamperin Darga?" tanyanya pada Fera. Sedangkan Fera hanya menjawabnya dengan mengangkat bahu seperti acuh tak acuh.
Valerie mengetuk pintu dua kali lalu membukanya. Ia melihat Darga tersenyum lalu seperti memberikan isyarat untuk duduk di kursi sebelah kasurnya. Sedangkan Valerie tanpa berkata-kata dan tanpa ekspresi, menuruti keinginan Darga. Ia duduk tepat di kursi sebelah kasur Darga.
"Hi Lydia, udah lama ya kita ga ketemu. Gue kangen sama lo. Lo tahu kenapa gue panggil l--"
"Kok lo tahu gue disini?" tanya Valerie spontan dan memotong ucapan Darga. Ia juga baru terpikir bahwa mengapa Darga tahu bahwa Valerie ada di rumah sakit?
"Feeling. Lo kan tahu bahwa Feeling gue yang menyangkut elo semuanya benar." Valerie hanya mengangguk. Memang benar. Dari dulu, apa yang dirasakan Darga menyangkut Valerie selalu benar. Entahlah kenapa bisa begitu.
"Lo kenapa disini? Masih sayang sama gue? Eh bentar, lo...nangis?" tanya Darga.
Bingo!
Seratus buat Darga! Valerie yang ketahuan ia menangis, segera membuang wajahnya kesembarang tempat. Oh God, dia malu sekarang! Terdengar suara cekikikan didepannya. Ia yakin seratus persen bahwa itu kelakuan Darga.
"Uhh Cup Cup. Lydia yang cantik, manis, baik hati, dan jangan lupa kesayangannya Darga, jangan nangis dong. Nanti Gaga cedih nih. Gaga ga kenapa-napa kok. Kan Lydia tahu sendiri bahwa Gaga sering berantem, sering bonyok, bahkan dulu sampai koma kan? Jadi cuma pingsan gini mah kecil artinya bagi Gaga." Darga mengucapkan itu dengan nada seperti anak kecil.
Valerie menoleh kembali karena mendengar ucapan Darga. Ia cemberut lalu berucap membalas perkataan Darga, "Ih Darga! Panggil gue Valerie! Lagian siapa juga nangisin lo. Emang gue peduli? Mau lo bonyok kek, mau lo koma kek, mau lo jungker balik kek, mau lo--"
Dengan jahil Darga memotong, "Mau gue pacarin lagi?"
Boom!
Jedar! Jeder!
Kira-kira kalau di sinetron itu mungkin rasanya Valerie kayak kesamber petir kali ya, Dengan mudahnya Darga berucap sepertin itu. Kalau bungkus permen susu dikasih nyawa ya begini jadinya! Selalu nyebelin!
***
GIMANA NIH BAB INI???
KIRA-KIRA DARGA DAN VALERIE ADA HUBUNGAN APA YA? HMMM? SAYA TIDAK TAHU TAK TUNG TUANG!
ditunggu Chapter selanjutnya!
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA!
BUDAYAKAN VOMMENT YA! JANGAN JADI SILENT READERS!
12 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Jugendliteratur{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...