DUA PULUH TIGA-Idih

36 5 1
                                    

"Feraaaaa" rengek Cavin pada Fera.

Sekarang mereka sedang berada diruang tamu Fera. Tadi siang, Cavin dengan penuh paksaan menarik Fera untuk balik kerumah Fera.

Flashback on.

Cavin sudah sampai di Taman Pelangi tempat Fera berada. katanya. Cavin berjalan menelusuri kedai-kedai penjualan mencari keberadaan Fera sekarang. Hingga akhirnya ia melihat Fera duduk disebuah taman dengan Riko. Mereka sedang bercanda ria.

"Euhm.. Gue kerjain ah!" Cavin berbicara sendiri sambil menunjukan smirk nakalnya. Ia sedang merencanakan sesuatu.

Cavin dari arah belakang perlahan-lahan mendekat menuju Fera. Ia sudah memikirkan sebuah rencana untuk menjahili Fera.

"YAAMPUN RIKO! OM RINO NELFON GUE DIA BILANG LO MAU DIJODOHIN!" teriak Cavin yang baru muncul dengan suara histerisnya.

Riko terkejut mendengar itu. Ayahnya dikabarkan sudah satu minggu pergi ke Indonesia timur untuk nengurus sesuatu. Tetapi tadi kata Cavin, ayahnya pulang dan akan menjodohkannya?

Sama dengan Riko, Fera juga terkejut dengan pernyataan Cavin tadi. Hingga aktifitas memakan Es Kepal Milonya terhenti begitu saja. Cavin diam-diam hanya tersenyum kecil. Sepertinya rencana dia berhasil.

Mudah banget sih ketipu

"Bokap gue nelfon lo?"

"Iya!"

"Dia bilang apa?"

"Lah si bodoh, kan bilang yang gue ucapin tadi"

"Oh"

Cavin terkejut. Mengapa tanggapannya berubah drastis? Tadi Riko kan kaget, tetapi kenapa sekarang terlihat biasa saja?

"L-lo g--ga kaget?" tanya Cavin bingung.

"Lah kenapa harus kaget?" Riko menjedanya, "lo bohong kan? Halah ngaku lo" Riko melanjutkan perkataannya dengan santai.

Fera ingin menahan tawanya karena melihat ekspresi Cavin sekarang. Tetapi alih-alih berkata lain, Fera malah tidak bisa mengonrol tawanya lagi.

Cavin dengan perasaan sangat malu menarik Fera menuju motornya menuju kerumah Fera.

Flashback off.

"Apa sih Cav?" risih Fera karena dari tadi Cavin merengek padanya seperti anak kecil kelaparan.

"Jalan ya Fer" ajak Cavin sambil tersenyum.

"Ga ah, capek gue. Lagian lagi mau ngumpulin uang mau beli novel"

"Novel apa?"

"Hujan, Tere Liye"

"Berapa"

"78.000"

"Gue beliin"

"Ha?"

"Astaga Fer, kapan sih waktu lo jalan sama gue tapi lo beliin gue apapun? Uang lo bakal aman kalau jalan sama gue" ucap Calvin.

Fera membuang wajahnya kesembarang tempat. Sebenarnya itu hanya alibi saja. Ada alasan lain yang malas dilakukannya.

"Bukan gitu, tadi giliran diluar lo malah bawa gue ke---" ucapan Fera terpotong oleh Bi Siti.

"Non Fera, ini ada titipan bunga. Tadi dari kurir tapi dia ga sebutin nama pengirim. Bunganya bagus non" Bi Siti memberikan bunga itu pada Fera.

Bunga lagi? Kali ini buket bunganya ada 2. Satu tangkai besar berisi banyak bunga, satu yang kecil berisi hanya 1 bunga mawar putih.

Bunga itu memang indah. Malahan sangat indah. Buket bunganya juga dari toko bunga yang menjual dengan harga fantastis dan tentunya sangat bagus.

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang