Cavin baru sampai di sekolahnya. Hari ini ia membawa motor karena tadi ia tidak menjemput Fera. Hari ini sudah ditetapkan bahwa ia akan memperjelaskan semuanya pada Fera. Ia juga akan meminta maaf pada gadis itu.
Cavin langsung menuju ke kelas Fera. Seperti biasa, banyak cewek yang melihat dengan mata memancarkan kekaguman pada Cavin. Tapi seperti biasa juga Cavin bersikap acuh pada cewek-cewek itu. Cavin berjalan santai. Karena ia juga mempersiapkan kata-kata untuk mengucapkannya pada Fera.
Ia sekarang sudah tiba di depan kelas Fera. Sepertinya didalam sudah ramai. Ia masuk ke kelas itu dan melihat Fera sedang asyik bercerita pada Valerie yang ada didepan gadis itu. Itu hal yang sudah biasa menurutnya.
"Fer," panggil Cavin tepat di belakang Fera. Fera menoleh hingga melihat Cavin yang tersenyum padanya. Ia pun membalas senyuman Cavin.
"Gue mau minta maaf ya" ucap Cavin pada Fera lalu duduk didekat Fera. Fera bingung dengan ucapan Cavin.
Fera mengerutkan dahinya sehingga di dahinya terlihat kerutan-kerutan. Fera bingung. Apa maksud dari Cavin ini? Masa mereka saling bermaaf-maafan? Memangnya sedang lebaran?
Tidak kunjung mendapatkan jawaban Cavin pun berkata lagi, "Seharusnya yang minta maaf itu gue. Gue ga bisa menahan emosi gue terus jadinya buat lo malu bukannya elo yang minta maaf sama gue."
Valerie yang tahu ada sebuah privasi pun sadar diri sehingga ia pamit pada Fera dan Cavin dengan alasan ia ingin ke toilet karena kebelet.
"Ah, lo ga salah kok Cav. Dari pada saling bingung siapa yang salah dan siapa yang benar, mending kita akui aja sama-sama salah. Gue cuma minta satu aja" ucap Fera panjang lebar.
"Apa?" tanya Cavin yang penasaran dengan permintaan Fera. Fera akan meminta apa? Meminta Cavin jauhi Fera? Atau yang lainnya?
"Gue minta lo maafin aja kesalahannya kak Dinda, jangan benci dia please. Dia itu suka sama lo, jadi tolong kalau lo ga bisa balas perasaannya cukup lo hargai aja. Hati cewek itu lembut, apa lagi kalau dikasari oleh cowok yang dia suka, pasti rasanya sakit banget" balas Fera panjang lebar menasehati Cavin. Cavin awalnya ragu tetapi karena itu permohonan Fera, jadi ia nurut pada Fera saja.
Cavin berdiri dari tenpat duduknya. Dia rasa cukup untuk memperjelas semuanya pada Fera. Sekarang ia tidak perlu khawatir lagi karena Fera sudah mengerti tentangnya.
Cavin pamit pada Fera untuk kemvali masuk ke kelasnya. Fera hanya mengiyakan Cavin. Cavin segera melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang lantainya ada di atas kelas Fera.
"Cavin!" panggil seseorang. Cavin yang mendengar namanya dipanggil segera menoleh ke arah suara.
Riko? Mengapa Riko memanggil Cavin? Apa masalahnya? Cavin menaikkan alisnya seperti sebuah isyarat 'apa?' mungkin itu maksudnya.
Riko lari ke tempat Cavin berada. Ia menghatur nafasnya sebentar sebelum melanjutkan ucapannya pada Cavin. "Lo dicari geng-lo di rooftop" ucap Riko.
Cavin bingung. Sekian lama mereka tidak kumpul di sekolah, mengapa sekarang harus kumpul di sekolah? Apa ada masalah sekarang?
Tanpa aba-aba lagi, ia menyusul Riko naik ke rooftop setelah menaruh tasnya di kelas. Ia juga penasaran. Jadi dari pada ia tidak fokus belajar, lebih baik ia bertanya langsung pada geng-nya itu.
"Ada apa?" tanya Cavin ketika sampai di rooftop dan melihat lumayan banyak anak geng-nya berkumpul.
"Cavin! Kenapa lo gak bales chat gue? Semalem anak-anak pada cariin lo ogeb!" ucap Arlie.
Arlie merupakan salah satu anak buah Cavin. Ah, ralat. Cavin tidak pernah menganggap dirinya bos di geng itu. Tetapi merekalah yang mengakuinya. Mereka sangat mempercayakan semuanya pada Cavin karena Cavin itu pintar memimpin.
"Gue kemaren sibuk. Memangnya kenapa sih?" balas Cavin kesal karena tidak mendapatkan jawaban atas penasarannya itu.
"Darga ngajak lo duel berdua kemarin" ucap Ives anak yang lain.
Cavin mengerutkan dahinya bingung. Buat apa Darga mengajaknya duel? Apa dia membuat kesalahan yang membuat Darga sangat marah padanya? Kesalah apa? Ia saja tidak pernah komunikasi lagi dengan orang itu.
Darga Jamison adalah sahabat Cavin. Ah, ralat. Mantan sahabatnya lebih tepat. Darga sendiri yang memutuskan tali persahabatan mereka karena kejadian sesuatu. Sejak saat itu, Darga sangat membenci Cavin. Ia selalu berusaha memancing emosi Cavin karena senang bertengkar dengan Cavin.
"Jam berapa ini? Ayo kita tunjukin ke dia bahwa kita ga takut sama dia!" ajak Cavin yang langsung mendapatkan persetujuan dari mereka.
Mereka dengan segera turun dari rooftop dan menuju ke tempat parkiran motor. Masa bodo dengan hukuman, mereka kembali keluar dari sekolah dan menuju ke sekolahan Darga dengan Cavin sebagai pemimpinnya.
***
Apa yang terjadi nanti? Ah si badboy kalem iniii gemas dehh.
Dimohon untuk Vommentnya ya heheh ^^
Instagran:
[at]cia_aicia
[at]axe.machaa-Cia
14 Maret 2018
⬆Dapet salam dari Vale si bule senggol bacok wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen Fiction{Judul Lama: My (BAD) Boyfriend} Kehidupan remaja Alfera sama seperti gadis seusianya. Iya, ga jauh-jauh dari kata 'cinta'. Fera jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Tetapi bukan itu saja yang menghiasi kehidupan remajanya. Ia diteror musuh sahaba...