DUA BELAS-Butuh Waktu?

65 7 1
                                    

Dua sejoli itu memasuki sebuah toko buku yang besar. Mereka berjalan dengan si cowok yang menggandeng tangan si cewek. Si cowok terlihat biasa saja, tetapi tidak dengan si cewek yang pipinya sudah memerah.

"Uhm, kak" panggil Fera dengan jantungnya yang masih berdegup dengan kencang. Riko yang dipanggil menolehkan kepalanya dan mengangkat alisnya.

Fera menunduk seperti mempertimbangkan sesuatu. Setelah sekian lama Riko menunggu, akhirnya Fera mengangkat kepalanya dan tersenyum manis seraya berkata, "ngga jadi deh hehe. Eh btw, ayo ke lantai atas. Kakak mau cari buku kan? " ucapnya.

Riko merasa ada yang Fera tutupi. Tetapi dia tidak mau merusak suasana ini, jadi ia percaya saja pada Fera. Riko mengikuti Fera yang sudah melangkah lebih cepat darinya. Gadis itu lemah tetapi berusaha untuk ceria. Lihat saja sekarang. Tadi dia ingin menangis tapi sekarang dia bisa berjalan sambil bersenandung lagu-lagu yang dia hafal.

Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang mengikuti seperti sebuah stalker. Dari sejak mereka jalan ke toko buku ini sampai mereka ada di toko ini. Orang itu selalu memperhatikan gerak-gerik keduanya terutama yang cewek. Matanya tidak bisa lepas dari keduanya.

***

"Kak Riko mau cari buku apa? Dari tadi kita muter-muter tapi ga ketemu. Kasih tahu gue coba, nanti gue bantu carinya" saran Fera karena mereka sudah keliling gedung toko buku ini dan ga ketemu-ketemu apa yang dicari oleh Riko.

Riko tersenyum manis, sangat-sangat manis. Ini sebenarnya hanya akal-akalan Riko saja agar Fera seharian bisa sama dia. Kalau Riko mengajak Fera nonton, makan, ataupun nongkrong, Fera pasti menolak ajakannya. Jadi, dia membuat ide ini. Dan benar saja, Fera menyetujuinya.

"Lo mau lihat novel? Kita ke bagian sana dulu yuk" ajak Riko. Fera yang ditawari itu segera mengangguk antusias. Ia lagi-lagi jalan lebih dulu dari Riko. Ia sangat senang dengan urusan novel dan korea. Ah, menurut Fera itu adalah moodbooster-nya. Novel dan oppa-oppa Korea itu tidak pernah melukainya. Karena itu Fera menyukai keduanya.

Ia menelusuri barisan tempat novel-novel best seller. Kedua matanya langsung bersinar melihat novel-novel indah itu. Rasanya ingin memiliki semuanya. Ia mencari novel yang ingin dia beli. Yang tentunya novel itu sudah dia analisis dulu bagus atau tidaknya.

***

"KAMU DARIMANA?!" tanya Vivi dengan suara yang sangat merusak telinga. Ia melihat anaknya pulang jam 8 malam setelah diam-diam kabur dari rumah. Marah? Tentu! Setelah Cavin membuat masalah dan Vivi ingin menghukumnya, Cavin malah kabur dari rumah.

"Keluar bentar cari angin ma" ucap Cavin berbohong sembari menundukkan kepalanya.

"Keluar sebentar kamu bilang? Dari jam 2 siang sampai sekarang jam 8 malam kamu bilang itu sebentar?! Kamu itu sudah SMA harusnya tahu seberapa lama itu sebentar" ceramah Vivi pada Cavin.

Cavin membungkam mulutnya. Ucapan ibunya itu benar. Tidak ada yang salah sedikitpun. Jadi, ia tidak bisa melawan apa pun. Vivi menghela nafasnya gusar saat anaknya itu hanya diam saja. Ia membuang mukanya tidak mau melihat Cavin. Ia sedang kesak sekarang dan berharap tidak melampiaskan kekesalannya pada Cavin.

"Udah sana kamu masuk ke kamar! Besok awas aja bolos sama berantem lagi. Kalau kamu ngelakuin itu lagi, mama bakal usir kamu dari rumah!" ancam Vivi. Sebenarnya ia tak tega mengatakan itu. Tetapi kalau tidak diancam, Cavin tidak akan taat.

Cavin hanya menganggukan kepalanya saat mendengarkan ancaman Vivi. Ia tahu ibunya itu tidak akan bermain-main dengan kata-katanya. Ia berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamranya di lantai dua.

Cavin masuk ke kamarnya ia melepaskan jaket yang ia pakai tadi. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya sebentar. Setelah selesai dengan urusan di kamar mandi, ia keluar menggunakan handuk lalu menuju lemari untuk mengambil pakaiannya. Setelah memakai pakaiannya, ia menuju ke meja belajar Cavin.

Cavin membuka handphone yang ada disebelahnya. Tidak ada notifikasi penting yang masuk. Hanya notifikasi dari beberapa fansnya saja. Ia tidak menghiraukan itu. Ia sedang menunggu satu notifikasi dari seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu marah dengannya. Atau mungkin dia membutuhkan waktu sendiri?

***

Aku lagi mampet ide tapi aku usahain tetap nulis. Thank you buat yang baca. Maaf saya masih amatiran :")

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INI!

Dimohon Vommentnya ya!

Instagram:
[at]cia_aicia
[at]axe.machaa

-Cia

2 April 2018

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang